Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5390 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Naskah ini merupakan tembusan karbon dari naskah FSUI/WY.77. Keterangan selengkapnya, lihat deskripsi naskah tersebut. Naskah tidak dimikrofilm."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.100-G 131
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah berisi berbagai cerita wayang, namun secara garis besar memuat dua teks yaitu: Mintaraga (pupuh 1-42) dan Bratayuda (pupuh 43-114). Teks diawali dengan peperangan antara Sri Mandura dari negeri Astina melawan musuh dari Traju Tisna. Cerita tersebut dilanjutkan sampai pada kisah bertapanya Arjuna di Indrakila dan digoda oleh para bidadari. Arjuna diperintahkan untuk membasmi raksasa pengganggu kahyangan yaitu Niwatakawaca. Ia berhasil melaksanakan tugas tersebut dan selanjutnya diangkat menjadi raja kahyangan. Cerita dilanjutkan dengan beberapa kisah lainya seperti, perkawinan Abimanyu dengan Siti Sundari, hingga cerita Baratayuda. Teks diakhiri dengan tewasnya Aswatama di tangan Arjuna. Teks Mintaraga yang termuat dalam naskah ini berbeda dengan teks Mintaraga gubahan Pakubuwana III dan R.Ng. Yasadipura yang sudah diterbitkan. Tentang kedua versi ini dan keterangan lebih lanjut tentang teks Mintaraga ? yang juga dikenal dengan nama Wiwaha Jarwa ? lihat Pratelan I: 5-7, MSB/L.44, Pigeaud 1967:241. Lihat juga disertasinya Kuntara Wirjamartana (Arjunawiwaha). Daftar pupuh: (1) durma; (2) pangkur; (3) durma; (4) mijil; (5) durma; (6) maskumambang; (7) asmarandana; (8) mijil; (9) sinom; (10) dhandhanggula; (11) durma; (12) girisa; (13) durma; (14) asmarandana; (15) pangkur; (16) kinanthi; (17) girisa; (18) sardula; (19) girisa; (20) asmarandana; (21) maskumambang; (22) duduk; (23) mijil; (24) durma; (25) dhandhanggula; (26) mijil; (27) maskumambang; (28) kinanthi; (29) sinom; (30) asmarandana; (31) mijil; (32) asmarandana; (33) pangkur; (34) sinom; (35) durma; (36) pangkur; (37) mijil; (38) pucung; (39) dhandhanggula; (40) asmarandana; (41) dhandhanggula; (42) sinom. Pupuh 43-114 memuat teks Bratayuda yang ternyata sangat mirip dengan redaksi Bratayuda Yasadipuran yang diterbitkan oleh Cohen Stuart (1860): lihat Pratelan 1:56-64 untuk daftar pupuh; bandingkan juga MSB/L.68 untuk keterangan selanjutnya. Namun ada sedikit perbedaan, yaitu ada beberapa pupuh dalam teks versi ini yang tidak termuat dalam edisi cetak. Naskah ini tidak mengandung keterangan tentang penulisan, namun demikian, berdasarkan kertas yang digunakan untuk menyalin naskah ini, penyunting memperkirakan naskah ini disalin sekitar abad ke-19. Naskah dibeli Pigeaud dengan perantaraan Ir. Moens, di Yogyakarta, pada tanggal 6 September 1932. Pada h.i terdapat tanda tangan dengan keterangan waktu 17 Agustus 1931 yang menurut dugaan penyunting dibuat oleh seseorang yang pernah memiliki naskah ini. Ringkasan cerita dari naskah ini telah dibuat oleh Mandrasastra pada bulan Mei 1933, sebanyak 21 halaman."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.121-NR 210
