Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5237 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Naskah ini diperoleh Pigeaud dari R. Tanaya di Surakarta, pada Oktober 1935. Teks memuat tiga macam versi lakon Palasara. Cerita-cerita tersebut dikumpulkan sendiri oleh R. Tanaya dari beberapa teks kuna. Penyalinan dikerjakan pada tahun 1934. Ketiga macam versi lakon Palasara tersebut adalah: 1. Lampahan Palasara, petikan dari Serat Pakem Padhalangan milik B.R.M.A. Gandakusuma, dengan tarikh penulisan antara 1 Sapar s/d 24 Rabiulawal, Be 1768 (5 April s/d 27 Mei 1840) (h.l); 2. Cariyos Palasara, petikan dari Serat Sejarah Tanah Jawi, yang bertarikh 1777 J (1849 M) milik B.R.M. Kaliwon Purwadarsana di Surakarta (h.l 1); 3. Lakon Palasara, petikan dari pakem balungan lakon wayang purwa, yang ditandai angka tahun 1804 J (1875 M)(h.l9). Pada h.23 terdapat anjuran agar lakon Palasara dalam naskah ini dibandingkan dengan adegan Palasara yang termuat dalam Pustakaraja Purwajilid V."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.85-A 38.12
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini diperoleh Pigeaud dari Darsasastra, pada tanggal 6 September 1930 di Surakarta. Naskah telah dibuatkan ringkasan isinya oleh Mandrasastra pada bulan November 1930. Berdasarkan keterangan pada h.i, kemungkinan pemilik naskah sebelumnya adalah Srinarjo. Naskah berisi 11 lakon wayang purwa, yaitu: /. Limang Trenggana (h.lr); 2. Kresna Begal (h.5r); 3. Murcalelana (h.9v); 4. Kandhihawa (h.l4r); 5. Kresna Wisudha (h.l9v); 6. Mintaraga (h.26v); 7. Danumaya (h.32v); 8. Dursasana Ical (h.37r); 9. Abimanyu Gendhong (h.4lv); 10. Pandhawa Gupak (h.44v); 11. Lobaningrat (h.48r)."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.116-NR 109
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Menurut daftar naskah koleksi FSUI, naskah SJ.163 ini berjudul Babad tanah jawi (begint Watugunung), namun judul ini tidak sesuai dengan yang terdapat pada punggung naskah yaitu serat pakem ringgit purwa. Isi teks ternyata juga tentang cerita wayang. Oleh karena itu, penyunting membuat judul baru yang sesuai dengan judul pada punggung naskah dan isi teks. Kemungkinan judul lagi adalah Serat Kandha. Bagian awal naskah ini tidak bisa dibaca karena kerusakan pada lembar halaman naskah. Teks berisi kisah Resi Gana yang enggan menikah. Kisah Prabu Watugunung dari Gilingwesi. Kisah Dewi Sri dengan Dasamuka. Kisah Arjunasasrabahu. Kisah Subali dan Sugriwa. Cerita Pandudewanata dari Astina. Kisah Dewa Wisnu dengan Boma. Kisah tentang kelahiran Gatotkaca dan pertarungannya dengan Brajamusti. Beberapa episode cerita tentang Arjuna. Diakhiri dengan kisah putra dari Patih Suwenda yang menikah dengan seorang putri dari Cempa. Daftar pupuh: (1) ..., ... ; (2) pangkur; (3) dhandhanggula; (4) asmarandana; (5) durma; (6) dhandhanggula; (7) sinom; (8) durma; (9) dhandhanggula; (10) durma; (11) asmarandana; (12) dhandhanggula; (13) mijil; (14) asmarandana; (15) wirangrong; (16) pangkur; (17) sinom; (18) dhandhanggula; (19) durma; (20) pangkur; (21) durma; (22) sinom; (23) asmarandana; (24) kinanthi; (25) sinom; (26) pangkur; (27) maskumambang; (28) asmarandana; (29) mijil; (30) megatruh; (31) dhandhanggula; (32) sinom; (33) pangkur; (34) durma; (35) dhandhanggula; (36) sinom; (37) durma; (38) sinom; (39) durma; (40) asmarandana; (41) sinom; (42) dhandhanggula; (43) pangkur; (