Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 169 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Teks praniti wakya ini mengemukakan ramalan-ramalan Raja Kediri, Jayabaya, tentang hal-hal yang akan terjadi di Jawa. Diawali dengan pertemuan Jayabaya dengan pendeta Maulana Ngali Syamsujen dari Ngerum yang memberikan ilmu ramalan tentang bermacam-macam jaman kepada Raja Jayabaya. Asal koleksi R. Tanojo."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
LS.6-KT 32
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Pearson, Hesketh
London: Heinemann, 1960
923 PEA c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Teks Brahmanda Purana ini dimulai dengan uraian keberhasilan raja Disimakresna memegang tampuk pemerintahan. Rakyat dan raja-raja disekitarnya tunduk dan taat pada perintahnya, keadaan kerajaan sangat tentram dan aman. Taks diakhiri dengan uraian keutamaan tapa dan semadi seorang maharesi. Informasi penulisan teks tidak ditemukan secara jelas. Bandingkan Kirtya 678 dan LOr 9404 (Pigeaud 1968: 931). Menurut kolofonnya (h.81a), naskah disalin (atau diprakarsai) oleh Gusti Putu Djlantik pada tahun 1910 di Singaraja, Bali."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
AH.8-LT 157
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Darmasumarta
"Naskah babad ini merupakan buah karangan R. Darmasumarta, di Paguwan, Purwakarta, pada tahun 1927. Teks diawali dengan permohonan Adipati Paguwan kepada Raja Brakumara dari Majapait, agar kedudukannya sebagai adipati Wirasaba dapat digantikan anaknya yang bernama Urang, karena dirinya sudah merasa tua sehingga tidak mampu lagi untuk menunaikan tugasnya sebagai adipati. Dilanjutkan dengan kisah Radenputra Majapait (Raden Baribin?) yang diusir dari istana. Ia kemudian pergi ke Pajajaran. Raja Pajajaran menikahkannya dengan canggah Prabu Maradipa Pajajaran. Pernikahan tersebut menghasilkan empat orang anak, tiga laki-laki dan seorang wanita. Anak laki-laki masing-masing bernama R. Keduu, R. Banyaksasra, R. Banyakgumarang, sedangkan anak perempuannya bernama Ngaisah. R. Keduu pergi ke Majapait, sampai di Wirasaba dipungut anak oleh Adipati Wirasaba. Suatu saat ia pergi ke Majapait mewakili Adipati Wirasaba. Raja Majapait memberikan hadiah berupa isteri dan tanah dari Gunung Sumbing sampai Karawang, dan menjadi adipati Wirasaba dengan gelar Adipati Margautama. Anaknya yang bernama R. Suwarga kemudian menggantikannya sebagai adipati dan bergelar Wargautama pula. Sementara itu, R. Banyaksasra yang ingin mencari R. Keduu disuruh oleh ayahandanya untuk pergi ke Pasirluhur, R. Banyakgumarang ke Keling, dan Ngaisah ke Kejawar. Di Pasirluhur R. Banyaksasra kedatangan anak mranggi Kejawar yang bermimpi kejatuhan bulan dari Pasirluhur. Akhirnya anak mranggi tersebut kawin dengan Ngaisah dan kembali ke Kejawar. Pendhita putra dari Pajajaran pergi ke Pasirluhur, ingin menemui anaknya. Ia bertemu dengan Mangun, anak R. Banyaksasra yang sudah meninggal. Ki Pandita meramalkan bahwa Mangun kelak akan menjadi bupati Banyumas, di pinggir S. Lanang. Di kemudian hari Mangun menikah dengan anak adipati Banyumas. R. Ciungwanara atau Banyakwide sebagai Raja Pajajaran mengusir adiknya yang bernama R. Jaka Susuruh. Ia pergi ke timur, dan setelah mendirikan Majapait, ia kemudian menyerang Banyakwide. Akhirnya Banyakwide melarikan diri ke Banakeling. Setelah seratus tahun, Majapait yang saat itu rajanya bernama Ardiwijaya, hancur karena angin topan. Seiring dengan makin menyurutnya pengaruh kerajaan Majapait, timbul kerajaan baru yaitu kerajaan Demak, dengan rajanya R. Patah yang beragama Islam. Adipati Wargautama juga masuk agama Islam. Setelah Raja Demak wafat, maka diganti oleh Mas Karebet, putra Ki Ageng Pengging, yang diambil menantu oleh Raja Demak. Ia lebih dikenal dengan sebutan Jaka Tingkir, karena lama tinggal di desa Tingkir. Keraton lalu dipindahkan ke Pajang. Putri Adipati Wirasaba diambil sebagai isteri oleh Adipati Pajang. Ketika mendengar laporan bekas besan Adipati Wirasaba yang menyatakan bahwa istrinya tersebut adalah bekas menantunya, Adipati Pajang menjadi murka dan memerintahkan untuk membunuh Adipati Wirasaba. Sepeninggal Adipati Wirasaba, Banyumas kemudian dibagi empat oleh putra menantunya, yaitu: Banyumas, Bogor, Kerawang dan Manglen. Cerita dilanjutkan dengan kisah kerajaan Mataram, peristiwa pemberontakan Untung Surapati di Kartasura, serta kisah pemerintahan Tumenggung Yudanagara di Banyumas berikut anak keturunannya. Naskah terdiri atas dua bagian, berciri A 5.10a dan b. Naskah (b) berbentuk macapat, disalin pada Januari 1928 dan naskah (a) merupakan ringkasan per pupuh dari naskah (b) tersebut, disalin pada Februari 1928. Kedua naskah disalin di Surakarta (h.i), kemungkinan oleh staf Pigeaud. Salinan (a) dikirim kepada R.A.A. Suyana, Bupati Sepuh Pasuruan, pada bulan Juli 1930. Dan salinan (b) dikirim ke Panti Boedaja. Namun kedua salinan tersebut kini tersimpan di koleksi FSUI."