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini merupakan salinan tulisan tangan dari naskah lontar Jaka Superta, yang dipinjam Pigeaud (?) dari Pastorian Katolik Kayutangan, Malang, pada Juli 1936. Ringkasan isi naskah dibuat oleh R.M.Ng. Sumahatmaka dan R. Mandrasastra, pada Oktober 1936. Naskah tulisan tangan diterima Pigeaud dari Heer Blijdensteun dari Bale Arjasari (h.l). Naskah difulis pada Rabu Pahing, bulan Sura tahun Wawu (tanpa angka tahun), oleh Trunasetra, Desa Gjama (h.2). Teks diawali dengan uraian tentang keturunan Pandawa, dan uraian tentang lurah Semar. Dilanjutkan dengan kisah R. Gatotkaca di negara Purbaya dianjurkan oleh ibundanya, Arimbi, untuk mengabdi kepada Ni Randa di Karang Mendala, bersama-sama dengan R. Suparta. Ni Mendala kemudian mengganti nama mereka, Gatotkaca menjadi Ki Arya Caluntang, Suparta menjadi Pandambumi. Raja Jenggalakala Durgangsa dari negara Widarba dan Prabu Mandura, berniat melamar Dewi Titisundari dari Dwarawati, Ia mengutus sang Patih ke Amarta disertai Arjunasasra. Sementara itu, Jagal Bilawa juga minta kepada ibundanya, Ni Mendala untuk melamar Titisundari. Ternyata sang Putri mengajukan beberapa syarat, antara lain: gamelan yang berbunyi sendiri, pisang yang berpucuk cinde, yang berbuah emaskumambangdalima biji merah, carang gantung yang berbuah manggis. Arya Caluntang diutus naik ke surga untuk mencari gamelan yang berbunyi sendiri, diikuti Semar dan Bagong. Arya Caluntang berperang dengan prajurit Suralaya. Lurah Semar berperang melawan Batara Brama, Batara Wisnu, dan Batara Siwa. Semua dewa kalah, kecuali Narada. Semar minta diantarkan menghadap Batara Guru untuk menyampaikan pesan dari Ni Mendala, Batara Guru mengabulkan permintaan Semar. Semar dan Caluntang pun segera kembali. Teks berakhir dengan pernikahan Jagal Bilawa dengan putri Dwarawati. Daftar pupuh: (1) asmarandana; (2) pangkur?; (3) sinom; (4) kinanthi; (5) dhandhanggula; (6) durma; (7) asmarandana?; (8) pangkur?; (9) durma; (10) asmarandana; (11) pangkur; (12) dhandhanggula; (13) asmarandana; (14) sinom; (15) pangkur; (16) durma; (17) pangkur; (18) asmarandana; (19) durma."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.115-A 39.08
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini diperoleh Pigeaud dari Darsasastra, pada tanggal 6 September 1930 di Surakarta. Naskah telah dibuatkan ringkasan isinya oleh Mandrasastra pada bulan November 1930. Berdasarkan keterangan pada h.i, kemungkinan pemilik naskah sebelumnya adalah Srinarjo. Naskah berisi 11 lakon wayang purwa, yaitu: /. Limang Trenggana (h.lr); 2. Kresna Begal (h.5r); 3. Murcalelana (h.9v); 4. Kandhihawa (h.l4r); 5. Kresna Wisudha (h.l9v); 6. Mintaraga (h.26v); 7. Danumaya (h.32v); 8. Dursasana Ical (h.37r); 9. Abimanyu Gendhong (h.4lv); 10. Pandhawa Gupak (h.44v); 11. Lobaningrat (h.48r)."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.116-NR 109