44) kinanthi; (45) asmarandana; (46) kinanthi; (47) dhandhanggula; (48) wirangrong; (49) sinom; (50) asmarandana; (51) mijil; (52) durma; (53) pangkur; (54) sinom; (55) dhandhanggula; (56) mijil; (57) pangkur; (58) kinanthi; (59) durma; (60) sinom; (61) dhandhanggula; (62) sinom; (63) asmarandana; (64) pangkur; (65) durma; (66) sinom; (67) dhandhanggula; (68) pangkur; (69) wirangrong; (70) asmarandana; (71) durma; (72) pangkur; (73) mijil; (74) asmarandana; (75) dhandhanggula; (76) durma; (77) kinanthi; (78) pangkur; (79) durma; (80) dhandhanggula; (81) asmarandana; (82) sinom; (83) asmarandana; (84) pangkur; (85) durma; (86) mijil; (87) asmarandana; (88) sinom; (89) pangkur; (90) sinom; (91) dhandhanggula; (92) durma; (93) asmarandana; (94) pangkur; (95) durma; (96) asmarandana; (97) sinom; (98) dhandhanggula; (99) pangkur; (100) durma; (101) dhandhanggula; (102) sinom; (103) mijil; (104) durma; (105) kinanthi; (106) pangkur; (107) dhandhanggula; (108) asmarandana; (109) durma; (110) pangkur; (111) dhandhanggula; (112) durma; (113) sinom; (114) pangkur; (115) kinanthi; (116) dhandhanggula; (117) asmarandana; (118) sinom; (119) durma; (120) dhandhanggula; (121) pangkur; (122) sinom; (123) pangkur; (124) girisa; (125) maskumambang; (126) kinanthi; (127) durma; (128) dhandhanggula; (129) asmarandana; (130) dhandhanggula; (131) durma; (132) asmarandana; (133) mijil; (134) dhandhanggula; (135) asmarandana; (136) pangkur; (137) durma; (138) dhandhanggula; (139) sinom; (140) pangkur; (141) durma; (142) dhandhanggula; (143) durma; (144) pangkur; (145) durma; (146) pangkur; (147) dhandhanggula; (148) durma; (149) dhandhanggula; (150) pangkur; (151) durma; (152) pangkur; (153) durma; (154) kinanthi; (155) durma; (156) asmarandana; (157) pangkur; (158) durma; (159) kinanthi; (160) dhandhanggula; (161) asmarandana; (162) sinom; (163) pangkur; (164) dhandhanggula; (165) durma; (166) dhandhanggula; (167) mijil; (168) durma."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
SJ.163-NR 399
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini berisi 20 lakon balungan dari Pakem Raja Wasana, yakni: 1. Jaka Pramana (h.3-45); 2. Jaya Lengkara (47-50); 3. Lembu Subrata krama (52-60); 4. Kala Surya muksa (61-73); 5. Brata Suwita (75-83); 6. Sri Gathayu (85-89); 7. Teja Lengkara muksa (92-95); 8. Alapan Ragil Pregiwangsa (97-102); 9. Tunggulwulung (105-109); 10. Ambedhol Tunggulwulung (113-120); 11. Alapan Tejaswara (122-130); 12. Lairipun Panji Kasatriyan (133-138); 13. Panji Cangkrama (142-151); 14. Alapan Angreni (153-162); 15. Ngreni lina/Alapan Andayaprana (165-176); 16. Alapan Citrasari (179-188); 17. Alapan Candrakirana (191-209); 18. Careme Candrakirana (211-221); 19. Brajanata Duta (223-240); 20. Ngrenaswara Nungsakancana (243-258). Tidak ada keterangan apa pun yang berkaitan dengan penyalinan naskah ini. Hanya dapat diduga bahwa naskah ini berasal dari Surakarta sebagaimana catatan pada h.l. Naskah ini diperoleh Pigeaud pada bulan Juli 1927 dari Kiliaan Charpentier."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.58-NR 20