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
SJ.176-A 5.10a
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Cerita Raja Baliwikrama, dialihaksarakan oleh R. Tanaya dari MSB/L.62, tahun; 1939. Lihat naskah PNRI/G 160 untuk eksemplar lain ketikan yang sama."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CH.4-G 160a
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini berisi catatan tentang teks Serat Kalasurya yang termuat pada naskah KBG 596. Terdiri atas cuplikan awal dan akhir teks, daftar pupuh (47 buah), catatan umum, serta ringkasan alur cerita pupuh perpupuh. Dibuat oleh R.Ng. Poerbatjaraka (atau stafiiya) di Batavia. Naskah diterima oleh Pigeaud pada bulan Desember 1931. Teks ini menceriterakan seorang tokoh yang bernama Jayalengkara bertahta di kerajaan Purwacarita. Kepemimpinannya sangat adil dan makmur, serta disegani oleh kerajaan 4ain. Jayalengkara menyuruh hambanya untuk melamar 4 putri dari panataran putra dari Prabu Gusti Raja Sapaka, maka Jayalengkara bergelar Kalasurya. Prabu Kalasurya akhirnya jatuh cinta kepada kakaknya sendiri, dan mendapatkan kutukan dari dewa, maka matilah Prabu Kalasurya. Putra-putranya pergi meninggalkan Purwacarita menuju kerajaan Majapura, sedangkan putrinya yang bernama Retna Pambayun menjadi ular naga yang menjaga kerajaan Purwacarita."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CH.30-L 6.03
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini bercerita tentang seorang ksatria bernama Sidapaksa dan istrinya bernama Sri Tanjung, yang mengabdi pada Prabu Sulakrama di negeri Sindureja. Disalin oleh R-M. Suwandi untuk Pigeaud pada tahun 1928. Daftar pupuh: (1) megatruh; (2) mijil; (3) megatruh; (4) mijil; (5) megatruh; (6) mijil; (7) ?; (8) maskumambang; (9) ?; (10) mijil; (11) megatruh; (12) durma; (13) megatruh."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CH.51-A 9.04
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini berisi teks Sri Tanjung, kemungkinan merupakan tembusan karbon dari CH.53. Untuk keterangan selanjutnya lihat deskripsi naskah tersebut. Naskah tidak dimikrofilm."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CH.52-G 33
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah yang diterinia Pigeaud dari koleksi R. Asparin ini merupakan hasil ketikan dari salinan tulisan tangan FSUI/CH.51 (A 9.04, dibuat pada November 1928). Salinan ketikan ini dikerjakan di Surakarta pada Januari 1931 sebanyak 4 buah, 3 buah di antaranya (HA32 b-c, dan G 33) merupakan tembusan karbon. Dalam koleksi FSUI ini hanya eksempl^ar 'a' yang dimikrofilm. Baik salinan ketikan maupun salinan tulisan tangan ini merupakan hasil alih aksara dari naskah induk yang kemungkinan sekarang terdapat pada koleksi KBG 378. Pada lembar belakang (h.76) terdapat keterangan tentang isi naskah, yaitu sebuah teks yang dimulai dengan pengusiran Wangsengsari dan Suranagara tahun 1771, kedatangan kembali Wong Agung Wilis dan pengangkatan Prabu Blambangan pada tahun 1767, pengusiran P. Wilis pada tahun 1768, pembuatan benteng Lateng pada tahun 1769, pengangkatan Mas Alit menjadi tumenggung Wiraguna di Pangpang pada tahun 1773."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CH.53-HA 32a-c
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini berisi teks Sri Tanjung, diterima Pigeaud di Banyuwangi pada Oktober 1929 (h.260). Melihat pupuh-pupuh yang ada, tampaknya teks ini mempunyai beberapa kesamaan dengan teks naskah FSUI/CH.53 (HA 32a). Untuk keterangan bibliografi selengkapnya lihat deskripsi naskah tersebut."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CH.54-NR 163
Naskah  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>