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Menurut daftar naskah koleksi FSUI, naskah SJ.163 ini berjudul Babad tanah jawi (begint Watugunung), namun judul ini tidak sesuai dengan yang terdapat pada punggung naskah yaitu serat pakem ringgit purwa. Isi teks ternyata juga tentang cerita wayang. Oleh karena itu, penyunting membuat judul baru yang sesuai dengan judul pada punggung naskah dan isi teks. Kemungkinan judul lagi adalah Serat Kandha. Bagian awal naskah ini tidak bisa dibaca karena kerusakan pada lembar halaman naskah. Teks berisi kisah Resi Gana yang enggan menikah. Kisah Prabu Watugunung dari Gilingwesi. Kisah Dewi Sri dengan Dasamuka. Kisah Arjunasasrabahu. Kisah Subali dan Sugriwa. Cerita Pandudewanata dari Astina. Kisah Dewa Wisnu dengan Boma. Kisah tentang kelahiran Gatotkaca dan pertarungannya dengan Brajamusti. Beberapa episode cerita tentang Arjuna. Diakhiri dengan kisah putra dari Patih Suwenda yang menikah dengan seorang putri dari Cempa. Daftar pupuh: (1) ..., ... ; (2) pangkur; (3) dhandhanggula; (4) asmarandana; (5) durma; (6) dhandhanggula; (7) sinom; (8) durma; (9) dhandhanggula; (10) durma; (11) asmarandana; (12) dhandhanggula; (13) mijil; (14) asmarandana; (15) wirangrong; (16) pangkur; (17) sinom; (18) dhandhanggula; (19) durma; (20) pangkur; (21) durma; (22) sinom; (23) asmarandana; (24) kinanthi; (25) sinom; (26) pangkur; (27) maskumambang; (28) asmarandana; (29) mijil; (30) megatruh; (31) dhandhanggula; (32) sinom; (33) pangkur; (34) durma; (35) dhandhanggula; (36) sinom; (37) durma; (38) sinom; (39) durma; (40) asmarandana; (41) sinom; (42) dhandhanggula; (43) pangkur; (44) kinanthi; (45) asmarandana; (46) kinanthi; (47) dhandhanggula; (48) wirangrong; (49) sinom; (50) asmarandana; (51) mijil; (52) durma; (53) pangkur; (54) sinom; (55) dhandhanggula; (56) mijil; (57) pangkur; (58) kinanthi; (59) durma; (60) sinom; (61) dhandhanggula; (62) sinom; (63) asmarandana; (64) pangkur; (65) durma; (66) sinom; (67) dhandhanggula; (68) pangkur; (69) wirangrong; (70) asmarandana; (71) durma; (72) pangkur; (73) mijil; (74) asmarandana; (75) dhandhanggula; (76) durma; (77) kinanthi; (78) pangkur; (79) durma; (80) dhandhanggula; (81) asmarandana; (82) sinom; (83) asmarandana; (84) pangkur; (85) durma; (86) mijil; (87) asmarandana; (88) sinom; (89) pangkur; (90) sinom; (91) dhandhanggula; (92) durma; (93) asmarandana; (94) pangkur; (95) durma; (96) asmarandana; (97) sinom; (98) dhandhanggula; (99) pangkur; (100) durma; (101) dhandhanggula; (102) sinom; (103) mijil; (104) durma; (105) kinanthi; (106) pangkur; (107) dhandhanggula; (108) asmarandana; (109) durma; (110) pangkur; (111) dhandhanggula; (112) durma; (113) sinom; (114) pangkur; (115) kinanthi; (116) dhandhanggula; (117) asmarandana; (118) sinom; (119) durma; (120) dhandhanggula; (121) pangkur; (122) sinom; (123) pangkur; (124) girisa; (125) maskumambang; (126) kinanthi; (127) durma; (128) dhandhanggula; (129) asmarandana; (130) dhandhanggula; (131) durma; (132) asmarandana; (133) mijil; (134) dhandhanggula; (135) asmarandana; (136) pangkur; (137) durma; (138) dhandhanggula; (139) sinom; (140) pangkur; (141) durma; (142) dhandhanggula; (143) durma; (144) pangkur; (145) durma; (146) pangkur; (147) dhandhanggula; (148) durma; (149) dhandhanggula; (150) pangkur; (151) durma; (152) pangkur; (153) durma; (154) kinanthi; (155) durma; (156) asmarandana; (157) pangkur; (158) durma; (159) kinanthi; (160) dhandhanggula; (161) asmarandana; (162) sinom; (163) pangkur; (164) dhandhanggula; (165) durma; (166) dhandhanggula; (167) mijil; (168) durma."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
