Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5304 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Buku ini berisi penjelasan tentang Tunggul Jati, yaitu: 1. Kebutuhan raga; 2. Kebutuhan budi; 3. Kebutuhan rasa; 4. Kebutuhan sukma. Lalu berisi juga wejangan, yaitu: 1. Wejangan Panjalmaning Jita (jiwa); 2. Wejangan Wajah/Rupa Jita; 3. Wejangan Memandang Jita."
Solo: Boekhandel M. Tanaya, 1924
BKL.0390-LL 34
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
Jayabaya
"Buku ini aslinya karangan Bagawan Palasara masih menggunaka kata-kata kawi dan sekar ageng lalu dikarang kembali dengan diberi makna dalam bahasa Jawa biasa oleh Prabu Jayabaya. Isi teksnya berupa pelajaran-pelajaran yang berwujud ajaran olah rasa atau kebatinan. Mengenai sopan-santun (tatakrama). Diuraikan secara per bab ada sebanyak 105. Ada juga menyebut berbagai nama pohon yaitu nagasari, cempaka dan yang sejenis lainnya."
Kediri: Tan Khoen Swie, 1921
BKL.0039-PW 39
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini merupakan naskah campuran yang diberi judul Serat Wulang Warni-warni, berisi berbagai macam teks wulang yang mengajarkan berbagai hal berkaitan dengan mistik Islam. Berikut ini adalah teks-teks yang terdapat di dalam naskah: 1. Wulang Dalem PB IX (h.1-3); 2. Wedhatama (3-12); 3. Musawaratan Para Wali (12-34); 4. Kadis Saresmi (34-37); 5. Walidarma (38-40); 6. Paramayoga (46.131)
Di dalam teks (h.131) disebutkan kolofon yang berbunyi Rampunging panyerat wanci jam 1/2 6 sonten ing dinten Septu Kliwon kaping ... Jumadilawal tahun Jimakir 1850: Utawa kaping : ... Pebruwari 1920. Di dalam kolofon ini tidak disebutkan tentang nama penyalin dan tempat penyalinan. Namun demikian, melihat corak tulisan yang dipergunakan, tampaknya naskah ini berasal dari Surakarta.
Menurut keterangan di luar teks, naskah ini diperoleh Pigeaud dari Van der Gracht di Yogyakarta pada tanggal 16 Desember 1929, dan disalin oleh stafnya pada bulan Juli 1930. Pigeaud juga menyertakan daftar isi dari teks-teks yang ada seperti yang disebutkan di atas. Selain naskah yang disebutkan di atas, juga terdapat ringkasannya (terlampir, berupa petikan pada pertama dan pada terakhir), yang dibuat oleh Staf Pigeaud di Surakarta pada bulan Juli 1930.
Untuk keterangan tentang naskah-naskah yang berisi berbagai suluk atau piwulang, lihat deskripsi naskah FSUI/PW.99"
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
PW.179-NR 68
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Mas Ngabehi Prawirasudarsana
"Buku ini merupakan buku piwulang bab makrifat. Menerangkan mengenai min ? 7, dengan menggunakan urut-urutan abjad huruf Jawa (ha, na, ca, ra, ka dan seterusnya). Di awal tulisan ada sandi asma dari pengarang buku ini. Uraian mengenai ma = madat, madon, minum arak, jin lemah, maling (pencuri). Uraian mengenai sastra swara. Memberi keterangan makna vokalisasi: a, i, dan o. A dikaitakan dengan Allah, u dikaitkan dengan urip yaitu kehidupan."
Kediri: Tan Khoen Swie, 1924
BKL.0011-PW 11
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
"Buku (serat) pitutur jati tersebut memberikan petunjuk mengenai tindak tanduk manusia di dunia. Petunjuk yang diberikan menurut ajaran Kangjeng Nabi Muhammad, Kangjeng Susuhunan Bonang, dan Sri Bathara Wisnu yang ditujukan kepada para sahabatnya."
