Ditemukan 3009 dokumen yang sesuai dengan query
R.Ng. (Raden Ngabehi) Yasadipura
"Serat wicara keras adalah karya Yasadipura II. Berisi kritik terhadap kebijaksanaan pemerintah keraton Surakarta. Isinya ajaran moral yang baik dengan mengambil contoh tokoh-tokoh pewayangan, sejarah Jawa dan Madura, seperti Patih Suwanda dari Maespati, Patih Danureja I dari Yogyakarta dan Cakraningrat dari Madiun. Contoh moral yang buruk Prabu Rahwana, Pringgalaya dari Pati. Serat wicara keras disebut juga serat ondhe-ondhe putih. Asal koleksi R. Tanojo. Daftar pupuh sebagai berikut: 1. Sinom; 2. Dhnadhanggula; 3. Gambuh; 4. Kinanthi; 5. Megatruh; 6. Sinom; 7. Pangkur."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CH.7-KT 33
Naskah Universitas Indonesia Library
"Pada abad ke-18 sd 19, Surakarta mengalami puncak kesustraan dikarenakan wilayah pesisir yang notabene menjadi aset perdagangan telah dikuasai Belanda, maka dari itu Istana mengarahkan ke berbagai bidang kesenian terutama susastra. Ada tiga tokoh besar dalam kesustraan Surakarta, yaitu Yasdipura I, Yasdipura II, dan Ranggawarsita."
JMN 5:2 (2014)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Sri Suhandjati Sukri
Yogyakarta: Gama Media, 2004
297.659 8 SRI i
Buku Teks Universitas Indonesia Library
PATRA 4(1-2) 2003
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
"Yasadipura's I works was well known by Javanese noble (priyayi) since 19th until the beginning of 20th, much of them are re-written, analyzed, and re-interpreated. His work need to be analyzed and understood more like what Ricklefs has done soundly in analyzing of the authenticity of the Java manuscript which much spread in many libraries and museum both in Indonesia and abroad"
297 TURAS 12 (1-3) 2006
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
"Naskah berisi dua teks, yaitu: serat bicara satunggal, berisi makna kata-kata Jawa, dan arti panambang ?an (akhiran -an); dan serat nitileksana, berupa cari yang mengandung nasehat tentang tatacara hidup yang baik. Naskah merupakan karya Pujaharja, keterangan tarikh penulisan tidak disebutkan secara lengkap, hanya dicantumkan tahun 19? . Namun pada sampul naskah asli, terdapat keterangan angka tahun 1911, kemungkinan angka tahun ini merupakan keterangan tarikh penulisan."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
PW.4-B 12.10
Naskah Universitas Indonesia Library
Mas Tanaya
"Buku ini menguraikan mengenai cara-cara atau patokan berbicara dengan memakai bahasa rahasia (Jawa), yaitu: 1) Wicara sandi dengan menggunakan panambang: Tina; 2) Wicara sandi dengan menggunakan Garba sastra; 3) Wicara sandi dengan menggunakan Ater-ater su; 4) Wicara sandi dengan menggunakan Bali swara; 5) Wicara sandi dengan menggunakan Lambang sastra; 6) Wicara sandi dengan menggunakan Caraka balik."
Solo: De Bliksem, 1931
BKL.0963-BA 66
Buku Klasik Universitas Indonesia Library
Herminie Soemitro
"This paper sugests the readers to be critical in their concern for the problem of pornography. It seems clear that pornography is a moral problem, but a simple argument from traditional philosophy of language has shown that pornography does not have any meaning. This kind of argument is named Meta-ethics. However, pornography is a phenomenon in our society and it does happened. On the one side, we should resist the temptation of scrutinizing pornography as a moral problem. On the other side, pornography has risen a big worry in our society. In resisting the temptation we found a better theory, so that we are able to uncover the origin of pornography. John Langshaw Austin has saved some study imposible phenomena including pornography by this theory of Speech Act. The result of the study is that pornography is made possible in social relation and it is about power"
University of Indonesia, Faculty of Humanities, 2003
pdf
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Retno Diwati
"Skripsi ini membahas mengenai Serat Dewaruci, salah satu karya sastra Jawa yang mengungkapkan ajaran mistisisme Jawa. Dalam Bab I (Pendahuluan) dikemukakan bahwa gagasan dasar yang mendorong penulisan skripsi ini adalah keinginan meninjau filsafat Jawa sebagai salah satu tradisi filsafat yang tumbuh dan berkembang di bumi Indonesia. Tradisi ini terungkap dalam salah satu sikap yang senantiasa berusaha mencari dasar awal segala sesuatu lewat renungan tentang apa yang terdapat di belakang segala wujud lahir dan pencarian sebab terdalam dari padanya. Renungan dilaksanakan dengan keheningan cipta-rasa-karsa dalam samadi. Dalam Bab II dikemukakan perjalanan sejarah Jawa sebagai dimensi yang turut membentuk paham pemikiran Java. Melalui penelusuran sejarah sejak jaman Pra sejarah, jaman Hindu/Budha, hingga jaman Islam , menunjukkan