SJ.163-NR 399
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah berisi 32 teks pakem wayang kulit purwa, yaitu: Sri Mulih; Mangukuhan; Asal Mula Hari; Angruna-Angruni; Selaprawata; Kanumayasa; Dupara; Palasara; Kresnadipayana; Narasoma; Gorawangsa; Kangsa; Semar Jantur; Kakrasana Rabi; Karna Rabi; Suyudana Rabi; Rabinipun Suyudana; Jayadrata Rabi; Pandhu Papa; Kumbayana; Bale Sigala-Gala; Jagal Bilawa; Narayana Dadya Ratu; Kresna Kembar; PuntaDewa Rabi; Alap-Alapan Setyaboma; Bondhanpaksajandhu; Pracona; Arjuna Krama; Sayembara Gandamana; Bomantara; Boma Rabi; Samba Lengleng; Bomantaka; dan Kandhihawa. Naskah ini merupakan salinan ketikan dari PBA.178 koleksi Panti Boedaja (Museum Sonobudoyo), namun naskah babon itu kini telah hilang (lihat MSB/W.51). Pada h.i terdapat keterangan yang menyebutkan bahwa naskah induk tersebut semula berasal dari P. Kusumadilaga yang diterima Dr. H. Kraemer pada bulan Mei 1932(7). Keterangan angka tahun ini sangat membingungkan, terutama bila dihubungkan dengan tarikh penyalinan oleh staf Pigeaud, yaitu pada bulan Desember 1931. Penyunting menduga, naskah induk tersebut dipinjamkan oleh Dr. H. Kraemer kepada Pigeaud, yang kemudian dibuatkan salinan ketik sebanyak empat eksemplar pada bulan Desember 1931. Naskah kemudian dikembalikan kepada Dr. H. Kraemer pada bulan Mei 1932. FSUI menyimpan dua eksemplar salinan ketik tersebut (WY.77 dan 100), satu eksemplar tersimpan di Museum Sonobudoyo (MSB/W.51), dan satu eksemplar di PNPJ (G 131). Keterangan selengkapnya, lihat deskripsi naskahMSB/W.51. Naskah induk ditulis, atau teks semula disusun, pada hari Senin, 1 Siam, Alip 1763 (= 22 Desember 1835) (h.2)."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.77-A 27.02
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini dibuat berdasarkan karangan Ranggawarsita berisi 25 lakon wayang, masing-masing dimulai dengan suryasangkala dan candrasangkala dengan gaya Ranggawarsita, dan nama mangsanya. Lakon-lakon itu adalah: 1. Lampahan Uler Taun (dimulai dari angka 5, kemungkinan no.1-4 hilang/tidak masuk dalam penjilidan); 5. Prabu Wasupati dari Wirata ingin punya anak dari Dewi Swargandini, tetapi gagal. Bapaknya, Resi Srimanasa moksa; 6. Arya Srimadewa disuruh memberitahu ke Mandraka tentang moksanya Resi Srimanasa. Ketika pulang, bertemu dengan Parastha dari hutan Wanamarta yang dikejar oleh Uler Taun (Ulat Tahun) yang besar sekali di hutan Krendayana. Uler Taun dipanah oleh Arya Srimadewa, berubah menjadi Batara Kalakeya, anak Hyang Kalaka yang terkena sumpah bapaknya; 7. Prabu Mandrakumara moksa. Prabu Wasupati bersama patih Wasita/Arya Manungkara berkelana, bertemu dengan orang yang diamuk lembu. Ternyata lembu tadi adalah anak orang tersebut, yang karena bebalnya dikatakan seperti lembu oleh bapaknya. Akhirnya diruwat lagi oleh Arya Manungkara, dan dijadikan punggawa