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah berisi 32 teks pakem wayang kulit purwa, yaitu: Sri Mulih; Mangukuhan; Asal Mula Hari; Angruna-Angruni; Selaprawata; Kanumayasa; Dupara; Palasara; Kresnadipayana; Narasoma; Gorawangsa; Kangsa; Semar Jantur; Kakrasana Rabi; Karna Rabi; Suyudana Rabi; Rabinipun Suyudana; Jayadrata Rabi; Pandhu Papa; Kumbayana; Bale Sigala-Gala; Jagal Bilawa; Narayana Dadya Ratu; Kresna Kembar; PuntaDewa Rabi; Alap-Alapan Setyaboma; Bondhanpaksajandhu; Pracona; Arjuna Krama; Sayembara Gandamana; Bomantara; Boma Rabi; Samba Lengleng; Bomantaka; dan Kandhihawa. Naskah ini merupakan salinan ketikan dari PBA.178 koleksi Panti Boedaja (Museum Sonobudoyo), namun naskah babon itu kini telah hilang (lihat MSB/W.51). Pada h.i terdapat keterangan yang menyebutkan bahwa naskah induk tersebut semula berasal dari P. Kusumadilaga yang diterima Dr. H. Kraemer pada bulan Mei 1932(7). Keterangan angka tahun ini sangat membingungkan, terutama bila dihubungkan dengan tarikh penyalinan oleh staf Pigeaud, yaitu pada bulan Desember 1931. Penyunting menduga, naskah induk tersebut dipinjamkan oleh Dr. H. Kraemer kepada Pigeaud, yang kemudian dibuatkan salinan ketik sebanyak empat eksemplar pada bulan Desember 1931. Naskah kemudian dikembalikan kepada Dr. H. Kraemer pada bulan Mei 1932. FSUI menyimpan dua eksemplar salinan ketik tersebut (WY.77 dan 100), satu eksemplar tersimpan di Museum Sonobudoyo (MSB/W.51), dan satu eksemplar di PNPJ (G 131). Keterangan selengkapnya, lihat deskripsi naskahMSB/W.51. Naskah induk ditulis, atau teks semula disusun, pada hari Senin, 1 Siam, Alip 1763 (= 22 Desember 1835) (h.2)."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.77-A 27.02
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Jilid satu dari seri lima naskah Pakem Ringgit Madya yang diturun dari KBG 145a-e. Seluruhnya berisi seratus judul lakon. Pengalihaksaraan oleh Mandrasastra pada tahun 1931, sebanyak empat atau lima eksemplar. Lihat FSUI/WY.79-83, WY.105-109 (kebanyakan hilang); PNRI/G 35-39 (beberapa hilang); LOr 6683a-e; dan MSB/W.78-82 untuk kopi lain kelima jilid itu. Lihat Behrend 1990:150-154 untuk keterangan lengkap tentang seri naskah ini, termasuk judul masing-masing lakon serta referensi umum mengenai wayang madya."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.79-G 35
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Jilid terakhir dari seri lima naskah Pakem Ringgit Madya yang diturun dari KBG 145d. Seluruhnya berisi seratus judul lakon. Pengalihaksaraan oleh Mandrasastra pada tahun 1931. Lihat deskripsi naskah FSUI/WY.79 dan MSB/W.78 untuk keterangan berikutnya."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.83-G 39
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini dibuat berdasarkan karangan Ranggawarsita berisi 25 lakon wayang, masing-masing dimulai dengan suryasangkala dan candrasangkala dengan gaya Ranggawarsita, dan nama mangsanya. Lakon-lakon itu adalah: 1. Lampahan Uler Taun (dimulai dari angka 5, kemungkinan no.1-4 hilang/tidak masuk dalam penjilidan); 5. Prabu Wasupati dari Wirata ingin punya anak dari Dewi Swargandini, tetapi gagal. Bapaknya, Resi Srimanasa moksa; 6. Arya Srimadewa disuruh memberitahu ke Mandraka tentang moksanya Resi Srimanasa. Ketika pulang, bertemu dengan Parastha dari hutan Wanamarta yang dikejar oleh Uler Taun (Ulat Tahun) yang besar sekali di hutan Krendayana. Uler Taun dipanah oleh Arya Srimadewa, berubah menjadi Batara Kalakeya, anak Hyang Kalaka yang terkena sumpah bapaknya; 7. Prabu Mandrakumara moksa. Prabu Wasupati bersama patih Wasita/Arya Manungkara berkelana, bertemu dengan orang yang diamuk lembu. Ternyata lembu tadi adalah anak orang tersebut, yang