Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5201 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Teks diawali dengan cerita Prabu Klana Jaka yang mengutus patihnya mencari kepala seorang pemuda tampan, yang akan dipersembahkan kepada Dewi Kumudaningrat sebagai syarat lamarannya. Patih Lanjakprakosa berhasil mendapatkan kepala Gambir Anom. Kepala tersebut lalu dipersembahkan kepada Klana Jaka, sedangkan badannya diurus oleh adik Klana Jaka yang bernama Dewi Tigaron. Lama-kelamaan Dewi Tigaron jatuh cinta kepada mayat tersebut. Kemudian dia meminta bantuan Bancak dan Doyok untuk menghidupkan kembali mayat tersebut. Prabu Klana Jaka sangat marah begitu mengetahui Gambir Anom telah dihidupkan kembali, sehingga timbul pcperangan antara keduanya. Pada saat itu datang Panji Semarabangun di tempat peperangan. Oleh karena Panji Semarabangun tidak menyukai kelakuan Prabu Klana Jaka yang licik iru, lalu dia membantu Gambir Anom membunuh Prabu Klana Jaka. Naskah ini merupakan salinan ketikan dari sebuah naskah milik Ir. Moens (sampul). Keterangan penulisan/penyalinan tidak diketahui secara pasti, namun pada h.l dijumpai nama Widiprayitna, kemungkinan beliau sebagai penulis teks ash. Keterangan referensi, lihat: MSBAV.86."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.75-A 41.04
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Buku ini berisi: 1. (hlm. 3) Kencanawungu meminta tolong Damarwulan untuk menumpas Menakjingga; 2. (hlm. 13) Raden Damarwulan berpamitan dengan Dewi Anjasmara; 3. (hlm. 15) Raden Layang Seta dan Layang Kumitir disuruh mendampingi perjalanan Damarwulan; 4. (hlm. 18) Pasukan Menakjingga berada di Kediri, kemudian berperang dengan pasukan Majapahit; 5. (hlm. 23) Raden Damarwulan hendak masuk ke kediaman Menakjingga; 6. (hlm. 25) Menakjingga gandrung pada Kencanawungu; 7. (hlm. 30) Damarwulan bertemu dengan istri Menakjingga; 8. (hlm. 36) Menakjingga tewas oleh Damarwulan; 9. (hlm. 44) Damarwulan pulang ke Majapahit dengan membawa ?kepala? Menakjingga, di tengah jalan dihadang oleh Layang Seta dan Layang Kumitir."
Betawi Sentrem: Bale Pustaka, 1932
BKL.0679-WY 30
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
"Buku ini diawali dengan: 1. (hlm. 3) Ranggalawe menyerang Blambangan; 2. (hlm. 10) Ranggalawe berpamitan dengan istri-istrinya; 3. (hlm. 12) Pasukan Tuban berangkat ke Blambangan; 4. (hlm. 16) Layang Seta dan Layang Kumitir berkelahi melawan Angkatbuta-Ongkotbuta; 5. (hlm. 29) Damarwulan magang pada Patih Lugender; 6. (hlm. 37) Pasukan Bugis berperang lawan pasukan Tuban; 7. (hlm. 48) Wadya Tuban berperang lawan pasukan Blambangan; 8. (hlm. 63) Ranggalawe kalah perang."
Betawi Sentrum: Bale Pustaka, 1932
BKL.0677-WY 28
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
"Buku ini merupakan buku catatan lakon wayang orang dengan judul Werkudara ratu. Pagelaran tersebut dilaksanakan pada hari Ahad pon, 6 Sapar Ehe 1860. Lakon ini terdiri dari 15 jejer."
Yogyakarta: [publisher not identified], [date of publication not identified]
BKL.0755-WY 36
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah merupakan ringkasan dari teks wayang gedhog FSUI/WY.70; FSUI/WY.71; FSUI/WY.60; FSUI/WY.62 yang masing-masing berjudul: Topeng Prunggu (h.l); Lampahan Sutija Angsal Pusaka Topeng Prunggu (h.7); Lampahan Bukbis Ngagem Topeng Waja Mripat Suryakantha (h.14)."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.76-B 34.05
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Panji Purwa Sudirja
"Buku ini mengisahkan mengenai Prabu Parikesit, raja Astina keturunan Pandawa membuat perlindungan atau pemagaran (grogol) dari pengaruh-pengaruh jahat yang mungkin dapat membuat celaka dirinya."