keraton. Kemudian bertemu dengan orang-orang yang mengungsi karena takut Memedi Entut Berut (makhluk halus yang kentut). Ternyata ia jelmaan Dewi Umi, seorang peri, yang disebut Sundel Bolong Dobol. Bau kentut itu karena ia mempunyai bermacam-macam minyak, dengan khasiatnya masing-masing. Barangsiapa sanggup membebaskan jiwanya, akan diberi semua minyak itu. Kemudian ia diwejang oleh Arya Manungkara tentang kesempurnaan jiwa, sehingga ia moksa; 8. Prabu Bahlika dari negara Sewandapura akan menyerang Wirata; 9. Prabu Santanu dari Astina kedatangan utusan dari Prabu Bahlika (kakaknya), memberitahukan bahwa ia akan menyerang Wirata; 10. Dewi Jahnawi dari Wirata melahirkan anak kembar: Dewi Sati dan Raden Matsya, yang kedua-duanya berbau ikan. Mereka diberikan kepada Prabu Dasa untuk dipelihara; 11. Prabu Santanu menolak kemauan Prabu Bahlika; 12. Prabu Santanu melaporkan kepada Prabu Wasupati tentang serangan Prabu Bahlika, Prabu Santanu melawan Prabu Bahlika. Prabu Santanu mengusir Prabu Bahlika dengan balatentaranya (h. 1-17). 2. Lakon Parasara Lalana. Agar hilang bau amisnya, Dewi Durgandini disuruh bertapa di Sungai Jamuna sebagai juru satang, sedang Durgandana bertapa ngidang (seperti kijang) di hutan Krendayana. Durgandini dilamar Raja Duryapura. Dewi Kekayi putri Prabu Kekaya minta dicarikan suami seperti yang terdapat dalam impiannya. Parasara diminta mengajar Gandarwasupala anak Gandarwarajasuwala, namun ia minta agar Padepokan Parewana, tempatnya, dipindah ke Bukit Meru, asrama tempat wiku Salya, yang minta tolong Parasara agar mengusir hewan-hewan pengganggu tanamannya. Ternyata pengganggunya adalah Resi Puruhita dengan anak buahnya yang merasa terganggu karena makam Pitara, tempat ayah dan kerabatnya dikubur, dijadikan ladang. Atas keadilan Parasara maka ia dihadiahi emas yang terpendam di Bukit Pitara, untuk memperbaiki kerusakan di Pitara/Bimarastana itu. Parasara mengikuti sayembara memperebutkan Dewi Kekayi."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.87-NR 365
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini berisi 24 lakon wayang kulit purwa Naskah merupakan alih aksara ketik dari FSUI/WY.87, namun lakon pertama dari naskah induk tersebut tidak turut dialihaksarakan. Pengalihaksaraan dikerjakan oleh staf Pigeaud pada bulan Desember 1939, di Yogyakarta sebanyak empat eksemplar (h.l). Selain dua eksemplar WY.?8 ini, lihat PNRI/G 165 dan MSB/W.46 untuk kopian lainnya. Naskah koleksi MSB tersebut telah dimikrofilm, yaitu mikro MSB rol 35 no.2, oleh karena itu naskah FSUI ini tidak dimikrofilm."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.88-G 165a
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini merupakan salinan dari naskah yang berasal dari SMP/Rp.250, dikerjakan di Surakarta pada bulan Februari 1937. Bandingkan PNRI/G 120 dan MSB/W.43 untuk kopian lain, berupa tembusan karbon WY.98 ini. Naskah ini berisi kumpulan pakem cerita carangan, yaitu: l. Lampahan PeksiDewata (h.l-36); 2. Lampahan Gambiranom (27-46); 3. Lampahan Semar Mantu (47-58); 4. Lampahan Bambang Sitijaya (59-74); 5. Lampahan Wangsatama Maling (75-84); 