karena bebalnya dikatakan seperti lembu oleh bapaknya. Akhirnya diruwat lagi oleh Arya Manungkara, dan dijadikan punggawa keraton. Kemudian bertemu dengan orang-orang yang mengungsi karena takut Memedi Entut Berut (makhluk halus yang kentut). Ternyata ia jelmaan Dewi Umi, seorang peri, yang disebut Sundel Bolong Dobol. Bau kentut itu karena ia mempunyai bermacam-macam minyak, dengan khasiatnya masing-masing. Barangsiapa sanggup membebaskan jiwanya, akan diberi semua minyak itu. Kemudian ia diwejang oleh Arya Manungkara tentang kesempurnaan jiwa, sehingga ia moksa; 8. Prabu Bahlika dari negara Sewandapura akan menyerang Wirata; 9. Prabu Santanu dari Astina kedatangan utusan dari Prabu Bahlika (kakaknya), memberitahukan bahwa ia akan menyerang Wirata; 10. Dewi Jahnawi dari Wirata melahirkan anak kembar: Dewi Sati dan Raden Matsya, yang kedua-duanya berbau ikan. Mereka diberikan kepada Prabu Dasa untuk dipelihara; 11. Prabu Santanu menolak kemauan Prabu Bahlika; 12. Prabu Santanu melaporkan kepada Prabu Wasupati tentang serangan Prabu Bahlika, Prabu Santanu melawan Prabu Bahlika. Prabu Santanu mengusir Prabu Bahlika dengan balatentaranya (h. 1-17). 2. Lakon Parasara Lalana. Agar hilang bau amisnya, Dewi Durgandini disuruh bertapa di Sungai Jamuna sebagai juru satang, sedang Durgandana bertapa ngidang (seperti kijang) di hutan Krendayana. Durgandini dilamar Raja Duryapura. Dewi Kekayi putri Prabu Kekaya minta dicarikan suami seperti yang terdapat dalam impiannya. Parasara diminta mengajar Gandarwasupala anak Gandarwarajasuwala, namun ia minta agar Padepokan Parewana, tempatnya, dipindah ke Bukit Meru, asrama tempat wiku Salya, yang minta tolong Parasara agar mengusir hewan-hewan pengganggu tanamannya. Ternyata pengganggunya adalah Resi Puruhita dengan anak buahnya yang merasa terganggu karena makam Pitara, tempat ayah dan kerabatnya dikubur, dijadikan ladang. Atas keadilan Parasara maka ia dihadiahi emas yang terpendam di Bukit Pitara, untuk memperbaiki kerusakan di Pitara/Bimarastana itu. Parasara mengikuti sayembara memperebutkan Dewi Kekayi."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.87-NR 365
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Teks berisi 12 lakon wayang gedhog. yaitu: /. Lakon Tunggul Wulung (h.l); 2. Lakon Sarah Wulang (h.7); 3. Lakon Pandhan Surat (h.10); 4. Lakon Janggan Walakas (h.I3); 5. Lakon Wulan Tumanggal (h.20); 6. Lakon Bedhah Bali (h.25); 7. Lakon Panji Priyabada (h.30); 8. Lakon Patasan (h.34); 9. Lakon Retna Langen (h.38); 10. Lakon Panji Berongsong (h.43) 11. Lakon Jaya Supena (h.48); 12. Lakon Jaka Sidik (h.54). Keterangan penulisan maupun penyalinan tidak diketahui dengan jelas. Pigeaud memperoleh naskah ini dari R. Tanaya pada bulan Maret 1940 di Yogyakarta."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.90-NR 398
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Teks berisi 136 lakon wayang purwa (lakon no.1-123,133-135), madya (lakon no. 124-132), wasana (lakon no.136). Lakon-lakon tersebut masing-masing adalah : I. Angruna-Angnmi (h.l); 2. Sri Mapunggung (3); 3. Bremana-Bremani (6); 4. Kanumayaswa (8); 5. Kanumayaswa (9); 6. Laire Palasara (11); 7 Palasara rabi (13); 8. Dewabrata rabi (15); 9. Laire Pandhu (17); 10. Narasoma (19); 11. Gorawangsa (21); 12. Bima bungkus (23); 13. Pandhupapa (25); 14. Obong-obongan bali (27); 15. Jagalabilawa (30); 16. Kangsa (33); 17. Semar