Kediri: Tan Khoen Swie, 1923
BKL.0440-PW 99
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Diwati
"Skripsi ini membahas mengenai Serat Dewaruci, salah satu karya sastra Jawa yang mengungkapkan ajaran mistisisme Jawa. Dalam Bab I (Pendahuluan) dikemukakan bahwa gagasan dasar yang mendorong penulisan skripsi ini adalah keinginan meninjau filsafat Jawa sebagai salah satu tradisi filsafat yang tumbuh dan berkembang di bumi Indonesia. Tradisi ini terungkap dalam salah satu sikap yang senantiasa berusaha mencari dasar awal segala sesuatu lewat renungan tentang apa yang terdapat di belakang segala wujud lahir dan pencarian sebab terdalam dari padanya. Renungan dilaksanakan dengan keheningan cipta-rasa-karsa dalam samadi. Dalam Bab II dikemukakan perjalanan sejarah Jawa sebagai dimensi yang turut membentuk paham pemikiran Java. Melalui penelusuran sejarah sejak jaman Pra sejarah, jaman Hindu/Budha, hingga jaman Islam , menunjukkan adanya titik-titik pertemuan diantara ajaran Hindu/Budha sebelum kedatangan Islam dan ajaran kebatinan Islam yang memasuki Indonesia. Pandangan kedua sistim keagamaan tersebut digali dan diolah dengan unsur asli pemikiran Jawa sehingga diresapi sebagai ungkapan identitas Jawa sendiri. Bab III meraparkan kisah Dewaruci sebagai salah satu kar_ya sastra Jawa penuh kias dan lambang yang mengisahkan perjalanan Bima di dalam mencari air hidup agar mempero1eh kesempurnaan. Perjalanan Bima ini merupakan kesatuan gerak dalam kesa_tuan pengalaman yang menggambarkan proses kesadaran panca inde_ra memasuki kesadaran pribadi kernudian mencapai kesadaran ilahi. Lewat pendekatan filsafat diungkapkan aspek filosofis yang terkandung di dalamnya : aspek metafisika, yang bertolak dari eksistensi manusia dan alam dunia sebagai wujud nyata yang dapat di_tangkap panca indera, dipertanyakan darimana dan kemana semua wujud ini. Aspek anthropologi mengungkapkan bahwa tata eksistensi manusia terdiri dari dua segi fundamental realitas yang bersatu dalam diri manusia yakni segi lahir dan yang dibelakangnya terselubung segi batinnya . Aspek etika/estetika mengungkapkan bahwa etika adalah sebagai sarana untuk mencapai kesempurnaan. Aspek epistemologi mengungkapkan proses memperoleh pengetahuan dengan mempergunakan kodrat kemampuan manusia untuk meningkatkan kesadaran aku (kesadaran panca indera) kepada kesadaran hening dalam cipta rasa-karsa, menuju kesadaran pribadi dan akhirnya mencapai kesadaran ilahi. Pengungkapan klasifikasi aspek-aspek tersebut sebagai acuan bagi kita untuk dapat mengerti masing-masing unsur pengalaman di samping memberikan struktur bermakna kepada alam pengalaman. Memasuki bab IV dimulailah pembahasan mengenal kisah Dewaruci sebagai ungkapan mistisisme Jawa. Sebelumnya dikemukakan mistisisme dalam pengertian umum yaitu sebagai ajaran rahasia yang tersembunyi yang berkembang praktis dalam semua agama sebagai jalan batin menuju Tuhan Yang Maha Esa. Mistisisme Jawa secara umum disebut sebagai kebatinan Jawa. Praktek penghayatan dalam kebatinan Jawa adalah usaha yang bersifat pribadi yang bertujuan mencapai kesatuan hamba dengan Tuhan. Kemampuan tersebut dicapai melewati jalan 4 tahap : Sarengat, Hakekat, Tarekat dan Makrifat. Penuangan kebatinan Jawa dilambangkan dengan tokoh Bima sebagai gambaran manusia yang telah mencapai kesempurnaan. Bima menjalankan laku susila untuk mencapai kesempurnaan dengan mengembangkan rasa hingga mencapai kesadaran ilahi. Tuntutan etika merupakan sarana dan petunjuk jalan terbaik untuk mencapai ketenangan dan ketenteraman batin