Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5744 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muji Rahayu
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1996
899.222 MUJ c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Buku ini berisi cerita tentang daerah Blambangan asal usulnya dimulai dari sejak jaman Majapahit sampai dengan berdirinya Kabupaten Banyuwangi."
Batawi Sentrem: Bale Pustaka, 1936
BKL.0512-SJ 21
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini merupakan catatan dari Jayengwiharja, tentang makam Kiai Ageng Tunggulwulung di desa Kebon Agung, distrik Minggir, kabupaten Sentolo, Yogyakarta. Makam tersebut dikramatkan, sehingga banyak orang yang datang ke makam tersebut untuk meminta restu supaya berhasil dalam usahanya. Pigeaud mendapatkan naskah ini dari penulis pada tanggal 17 September 1941. Bandingkan FSUI/CL.100 untuk tambahan informasi tentang Jayengwiharja."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CL.103-W 65.08
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Fanny Rachmayanti Santoso
"ABSTRACT
Skripsi ini menyajikan penelitian terhadap naskah Cariyosipun Ki Agung Tunggulwulung Kebon Agung. Naskah ini merupakan koleksi naskah yang terdapat di Perpustakaan Universitas Indonesia. Naskah terdiri dari 22 halaman, kode naskah CL 103 W 65.08 dengan rol 160.11. Teks Cariyosipun Ki Agung Tunggulwulung Kebon Agung menceritakan makam Ki Ageng Tunggulwulung yang dikeramatkan oleh masyarakat sekitar, banyak orang yang percaya dan mendatangi makam Ki Ageng Tunggulwulung untuk meminta restu supaya berhasil dalam segala usahanya. Metode penelitian Filologi yang diterapkan adalah Metode Naskah Tunggal dan suntingan teks dilakukan dengan menggunakan edisi standar.

ABSTRACT
This thesis presents a study of the manuscript Cariyosipun Ki Agung Tunggulwulung Kebon Agung. This paper is a collection of texts contained in the library of the University of Indonesia. The manuscript consists of 22 pages, script code CL 103 W 65.08 160.11 with rollers. Text Ki Agung Tunggulwulung Kebon Agung the sacred by the local community, many people believe it and went to the tomb of Ki Agung Tunggulwulung to ask for blessing so successfully in all his efforts. The Philological research method that is applied is the method of single script and text edits are performed by using the standard edition."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Liahatin Nur Laila
"Masyarakat Jawa memiliki sudut pandang religi dan panduan religius sangat kuat yang diaplikasikan secara terus menerus dalam kehidupan sehari-hari. Laku adalah bagian dari kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh masyarakat Jawa. Laku (Endraswara, 2014) merupakan upaya untuk mengendalikan diri dari nafsu duniawi dan menyadari kordinasinya dengan alam semesta. Kesadaran terhadap alam semesta pada hakekatnya merupakan upaya manusia dalam mendekatkan diri kepada Tuhan. Tujuan penelitian ini yaitu, untuk menggali laku yang dilakukan oleh Ki Agung dan Ki Sirat serta apa yang membedakan kedua laku tersebut. Penelitian ini didasarkan atas konsep laku yang diuraikan dalam buku Guru Sejati karangan Suwardi Endraswara tahun 2014.Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif yang mendasarkan pada data tertulis yang ada dalam naskah Cariyosipun Ki Agung Tnggulwulung Kebon Agung Karya R.M. Jayengwiharja. Naskah tersebut merupakan koleksi naskah Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia. Data tersebut akan diklasifikasikan sesuai dengan kebutuhan penelitian. Pada bagian akhir dilakukan interpretasi terhadap data untuk mengungkapkan hal yang ada dibalik teks tersebut. Dari hasil penelusuran ditemukan bahwa teks ini berisi tentang aspek-aspek laku yang dilakukan oleh Ki Agung dan Ki Sirat. Aspek-aspek laku tersebut dibagi menjadi dua, yaitu laku Ki Agung yang terdiri dari lelana, puasa, semadi, salat, tapa, dan ngelmu atau ngangsu kawruh, dan laku Ki Sirat yang terdiri dari tafakur, tahlil, salat, slametan atau wilujengan, dan nyekar. Laku yang dilakukan oleh Ki Agung dan Ki Sirat terjadi titik temu antara budaya Jawa dan budaya Islam. Dalam naskah ini, laku dilakukan untuk menyucikan diri dari hawa nafsu dan memusatkan diri kepada Tuhan.