jantur (35): 18^ Jatadara rabi (37); 19. Suryaputra rabi (39); 20. Clekuthana (42); 21. Alap-alapan Banowati (44); 22. Alap-alapan Drusilawati (46); 23. Pan- dhawa dulit (48); 24. Kumbayana (50); 25. Gandamana (52); 26. ATreina pujangga-(54); 27. Aresna kembang (56); 28. Rejuna Rabi (59); 29. Pracona (61); 30. Citranggada (63); 31. Cocogan (65); 32. Lobaningrat (67); 33. Palgunadi (69); 34. Bambang Kaca (71); 35. Kuntul Winilanten (73); 36. Manuk Dewata (75); 37. Cakranagara (77); 38. Srikandhi maguru manah (80); 39. Sembadra larung (83); 40. Bimanyu gendhong (85); 41. Ramaprasu (87); 42. Jayamurcita (89); 43. Bambang Sitija (91); 44. Kandhiyawa (94); 45. Pragiwa (96); 46. Gambiranom (98); 47. Irawan rabi (100); 48. Pancawala rabi (102); 49. Kunthi moreg (104); 50. Gathutkaca lara (106); 51. Gandawardaya (108); 52. Kecubung kasiyan (110); 53. Bambang Manonbawa (112); 54. Samba lengleng (114); 55. Bomantaka (117); 56. Mintaraga (119); 57. Dresanala (123); 58. Senggata (125); 59. Senggata (127); 60. Gendreh kemasan (129); 61. Celunthang (131); 62. Murcamlana (133); 63. Sitijaya (135); 64. Bambang Wilugangga (137); 65. Mayatmiring (139); 66. Jalasengara (141); 67. Hirwan maling (143); 68. Randha widada (145); 69. Antareja edan (147); 70. Tigasan Gathutkaca (149); 71. Kalabandana (151); 72. Brajamusthi (153); 73. Tunggulwulung (155); 74. Lintang berkacuk (157); 75. Kitiranputih (159); 76. Semar mantu (161); 77. Gumadur (163); 78. Eramba (165); 79. Nagatetmala (166); 80. Retnasengaja (169); 81. Nagagini lanang (171); 82. Sunggen Gathutkaca (173); 83. Linfang Trenggana (175); 84. Sutoma ngembara (177); 85. Mustakaweni (180); 86. Bumiloka (182); 87. Nagakusuma (184); 88. Kresnamalangdewa (187); 89. Dorasembada (189); 90. Loropan Arjuna (192); 91. Jaka Larung (195); 92. Bambang Danasarira (198); 93. Gilingwesi (200); 94. Cekel Endralaya (202); 95 Bambang Purwagandhi (205); 96. Surgabandhang (207); 97. Doraweca (209); 98. Pujadewa (212); 99. Lambangkara (214); 100. Udanmintaya (216); 101. Sridenta (218); 102. Bambang Kumalasekti (220); 103. Manonmanonton (222); 104. Ganarata (224); 105. Manuk atat ijo (226); 106. Arjuna trus (228); 107. Udayangga (230); 108. Samoa rajah (234); 109. Samba duta (236); 110. Kresna begal (238); 111. Turanggajati (240); 112. 7ape/ (242); 113. Kebobang Ranggabentulu (244); 114. Bambang Tejangkara (246); 115. Caranggana (248); 116. Catur rinengga (251); 117. Pandhawa gupak (253); 118. Gugahan (256); 119. Kresna duta (258); 120. Angsane Resi Bisma (261); 121. Mekradan Kresna Pendhawa (262); 122. Punggahan (264); 123. Parikesit grogol (266); 124. Bambang Sudarsana (268); 125. Kijing Nirmala (271); 126. Mayangkara (274); 127. Anglingdarma (277); 128. Sambunge Angling darma (282); 129. Sambunge Anglingdarma (291); 130. Anglingkusuma (295); 131. Anglingdriya (299); 132. Nglingderma wtwitan (305); 133. Suksmangambara nuli rabine Sumitra (321); 134. Anggada balik (324); 135. Pujanggaprawa (328); 136. Baron Sakendar (331). Naskah ini merupakan alih aksara ketikan dari MSB/W.28. Keterangan penyalinan tidak diketahui, namun diperkirakan dikerjakan oleh staf Pigeaud. Salinan lainnya tersimpan di Panti Boedaja (MSB/W.28a), Leiden (LOr 6786), dan di Batavia (PNRI/G 130). Keterangan selanjutnya, lihat MSB/W.28."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.99-G 130
Naskah  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>