Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 687 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Lakon dipergelarkan di Museum Sana Budaya, Ngayogyakarta Adiningrat. Lakonnya Tri Raja Wiwaha. Kisahnya diambil dari buku Babad Tanah Jawi karangan W. Fruin Meest, Prof. N. J. Krom. Terdiri dari 8 adegan, dipertunjukkan pada 18 Juli 1936. Kisahnya berlatar belakang kerajaan Singasari, Kediri, dan Bandawasa."
Djokja: Mardi Moeljo, [date of publication not identified]
BKL.0664-WY 24
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
Bandara Pangeran Arya Adiwinata
"Buku ini adalah buku panduan untuk pergelaran “Lelangen Topeng” dengan lakon Tri Raja Wiwaha. Pergelaran ini adalah wayang orang yang menggunakan topeng yang dibawakan oleh perkumpulan Kridha Beksa Wirama di Yogyakarta. Dipergelarkan dalam rangka perkawinan Bandara Pangeran Arya Hadiwinata pada malam Minggu Pon tanggal 1 sura, Ehe 1860 atau tanggal 8-9 Juni 1929."
Yogyakarta: Mardi Mulya, 1929
BKL.1118-WY 63
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
"Kisah ini menceritakan pisahnya R. Panji Inukertapati dengan Dewi Candra Kirana. Yang ternyata Candra Kirana ditemukan oleh Jaka Kandhuhan anak Janda Dhadapan di tengah hutan. Dewi Candrakirana dikisahkan atas perkenaan Dewa menjelma menjadi keong mas. Pada akhirnya mereka dipertemukan kembali."
Surakarta: Persatuan Surakarta, 1933
BKL.0867-CP 53
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
"Teks lakon wayang kulit purwa ini berisi Lampahan Bukbis Ngagem Topeng Waja. Untuk keterangan isi selengkapnya, lihat salinan alihaksara ketik teks ini pada FSUI/WY.70 dan pada deskripsi naskah tersebut. Naskah dibuat oleh Cermapawira, dalang Godeyan, Yogyakarta pada tanggal 4 Juni 1932. Pigeaud menerima naskah ini atas bantuan Ir. Moens. Penyalinan dikerjakan oleh staf Pigeaud pada bulan Mei dan Juni 1932, sebanyak empat eksemplar."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.62-B 34.04
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini ditulis dalam bentuk prosa, dan terdiri dari 3 cerita, yaitu: 1. Topeng waja lan gamparan prunggu; 2. Setija angsal pusaka topeng prunggu; 3. Bukbis ngagem topeng waja mripat suryakanta. Berikut ringkasan masing-masing teks tersebut: 1. Topeng Waja lan Gamparan Prunggu: Cerita diawali dengan kedatangan Patih Wajapeksa di kahyangan yang meminta Bale Mercukunda. Permintaannya ditolak para dewa, akibatnya terjadi peperangan dengan Dewa Brahma. Dewa Brahma kalah, sehingga Wajapeksa berhasil menduduki Gunung Suralaya. Batara Narada minta bantuan Wejasena dan Permadi untuk mengusir Prabu Jatisura dan Patih Wajapeksa. Namun mereka pun tidak mampu menghadapi Wajapeksa. Kisah dilanjutkan dengan kedatangan Prabu Trembuku ke pertapaan Begawan Abiyasa, untuk meminta petunjuk perihal tembuni yang keluar bersama dengan bayi yang dikandung Dewi Arimbi (istri Wejasena), sebab ternyata tembuni tersebut tidak dapat diputuskan. Begawan Abiyasa mohon petunjuk Tuhan, tiba-tiba ada rangka konta jatuh bersamaan dengan putusnya tembuni yang kemudian menjadi anak. Setelah pisah, timbul gamparan prunggu dan topeng waja. Kedua anak Dewi Arimbi tersebut diberi nama Gatotkaca (dari tembuni) dan Bambang Madu Sagara. Gatotkaca kemudian diajukan ke medan pertempuran melawan Prabu Jatisura dan Wajapeksa. Setelah berhasil dikalahkan, Prabu Jatisura menitis ke tubuh Gatotkaca, sedangkan Wajapeksa di bahu kiri dan kanannya. 2. Setija Angsal Pusaka Topeng Prunggu: Prabu Bomantara dari kerajaan Surateleng berniat merebut kerajaan Dwarawati. R. Samba dan Sentyaki berusaha mempertahankannya dengan terlebih dahulu menggempur kerajaan Surateleng. Sementara itu, Prabu Mukasura dari kerajaan Simbar Manyura hendak menyerang Kahyangan karena lamarannya kepada Dewi Mustikawati ditolak. Dewa Indra meminta bantuan Bambang Setija. Setelah berhasil mengalahkan Prabu Mukasura berkat pusaka Topeng Prunggu dan Suryakanta, dia kemudian dinikahkan dengan Dewi Mustikawati. Bambang Setija berniat menghadap ayahandanya, namun ternyata Prabu Kresna belum bersedia mengakui dirinya sebagai anaknya sebelum berhasil mengalahkan Prabu Bomantara. Kisah berakhir dengan penobatan Bambang Setija menjadi raja di Traju Tresna dan bergelar Prabu Boma Nrakasura, dengan patihnya Pancatnyana. 