adanya titik-titik pertemuan diantara ajaran Hindu/Budha sebelum kedatangan Islam dan ajaran kebatinan Islam yang memasuki Indonesia. Pandangan kedua sistim keagamaan tersebut digali dan diolah dengan unsur asli pemikiran Jawa sehingga diresapi sebagai ungkapan identitas Jawa sendiri. Bab III meraparkan kisah Dewaruci sebagai salah satu kar_ya sastra Jawa penuh kias dan lambang yang mengisahkan perjalanan Bima di dalam mencari air hidup agar mempero1eh kesempurnaan. Perjalanan Bima ini merupakan kesatuan gerak dalam kesa_tuan pengalaman yang menggambarkan proses kesadaran panca inde_ra memasuki kesadaran pribadi kernudian mencapai kesadaran ilahi. Lewat pendekatan filsafat diungkapkan aspek filosofis yang terkandung di dalamnya : aspek metafisika, yang bertolak dari eksistensi manusia dan alam dunia sebagai wujud nyata yang dapat di_tangkap panca indera, dipertanyakan darimana dan kemana semua wujud ini. Aspek anthropologi mengungkapkan bahwa tata eksistensi manusia terdiri dari dua segi fundamental realitas yang bersatu dalam diri manusia yakni segi lahir dan yang dibelakangnya terselubung segi batinnya . Aspek etika/estetika mengungkapkan bahwa etika adalah sebagai sarana untuk mencapai kesempurnaan. Aspek epistemologi mengungkapkan proses memperoleh pengetahuan dengan mempergunakan kodrat kemampuan manusia untuk meningkatkan kesadaran aku (kesadaran panca indera) kepada kesadaran hening dalam cipta rasa-karsa, menuju kesadaran pribadi dan akhirnya mencapai kesadaran ilahi. Pengungkapan klasifikasi aspek-aspek tersebut sebagai acuan bagi kita untuk dapat mengerti masing-masing unsur pengalaman di samping memberikan struktur bermakna kepada alam pengalaman. Memasuki bab IV dimulailah pembahasan mengenal kisah Dewaruci sebagai ungkapan mistisisme Jawa. Sebelumnya dikemukakan mistisisme dalam pengertian umum yaitu sebagai ajaran rahasia yang tersembunyi yang berkembang praktis dalam semua agama sebagai jalan batin menuju Tuhan Yang Maha Esa. Mistisisme Jawa secara umum disebut sebagai kebatinan Jawa. Praktek penghayatan dalam kebatinan Jawa adalah usaha yang bersifat pribadi yang bertujuan mencapai kesatuan hamba dengan Tuhan. Kemampuan tersebut dicapai melewati jalan 4 tahap : Sarengat, Hakekat, Tarekat dan Makrifat. Penuangan kebatinan Jawa dilambangkan dengan tokoh Bima sebagai gambaran manusia yang telah mencapai kesempurnaan. Bima menjalankan laku susila untuk mencapai kesempurnaan dengan mengembangkan rasa hingga mencapai kesadaran ilahi. Tuntutan etika merupakan sarana dan petunjuk jalan terbaik untuk mencapai ketenangan dan ketenteraman batin hingga rasa jati dimana manusia bertemu dengan Yang ilahi. Perjalanan batin Bima sebagai praktek penghayatan yang menempatkan suatu penalaran yang mengembangkan penggunaan rasa untuk menyingkap pengetahuan dari Zat Yang Mutlak Rasa menurut paham Jawa dapatlah disamakan dengan hati nurani atau suara hati menurut paham Barat dalam arti sebagai penuntun tingkah laku manusia dari dalam. Perbandingannya, hati nurani di Barat sebagai hukum Tuhan Yang Mutlak yang digoreskan dalam diri manusia, maka di Jawa hati nurani adalah Tuhan yang bertahta dalam inti yang terdalam dari manusia yang memanggil manusia kasar untuk kembali ke asalnya. Demikianlah pembahasan Skripsi dari Bab I hingga Bab IV. Skripsi ini ditutup dengan Evaluasi dan Kesimpulan pada Bab V yaitu melihat seberapa jauh kaitan dan hubungan penghayatan menurut versi Dewaruci dengan penghayatan kebatinan dewasa ini serta adalah peranannya di Indonesia. Akhirnya disimpulkan bahwa ada persamaan pandangan kebatinan menurut versi Dewaruci dengan kebatinan masa kini yang pada intinya ingin mewujudkan kesatuan hakiki antara hamba dan Tuhan (manunggaling kawula Ian gusti) melawan kemajuan perkembangan yang menyesatkan (individualisasi) dengan pembangunan mental menuju ke perkembangan dunia secara harmonis (memayu hayuning bawono). Praktek kebatinan mengacu pada pemusatan moral yang besar maka praktek kebatinan merupakan kondisi bagi hidup yang baik di bumi Indonesia ini. Keteraturan manusiawi dan kosmos yang terpadu adalah bagian dari keseluruhan hubungan harmonis dengan alam adikodrati dan kondisi-kondisi harmonis dalam kosmos yang akan memantulkan masyarakat teratur yang adil dan makmur. Bila kesadaran rohani manusia-manusia Indonesia dikembangkan, tidak mengumbar hawa nafsu dan pamrih, maka kehidupan dalam masyarakat Indonesia ini akan tertib, tenteran dan teratur Pula. Inilah cermin keteraturan kosmos serta hubungan antara Tuhan dengan manusia."
Depok: Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Sapardi Djoko Damono, 1940-2020
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2022
899.221 SAP s
Buku Teks Universitas Indonesia Library