Javanese society has a very strong religious perspective and religious guidance is applied continuously in everyday life. Laku is part of daily activities carried out by Javanese people. Laku (Endraswara, 2014) is an attempt to control oneself from worldly desires and realize their coordination with the universe. Awareness of the universe is essentially an attempt by humans to draw closer to God. The purpose of this study is to explore laku carried out by Ki Agung and Ki Sirat and distinguish laku both of them. This research is based on the concept of Laku described in the book GuruSejati by Suwardi Endraswara in 2014. The method used is a qualitative research based on written data in the Cariyosipun Ki Agung Tunggulwulung Kebon Agung Manuscript by R.M. Jayengwiharja. It is a manuscript collection of Central Indonesian University Library. The data will be classified according to research needs. At the end, interpret the data to reveal thing behind the text. In the finding, text contains aspects of laku carried out by Ki Agung and Ki Sirat. The aspects of laku are divided into two, namely Ki Agung's laku consists of lelana, fasting, semedi, prayer, tapa, and ngelmu or ngangsukawruh, and Ki Sirat's laku consists of tafakur, tahlil, prayer, slametan or wilujengan, and nyekar. Laku carried out by Ki Agung and Ki Sirat became a meeting point between Javanese culture and Islamic culture. In this text, laku is done to purify oneself from lust and to focus on God.

"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta-Bandung: Lembaga Penelitian Perancis untuk Timur Jauh : Ecole Francaise D'extreme-orient, 1980
899.222 BAB
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah berasal dari koleksi Kiliaan-Charpentier, dan diterima Pigeaud pada bulan Desember 1927. Keterangan tentang penyalinan tidak ada. Berisikan sebuah versi teks Cariyos Murtasiya, ceritanya sebagai berikut: ada seorang wanita bernama Dara Murtasiya yang sangat berbakti kepada suaminya bernama Seh Karip. Diceriterakan bahwa Dara Murtasiya sudah hamil. Suaminya berpesan nanti kalau anaknya lahir laki-laki namailah Ki Rakmat, kalau lahir wanita namailah Candradewi. Ternyata lahir wanita. Seh Karip begitu sayang pada istri dan anaknya. Namun Dara Murtasiya selalu berkata ingin mati saja, karena rambutnya dibuat sumbu. Suaminya berkata memang itu merupakan suatu cela, dan itu yang dinamakan dosa. Murtasiya pergi sambil menangis dengan maksud akan minta kerelaan ayahnya, Seh Ambar, dan ibunya Rabiat Adawiha, juga Seh Akbar, Seh Darajatwulla. Seh Akbar ingin salat namun tak ada air. Atas petunjuk Hyang Suksma, air dapat dijumpai. Sang Hyang Suksma berkata pada Candra agar segera pergi ke Jibrail. Seh Karip bertemu dengan Seh Akbar yang sedang membaca Qur'an di surambi. Daftar pupuh: (1) asmarandana; (2) pangkur; (3) sinom; (4) dhandhanggula; (5) sinom; (6) kinanthi; (7) sinom. Versi Murtasiyah yang dimuat pada naskah ini rupanya sangat berbeda dengan versi-versi lain yang ada. Bandingkan dengan uraian dan informasi yang diberikan tentang naskah-naskah Murtasiyah pada Poerbatjaraka dkk. 1950: 126-127, Pigeaud 1967: 221-222, Behrend 1987: 332-336, Behrend 1990: 494, dan Florida 1993: 71, 251."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CL.65-B 2.07