3. Raden Bukbis Ngagem Topeng Waja Mripat Suryakanta: Raden Bukbis datang ke Alengka untuk menemui ayahandanya. Sebelum diakui sebagai anaknya, Rahwana menyuruh dia membunuh Rama dan Laksmana terlebih dahulu. Berbekal pusaka Topeng Waja dan Suryakanta, Raden Bukbis pergi menghadapi Rama dan Laksmana, namun akhirnya mati di tangan Anoman yang menghadapinya dengan pusaka Kaca Paesan, pemberian Batara Narada. Kedua pusakanya turut hancur dan akan muncul lagi kelak pada jaman Uttarakandha, dengan Gatotkaca sebagai pemiliknya (lihat cerita Topeng Waja lan Gamparan Prunggu). Naskah merupakan salinan alihaksara ketik dari FSUI/WY.71, 60, dan 62. Penyalinan dikerjakan oleh staf Pigeaud pada bulan Mei dan Juni 1932 di Yogyakarta, sebanyak empat eksemplar. FSUI kini menyimpan dua di antaranya, yaitu B 34.01a (dimikrofilm) dan B 34.01b. Naskah induk diperoleh Pigeaud dari seorang dalang di Godeyan, Yogyakarta, atas bantuan Ir. Moens. Naskah salinan ini rupanya telah dibuatkan ringkasannya, lihat FSUI/WY.76. Keterangan penyalinan tidak diketahui, namun pada h.95 dijumpai nama Cermapawira, kemungkinan beliau ini sebagai penulis teks asli (dalang Godeyan tsb.). Keterangan referensi, lihat MSB/W.57."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.70-B 34.01a
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah diperoleh Pigeaud dari Ir. Moens pada bulan Mei 1932. Ir. Moens memperoleh naskah ini dari seorang dalang di Godeyan, Yogyakarta. Keterangan penulisan/penyalinan tidak dijumpai dalam teks, namun pada naskah salinan alihaksara ketik dari teks ini, terdapat keterangan nama Cermapawira (lihat FSUI/WY.70, h.95), kemungkinan beliau merupakan penulis teks ini. Teks berisi tentang pertunjukan wayang lakon Topeng Waja lan Gamparan Prunggu yang merupakan pakem Yogya. Teks didahului dengan deskripsi persiapan niyaga, perangkat gamelan, baru dalang naik ke panggung, lalu janturan danjejer kahyangan. Keterangan isi selanjutnya dapat dibaca pada teks alihaksaranya, yaitu pada FSUI/WY.70. Teks rupanya masih bersambung pada FSUI/WY.60 dan 62."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.71-B 34.02
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Mpu Kanwa
Jakarta: Proyek Penerbitan Buku Bacaan [dan] Sastra Indonesia dan Daerah, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,, 1978
899.211 KAN a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Teks naskah ini berisi cerita tentang kesedihan Bathara Indra karena khayangan hendak diserang oleh pasukan raksasa yang dipimpin oleh Prabu Niwatakawaca. Arjuna yang sedang bertapa di gunung Indrakila diperintah oleh dewa untuk melawan raksasa tersebut dan akan diberi perhiasan dan tujuh bidadari. Arjuna menang dan dia dinikahkan dengan Dewi Supraba dan mendapat senjata panah Pasopati. Daftar pupuh sebagai berikut: 1. Asmaradana; 2. Sinom; 3. Dandanggula; 4. Kinanthi; 5. Pangkur; 6. Durma; 7. Dandanggula; 8. Mijil; 9. Dandanggula; 10. Maskumambang; 11. Sinom; 12. Pangkur; 13. Asmaradana; 14. Durma; 15. Sinom; 16. Mijil; 17. Dandanggula. Asal koleksi naskah dari RM. Sajid."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CP.11-KS 83
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Resi Kano
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1979
899.222 RES m (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Mas Ngabei Poerbatjaraka
s-Gravenhage: Martinus Nijhoff, 1926
BLD 899.221 POE a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>