Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 175 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mas Ngabehi Mangunwijaya
"Teks diawali dengan cerita tentang Raja Dhestarata yang sedang merisaukan keadaaan putra Pandhudewanata yang lahir dalam keadaan terbungkus ketuban yang tidak dapat terpecah. Sang raja menyuruh para Kurawa mencari senjata untuk memecah ketuban, senjata tersebut berada di hutan Krendawahana. Raja Dhestarata kwatir akan kekuatan putra Pandu, bila dewasa kelak tidak ada yang mengalahkannya."
Kediri: Boekhandel Tan Khoen Swie, 1921
BKL.0360-CW 13
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
"Teks terdiri dari beberapa bagian, yaitu: 1. Bubuka: berisi keterangan mengenai Lakon Bimasuci dan beberapa unsur yang berkaitan dengan lakon tersebut (h.ii); 2. Talu: berisi keterangan mengenai awal pertunjukan wayang, waktu mulai, gending-gending yang akan dibawakan, tata cara dalang ketika akan memulai pertunjukan (h.l); 3. Jejer: Prabu Duryudana merasa khawatir terhadap kekuatan Pandawa. Durna menyarankan agar membunuh Bima terlebih dahulu, karena dia menjadi pusat kekuatan Pandawa (h.l); 4. Adegan kedhatonan: Dewi Banowati, Laksmanawati, Limbuk, dan Cangik menyambut kedatangan Prabu Duryudana (h.20); 5. Adegan Pasowanan ing Jawi: patih Sangkuni yang dihadap balatentara Kurawa tengah membicarakan bagaimana menghadapi peperangan, sekaligus mengikuti perjalanan Werkudara ke Hutan Tikbra Sara (h.28); 6. Adegan Sabrangan: Batara Anantaboga dihadap Dewi Suparti, membicarakan keinginan Dewi Suparti untuk menolong Bratasena yang tengah ditipu daya Durna (h.42); 7. Adegan Perang Gagal: peperangan antara Dewi Suparti dengan tentara Astina (h.50); 8. Adegan Pandhita: Arjuna mengatakan kepada Bagawan Abiyasa bahwa Bratasena sedang berguru kepada Durna. Mereka merasa khawatir, karena sudah mengetahui watak Kurawa yang penuh tipu daya (h.68); 9. Adegan Perang Kembang: peperangan sepasang raksasa dengan Arjuna (h.91); 10. Adegan ing Negari Ngamarta: Prabu Puntadewa membicarakan kepergian Arjuna (h.171); 11. Adegan ing Negari Ngastina: Prabu Duryudana mengatur siasat untuk dapat membunuh Werkudara (h.233); 12. Adegan ing Negari Ngamarta: Prabu Yudistira mengkhawatirkan kepergian Werkudara ke Gunung Candramuka (h.252); 13. Adegan ing Guwa Sigrangga: Naga Suparti jatuh cinta pada Werkudara (h.281); 14. Adegan ing Pasanggrahan Wana Tibrasara: Kurawa berniat menghadang perjalanan Buna,,namun gagal karena ternyata Bima mengambil jalan lain (h.314); 15. Adegan Prang Sampak (Amuk-amukan): peperangan antara Werkudara dengan Kurawa (Kartawarma, Durmagati, dan Carucitra) (h.353); 16. Adegan Pungkasan (Tancep Kayon): Prabu Yudistira membicarakan kisah Bimasuci (h.363). Menurut keterangan pada h.i, naskah induk dibuat oleh M.Ng. Nayawirangka atas perintah Mangkunagara VII. Keterangan tarikh penulisan tidak diketahui. Penyunting memperkirakan penulisan dikerjakan pada masa pemerintahan MN VII, yaitu antara tahun 1916-1944. Kini naskah induk kemungkinan tersimpan di Museum Reksapustaka, Surakarta dengan kode SMP/MN.430. Naskah kemudian dibuatkan alih aksara ketikan. Keterangan penyalinan tidak dijumpai dalam naskah, hanya pada MSB/W.63 disebutkan bahwa penyalinan dibuat pada tahun 1937, di Surakarta oleh staf Pigeaud. Salinan tersebut, selain tersimpan pada koleksi FSUI ini, juga dapat dijumpai pada SMP/MN.429 dan MSB/W.63."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.84-G 189