6. Lampahan Thonthongbarong (85-98); 7. Lampahan Manonmanonton (99-105); 8. Lampahan Mayatmiring (106-109); 9. Lampahan Shkandhi Mandung (110-119); 10. Lampahan Danasalira (120-131); 11. Lampahan Lesmana Buru Bojone Bambang (132-139); 12. Lampahan Calunthang (140-151); 13. Lampahan Carapang sasampuning Bratayuda (152-163); 14. Lampahan Parikesit (164-172); 15. Lampahan Yudayana (173-180); 16 Lampahan Prabu Wahana (181-185); 17 Lampahan Mayangkara (186-190); 18. Lampahan Bandung (191-207); 19. Lampahan Carangan Kantun Jayasaloba (208-212); 20. Lampahan Duradresana Lalarase Semarasupi (213-216); 21. Lampahan Bandhaloba (217-220); 22. Lampahan Bungkus (221-223); 23. Lampahan Lahire Pandhu (ll^-lld), 24. Lampahan Laire Dasamuka (227-231); 25. Lampahan Dasamuka Tapa Turu (232-236); 26. Lampahan Laire Indrajit (232-239); 27. Lampahan Lokapala (240-242); 28. Lampahan Sasrabau (243-247); 29. Lampahan Bambang Sumantn (248-252); 30. Lampahan Sugriwa Subali (253-263); 31. Lampahan Singangembarawati Anggit Dalem (264-280); 32. Lampahan Candhakipun Wilugangga (281-286); 33. Lampahan Tunjung Pethak (287-297); 34. Lampahan Gambar Sejati (298-305); 35. Lampahan Bambang Dewakasimpar (306-320); 36. Lampahan Sukmaanyalawadi (321-333); 37. Lampahan Samba Rabi (334-347); 38. Lampahan Bambang Danuasmara Rabi (348-358); 39. Lampahan ingkang Sekar Tajalintangan (359-373); 40. lampahan Antasena Rabi (374-385); 41. lampahan Wilmuka Rabi (386-397); 42. Lampahan Partajumena Rabi (398-410); 43. Lampahan Wisatha Rabi (411-430); 44. Lampahan Sumitra Rabi (431-444); 45. Lampahan Sancaka Rabi (445-464); 46. Lampahan Antareja Rabi (465-479); 47. Lampahan Pancakumara Rabi (480-495); 48. Lampahan Sayabara Dewi Maendra (496-518); 49. Lampahan Sayabara Dewi Gandawati (519-545); 50. Lampahan Sayabara Tal Pethak (546-566); 51. Lampahan Dhusthajumena Rabi (567-579); 52. Lampahan Pancaditya Rabi (580-593); 53. Lampahan Rubna Ical (594-603); 54. Lampahan Ugrasena Tapa (605-616); 55. Lampahan Leksmanamandrakumara Rabi (617-624); 56. Lampahan Ada-ada Bima Suci (625-639); 57. Lampahan randhawa Kaobongan (640-646); 58. Lampahan Sembadra Larung (647-655); 59. Lampahan Setyaboma (656-663)."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.98-G 120
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Teks berisi 136 lakon wayang purwa (lakon no.1-123,133-135), madya (lakon no. 124-132), wasana (lakon no.136). Lakon-lakon tersebut masing-masing adalah : I. Angruna-Angnmi (h.l); 2. Sri Mapunggung (3); 3. Bremana-Bremani (6); 4. Kanumayaswa (8); 5. Kanumayaswa (9); 6. Laire Palasara (11); 7 Palasara rabi (13); 8. Dewabrata rabi (15); 9. Laire Pandhu (17); 10. Narasoma (19); 11. Gorawangsa (21); 12. Bima bungkus (23); 13. Pandhupapa (25); 14. Obong-obongan bali (27); 15. Jagalabilawa (30); 16. Kangsa (33); 17. Semar jantur (35): 18^ Jatadara rabi (37); 19. Suryaputra rabi (39); 20. Clekuthana (42); 21. Alap-alapan Banowati (44); 22. Alap-alapan Drusilawati (46); 23. Pan- dhawa dulit (48); 24. Kumbayana (50); 25. Gandamana (52); 26. ATreina pujangga-(54); 27. Aresna kembang (56); 28. Rejuna Rabi (59); 