hingga rasa jati dimana manusia bertemu dengan Yang ilahi. Perjalanan batin Bima sebagai praktek penghayatan yang menempatkan suatu penalaran yang mengembangkan penggunaan rasa untuk menyingkap pengetahuan dari Zat Yang Mutlak Rasa menurut paham Jawa dapatlah disamakan dengan hati nurani atau suara hati menurut paham Barat dalam arti sebagai penuntun tingkah laku manusia dari dalam. Perbandingannya, hati nurani di Barat sebagai hukum Tuhan Yang Mutlak yang digoreskan dalam diri manusia, maka di Jawa hati nurani adalah Tuhan yang bertahta dalam inti yang terdalam dari manusia yang memanggil manusia kasar untuk kembali ke asalnya. Demikianlah pembahasan Skripsi dari Bab I hingga Bab IV. Skripsi ini ditutup dengan Evaluasi dan Kesimpulan pada Bab V yaitu melihat seberapa jauh kaitan dan hubungan penghayatan menurut versi Dewaruci dengan penghayatan kebatinan dewasa ini serta adalah peranannya di Indonesia. Akhirnya disimpulkan bahwa ada persamaan pandangan kebatinan menurut versi Dewaruci dengan kebatinan masa kini yang pada intinya ingin mewujudkan kesatuan hakiki antara hamba dan Tuhan (manunggaling kawula Ian gusti) melawan kemajuan perkembangan yang menyesatkan (individualisasi) dengan pembangunan mental menuju ke perkembangan dunia secara harmonis (memayu hayuning bawono). Praktek kebatinan mengacu pada pemusatan moral yang besar maka praktek kebatinan merupakan kondisi bagi hidup yang baik di bumi Indonesia ini. Keteraturan manusiawi dan kosmos yang terpadu adalah bagian dari keseluruhan hubungan harmonis dengan alam adikodrati dan kondisi-kondisi harmonis dalam kosmos yang akan memantulkan masyarakat teratur yang adil dan makmur. Bila kesadaran rohani manusia-manusia Indonesia dikembangkan, tidak mengumbar hawa nafsu dan pamrih, maka kehidupan dalam masyarakat Indonesia ini akan tertib, tenteran dan teratur Pula. Inilah cermin keteraturan kosmos serta hubungan antara Tuhan dengan manusia."
Depok: Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
K.S. Paku Buwana IV
"Kitab ini adalah karangan yang berisi ajaran-ajaran yang baik yang dahulu dipakai oleh orang Jawa jika akan mengabdi di dalam keraton. Ajaran ini banyak ditaati dan sangat terkenal di antara orang Jawa khususnya di Surakarta."
Semarang: G.C.T. van drop, 1923
BKL.0009-PW 9
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Ngabehi Pujaharja
"Naskah berisi dua teks, yaitu Serat Pamular dan Serat Bramatisar, keduanya dikarang oleh R. Pujaharja, di Surakarta, sekitar tahun 1921. Keduanya merupakan teks didaktik, menjabarkan moral Jawa berkenaan dengan fungsi dan penggunaan kekuatan-kekuatan yang ada dalam diri manusia untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia. Lihat CL.69 untuk eksemplar lain dari teks yang sama."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CL.68-K 13.01
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah salinan, berisi teks yang sama dengan FSUI/CL.68. Lihat deskripsi naskah di atas untuk keterangan selanjutnya."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CL.69-K 13.02
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Jagawigata
"Buku ini menguraikan mengenai pelajaran budi pekerti bagi siapa pun. Dikarangnya buku ini karena banyak orang bertindak belum sesuai dengan norma-norma yang ditulis di dalam tatanan hidup. Perkumpulan yang baik bisa diharapkan ketuanya dapat bertindak baik tetapi kadang melenceng dari yang diharapkan dari tujuan utamanya."
Semarang: H.A. Bunjamin, 1914
BKL.0037-PW 37
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>