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini diperoleh Pigeaud dari R. Tanaya di Surakarta, pada Oktober 1935. Teks memuat tiga macam versi lakon Palasara. Cerita-cerita tersebut dikumpulkan sendiri oleh R. Tanaya dari beberapa teks kuna. Penyalinan dikerjakan pada tahun 1934. Ketiga macam versi lakon Palasara tersebut adalah: 1. Lampahan Palasara, petikan dari Serat Pakem Padhalangan milik B.R.M.A. Gandakusuma, dengan tarikh penulisan antara 1 Sapar s/d 24 Rabiulawal, Be 1768 (5 April s/d 27 Mei 1840) (h.l); 2. Cariyos Palasara, petikan dari Serat Sejarah Tanah Jawi, yang bertarikh 1777 J (1849 M) milik B.R.M. Kaliwon Purwadarsana di Surakarta (h.l 1); 3. Lakon Palasara, petikan dari pakem balungan lakon wayang purwa, yang ditandai angka tahun 1804 J (1875 M)(h.l9). Pada h.23 terdapat anjuran agar lakon Palasara dalam naskah ini dibandingkan dengan adegan Palasara yang termuat dalam Pustakaraja Purwajilid V."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.85-A 38.12
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini diperoleh Pigeaud dari Darsasastra, pada tanggal 6 September 1930 di Surakarta. Naskah telah dibuatkan ringkasan isinya oleh Mandrasastra pada bulan November 1930. Berdasarkan keterangan pada h.i, kemungkinan pemilik naskah sebelumnya adalah Srinarjo. Naskah berisi 11 lakon wayang purwa, yaitu: /. Limang Trenggana (h.lr); 2. Kresna Begal (h.5r); 3. Murcalelana (h.9v); 4. Kandhihawa (h.l4r); 5. Kresna Wisudha (h.l9v); 6. Mintaraga (h.26v); 7. Danumaya (h.32v); 8. Dursasana Ical (h.37r); 9. Abimanyu Gendhong (h.4lv); 10. Pandhawa Gupak (h.44v); 11. Lobaningrat (h.48r)."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.116-NR 109
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Kanjeng Raden Mas T.H. Woerjaningrat
"Buku (dalam bentuk stensil) ini berisi pengetahuan tentang kebatinan Jawa antara lain mengenai sarengat, tarekat, kakekat (hakekat), makrifat."
Solo: Stensil Kaha, no year
BKL.0386-PW 95
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1993
899.22 BAN
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Hidayat Soesanto
Bandung: Geger Sunten, 1995
499.286 HID b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini berisi tiga teks yang berbeda-beda, yaitu: 1) serat buk pakem pusaka (h.3-50), ialah berbentuk macapat yang menyajikan daftar dan deskripsi pusaka yang tersimpan di keraton Yogyakarta pada jaman HB V. Buku ini rupa-rupany ahasil alih aksara dari naskah Kraton Widyabudaya (YKM/W.355), yang dibuat pada tahun 1854 atas perintah HB V; 2) Teks yang berisi berbagai penjelasan (55-67) termasuk tentang ukiran, nama pangkat dalam kerajaan dengan tugasnya (dari Serat Wadya Aji) dari patih sampai jajar (56-65), dan Babad Sengkala Ageng (65-67), berisi deskripsi singkat tentang Prabu Jayabaya, Prabu Widayaka, Sri Mahapunggung dan Prabu Pamekas dari Pajajaran; 3) Sejarah para empu (68-174), memuat serta nama dan riwayat para empu asil ciptaan mereka, mulai dari Empu Ramayadi (Medhang Kamulan) sampai empu jaman PB X (1861-1893) yaitu Singawijaya , Japan, Rejeng dan Supa, disambung dengan keterangan tentang jenis keris, dhapur, pamor, ricikan, bahan besi, cara mengukur wilah, pembuatan senjata dan jenis besi dengan sifat fisik dan mistiknya serta senjata-senjata kuna yang berat-berat. Bandingkan MSB/F.17 dan 22. Naskah ini disalin oleh petugas Panti Boedaja pada bulan Maret 1943. Salinan lain (tembusan karbon) dapat dijumpai di koleksi Museum Sonobudoyo (MSB/F.38, lihat juga mikrofilm MSB rol 158 no.3)"
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
PR.33-G 183