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ketikan ini berisi daftar kata dialek Jawa Timur (Banyuwangi/Blambangan) berikut padanannya dalam bahasa Jawa 'baku' (dialek Surakarta), dipetik dan disalin dari naskah KBG 607 (bukan KBG 611, seperti tertera pada h.i). Penyalinan dilakukan pada tahun 1929 di Surakarta, atas perintah Pigeaud, dalam rangka mengumpulkan bahan untuk pembuatan kamus. Naskah induk berjudul Babad Balambangan, walaupun sebenarnya bukan 'babad' dalam arti biasa, melainkan merupakan uraian 'ilmiah' tentang sejarah, adat, dan bahasa Banyuwangi, dikarang oleh Bupati K.R.T.A. Natadiningrat. Lihat FSUI/SJ.32 untuk salinan KBG 607 selengkapnya."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
SJ.30-W 69.06
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini sama dengan SJ.30, h.1-4. Lihat deskripsi naskah tersebut untuk informasi selanjutnya. Naskah ini tidak dimikrofilm. Teks pada h.5 yang berbunyi 'Serat moegi kondjoek pandjenenganipoen toewan R. Mellema ingkang dadalem ing' tidak berkaitan dengan teks pokok."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
SJ.31-A 4.14
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Teks Babad Balambangan ini merupakan suatu tulisan 'ilmiah' tentang sejarah daerah Banyuwangi, yang ditulis oleh R.T.A. Natadiningrat, Bupati Banyuwangi, pada tahun 1914. Teks terdiri atas dua bagian. Menurut catatan Dr. H. Djajadiningrat dalam Notulen 57 (1919): 96-97, bagian pertama merupakan ikhtisar sejarah Balambangan dan Banyuwangi, disusun berdasarkan sumber-sumber Jawa maupun Belanda. Dalam mengarang buku ini Natadiningrat dibantu oleh Tuan T. Ottolander. Teks dimulai dengan cerita Menak Dopak, Raja Balambangan, pada tahun 1234 Jawa (1312 Masehi). Cerita Menak Jingga dan Damarwulan juga termasuk dalam teks ini. Diakhiri dengan uraian tentang beberapa peristiwa penting jaman moderen, serta nama para Bupati Banyuwangi sampai pada penulis sendiri, pada tahun 1915 Masehi. Bagian kedua, yang mungkin lebih penting dan menarik, merupakan catatan etnologis tentang masyarakat Banyuwangi beserta kebiasaan dan adatnya, sampai dengan kekhasan dialeknya. Bagian penutup berupa daftar kata dialek Banyuwangi yang sama sekali berbeda dengan padanannya dalam bahasa Jawa baku maupun bahasa Madura. Naskah ini disalin oleh Th. Pigeaud sendiri dari naskah KBG 607, pada tahun 1927. Penyalinan kemungkinan dilakukan di Surakarta. Anehnya, walaupun naskah babon ditulis dengan huruf Latin, namun di dalam salinannya Pigeaud memakai aksara Jawa. Pada tahun 1929, staf Pigeaud mengadakan penyalinan bagian teks yang ada kaitan dengan dialek dan bahasa (h.23-37). Salinan beraksara Latin tersebut akan dipakai sebagai bahan penyusunan kamus Jawa baru. Lihat FSUI/SJ.30, 31, dan 32 untuk salinannya. Masih berkaitan dengan pembuatan kamus tersebut, pada bagian sebelah kiri terdapat kata-kata beraksara Latin yang merupakan alih aksara dari kata-kata berak-sara Jawa yang digarisbawahi Pigeaud, yaitu untuk nama-nama tempat dan nama-nama tokoh yang terdapat dalam naskah. Nama-nama ini dikumpulkan untuk pembuatan buku onomastikon, yaitu indeks nama tokoh dan tempat yang ditemukan dalam teks-teks Jawa. Sayang sekali bahwa indeks nama itu tidak pernah rampung, dan penelitian Pigeaud banyak yang mubasir karena pendudukan Jepang dan hilangnya arsip Pigeaud."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
SJ.32-HA 22
Naskah  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>