29. Pracona (61); 30. Citranggada (63); 31. Cocogan (65); 32. Lobaningrat (67); 33. Palgunadi (69); 34. Bambang Kaca (71); 35. Kuntul Winilanten (73); 36. Manuk Dewata (75); 37. Cakranagara (77); 38. Srikandhi maguru manah (80); 39. Sembadra larung (83); 40. Bimanyu gendhong (85); 41. Ramaprasu (87); 42. Jayamurcita (89); 43. Bambang Sitija (91); 44. Kandhiyawa (94); 45. Pragiwa (96); 46. Gambiranom (98); 47. Irawan rabi (100); 48. Pancawala rabi (102); 49. Kunthi moreg (104); 50. Gathutkaca lara (106); 51. Gandawardaya (108); 52. Kecubung kasiyan (110); 53. Bambang Manonbawa (112); 54. Samba lengleng (114); 55. Bomantaka (117); 56. Mintaraga (119); 57. Dresanala (123); 58. Senggata (125); 59. Senggata (127); 60. Gendreh kemasan (129); 61. Celunthang (131); 62. Murcamlana (133); 63. Sitijaya (135); 64. Bambang Wilugangga (137); 65. Mayatmiring (139); 66. Jalasengara (141); 67. Hirwan maling (143); 68. Randha widada (145); 69. Antareja edan (147); 70. Tigasan Gathutkaca (149); 71. Kalabandana (151); 72. Brajamusthi (153); 73. Tunggulwulung (155); 74. Lintang berkacuk (157); 75. Kitiranputih (159); 76. Semar mantu (161); 77. Gumadur (163); 78. Eramba (165); 79. Nagatetmala (166); 80. Retnasengaja (169); 81. Nagagini lanang (171); 82. Sunggen Gathutkaca (173); 83. Linfang Trenggana (175); 84. Sutoma ngembara (177); 85. Mustakaweni (180); 86. Bumiloka (182); 87. Nagakusuma (184); 88. Kresnamalangdewa (187); 89. Dorasembada (189); 90. Loropan Arjuna (192); 91. Jaka Larung (195); 92. Bambang Danasarira (198); 93. Gilingwesi (200); 94. Cekel Endralaya (202); 95 Bambang Purwagandhi (205); 96. Surgabandhang (207); 97. Doraweca (209); 98. Pujadewa (212); 99. Lambangkara (214); 100. Udanmintaya (216); 101. Sridenta (218); 102. Bambang Kumalasekti (220); 103. Manonmanonton (222); 104. Ganarata (224); 105. Manuk atat ijo (226); 106. Arjuna trus (228); 107. Udayangga (230); 108. Samoa rajah (234); 109. Samba duta (236); 110. Kresna begal (238); 111. Turanggajati (240); 112. 7ape/ (242); 113. Kebobang Ranggabentulu (244); 114. Bambang Tejangkara (246); 115. Caranggana (248); 116. Catur rinengga (251); 117. Pandhawa gupak (253); 118. Gugahan (256); 119. Kresna duta (258); 120. Angsane Resi Bisma (261); 121. Mekradan Kresna Pendhawa (262); 122. Punggahan (264); 123. Parikesit grogol (266); 124. Bambang Sudarsana (268); 125. Kijing Nirmala (271); 126. Mayangkara (274); 127. Anglingdarma (277); 128. Sambunge Angling darma (282); 129. Sambunge Anglingdarma (291); 130. Anglingkusuma (295); 131. Anglingdriya (299); 132. Nglingderma wtwitan (305); 133. Suksmangambara nuli rabine Sumitra (321); 134. Anggada balik (324); 135. Pujanggaprawa (328); 136. Baron Sakendar (331). Naskah ini merupakan alih aksara ketikan dari MSB/W.28. Keterangan penyalinan tidak diketahui, namun diperkirakan dikerjakan oleh staf Pigeaud. Salinan lainnya tersimpan di Panti Boedaja (MSB/W.28a), Leiden (LOr 6786), dan di Batavia (PNRI/G 130). Keterangan selanjutnya, lihat MSB/W.28."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.99-G 130
Naskah  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>