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Menurut daftar naskah koleksi FSUI, naskah SJ.163 ini berjudul Babad tanah jawi (begint Watugunung), namun judul ini tidak sesuai dengan yang terdapat pada punggung naskah yaitu serat pakem ringgit purwa. Isi teks ternyata juga tentang cerita wayang. Oleh karena itu, penyunting membuat judul baru yang sesuai dengan judul pada punggung naskah dan isi teks. Kemungkinan judul lagi adalah Serat Kandha. Bagian awal naskah ini tidak bisa dibaca karena kerusakan pada lembar halaman naskah. Teks berisi kisah Resi Gana yang enggan menikah. Kisah Prabu Watugunung dari Gilingwesi. Kisah Dewi Sri dengan Dasamuka. Kisah Arjunasasrabahu. Kisah Subali dan Sugriwa. Cerita Pandudewanata dari Astina. Kisah Dewa Wisnu dengan Boma. Kisah tentang kelahiran Gatotkaca dan pertarungannya dengan Brajamusti. Beberapa episode cerita tentang Arjuna. Diakhiri dengan kisah putra dari Patih Suwenda yang menikah dengan seorang putri dari Cempa. Daftar pupuh: (1) ..., ... ; (2) pangkur; (3) dhandhanggula; (4) asmarandana; (5) durma; (6) dhandhanggula; (7) sinom; (8) durma; (9) dhandhanggula; (10) durma; (11) asmarandana; (12) dhandhanggula; (13) mijil; (14) asmarandana; (15) wirangrong; (16) pangkur; (17) sinom; (18) dhandhanggula; (19) durma; (20) pangkur; (21) durma; (22) sinom; (23) asmarandana; (24) kinanthi; (25) sinom; (26) pangkur; (27) maskumambang; (28) asmarandana; (29) mijil; (30) megatruh; (31) dhandhanggula; (32) sinom; (33) pangkur; (34) durma; (35) dhandhanggula; (36) sinom; (37) durma; (38) sinom; (39) durma; (40) asmarandana; (41) sinom; (42) dhandhanggula; (43) pangkur; (44) kinanthi; (45) asmarandana; (46) kinanthi; (47) dhandhanggula; (48) wirangrong; (49) sinom; (50) asmarandana; (51) mijil; (52) durma; (53) pangkur; (54) sinom; (55) dhandhanggula; (56) mijil; (57) pangkur; (58) kinanthi; (59) durma; (60) sinom; (61) dhandhanggula; (62) sinom; (63) asmarandana; (64) pangkur; (65) durma; (66) sinom; (67) dhandhanggula; (68) pangkur; (69) wirangrong; (70) asmarandana; (71) durma; (72) pangkur; (73) mijil; (74) asmarandana; (75) dhandhanggula; (76) durma; (77) kinanthi; (78) pangkur; (79) durma; (80) dhandhanggula; (81) asmarandana; (82) sinom; (83) asmarandana; (84) pangkur; (85) durma; (86) mijil; (87) asmarandana; (88) sinom; (89) pangkur; (90) sinom; (91) dhandhanggula; (92) durma; (93) asmarandana; (94) pangkur; (95) durma; (96) asmarandana; (97) sinom; (98) dhandhanggula; (99) pangkur; (100) durma; (101) dhandhanggula; (102) sinom; (103) mijil; (104) durma; (105) kinanthi; (106) pangkur; (107) dhandhanggula; (108) asmarandana; (109) durma; (110) pangkur; (111) dhandhanggula; (112) durma; (113) sinom; (114) pangkur; (115) kinanthi; (116) dhandhanggula; (117) asmarandana; (118) sinom; (119) durma; (120) dhandhanggula; (121) pangkur; (122) sinom; (123) pangkur; (124) girisa; (125) maskumambang; (126) kinanthi; (127) durma; (128) dhandhanggula; (129) asmarandana; (130) dhandhanggula; (131) durma; (132) asmarandana; (133) mijil; (134) dhandhanggula; (135) asmarandana; (136) pangkur; (137) durma; (138) dhandhanggula; (139) sinom; (140) pangkur; (141) durma; (142) dhandhanggula; (143) durma; (144) pangkur; (145) durma; (146) pangkur; (147) dhandhanggula; (148) durma; (149) dhandhanggula; (150) pangkur; (151) durma; (152) pangkur; (153) durma; (154) kinanthi; (155) durma; (156) asmarandana; (157) pangkur; (158) durma; (159) kinanthi; (160) dhandhanggula; (161) asmarandana; (162) sinom; (163) pangkur; (164) dhandhanggula; (165) durma; (166) dhandhanggula; (167) mijil; (168) durma."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
SJ.163-NR 399
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Sastra Kartika
"Buku ini berisi mengenai pakem atau patokan-patokan mengenai tari-tarian, khususnya dari kraton Surakarta Adiningrat. Adapun yang diuraikan adalah nama tari-tariannya kemudian nama irama-iramanya, kemudian tata cara tariannya, cara-cara menggerakkan kaki, jari-jarinya. Aturan mengenai tarian halus, tengahan, dan yang kasar. Penjelasan pacak gulu dan lain-lainnya. Juga disertai dengan hapalan mengenai gendhing dan titilarasnya."
Solo: Algemene Javaansche Boekhandel Trimoertie, 1925
BKL.0110-ST 2
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>