Soerakarta: Babah Si Dyan Ho, 1902
BKL.0594-CW 26
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
"Teks diawali dengan kisah Semar yang dihajar Abimanyu, karena mengolok-olok Prabu Kresna. Semar lari ke pondokannya, lalu membayar pondokan tersebut. Roh Semar segera melayang-layang ke Gunung Tidar. Di situ dia mengeluarkan kekuasaan sampai menggoyahkan kediaman para dewa di Suralaya. Bathara Guru lalu mengutus Bathara Brahma dan Bayu turun ke bumi. Mereka berdua masuk ke dalam api di pondokan Semar dan membakar negeri Dwarawati. Prabu Kresna sangat murka. Mereka berdua lalu berkata bahwa api tidak akan musnah, jika Semar tetap disia-siakan. Cerita dilanjutkan dengan kisah pencarian Raden Janaka oleh Semar. Setelah mengalami beberapa rintangan, akhirnya Semar menemukan Arjuna. Arjuna lalu menceritakan kepada Semar bahwa dia akan mencari wahyu keraton di tanah Jawa. Atas petunjuk Betari Durga, Arjuna pergi ke Suralaya mencari wahyu tersebut. Setibanya di sana, Arjuna dipermainkan oleh para dewa. Semar sangat marah lalu mengutuk dewa-dewa itu. Arjuna lalu disarankan oleh Semar untuk bertapa di gunung Kembang dengan nama Bagawan Arjuna Jelur, sedangkan Semar sendiri bertapa di gunung Kombang dengan nama Semar Kuning. Naskah merupakan jilid pertama dari seri dua jilid naskah FSUI, yaitu WY.61 dan WY.69. Disalin oleh Lagutama pada Sabtu Kliwon, 21 Mulud, Tahun Be, 1864 (15 Juli 1933) (h.34). Oleh staf Pigeaud, teks kemudian dibuatkan salinan aksara ketik pada September 1933, lihat FSUI/ WY.59, hal.1-24. Menurut keterangan pada bagian sampul, teks induk merupakan karya dari K. P. Kusumadilaga di Tejomaya. Keterangan referensi lihat : MSB/SW.26,W.16,50,97; Girardet/66535; Pigeaud 1968:299,III:381 ; SMP/Rp.264. [22,29]"
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.69 - K 14.01
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Teks berisi kisah Kurawa yang berusaha membunuh Pandawa. Pertama-tama Bratasena dibuat mabuk, dan dimasukkan ke sumur Jalatunda. Saudara-saudara Bratasena diundang ke Astina, dengan alasan akan diadakan penyerahan separuh negara. Sambil menunggu kedatangan Bratasena, Puntadewa disuruh mengatur ketandan, Arjuna menjual kapur sirih, Nakula dan Sadewa menggembalakan kambing dan itik. Raksasa Batangsidalancang, penjaga gada kepunyaan Bratasena, marah ketika gada itu diangkat oleh Kurawa untuk dipukulkan kepada Puntadewa. Pihak Kurawa mengadakan sayembara untuk mencari orang yang sanggup mengangkat gada itu. Hyang Antaboga menyuruh Bratasena mengikuti sayembara tersebut dengan minta imbalan separuh negara Astina. Bratasena kemudian diubah wujudnya menjadi anak berusia sembilan tahun. Teks berakhir dengan kisah penyerangan para Kurawa ketika Bratasena berusaha menagih janji setelah berhasil mengangkat gada tersebut. Cerita ini juga disebutkan dalam MSB/W.25 dan W.28, dengan judul Lakon Pandawa Dulit. Dalam sumber-sumber lain, teks juga dikenal dengan judul Lakon Bondhan Paksa Jandhu. Keterangan penyalinan naskah ini tidak ditemukan."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.23-A 41.03
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ketikan ini berisi cuplikan pada awal dan akhir dari naskah induk KBG 701. Naskah induk tersebut dibeli Pigeaud dari Van der Gracht pada Januari 1930. Penyalinan dikerjakan pada bulan Juni 1930 sebanyak dua eksemplar (h.i). FSUI menyimpan salinan tembusan karbonnya, sedangkan salinan ketikan asli belum diketahui keberadaannya. Teks merupakan kelanjutan dari Babad Prambanan, mengisahkan perjalanan hidup Dewi Angreni. Teks diawali dengan cerita penobatan Prabu Lembu Amiluhur menjadi Raja Jenggala, dan diakhiri dengan tewasnya Kalana Tunjungseta dari Pengging setelah berperang melawan Kalana Jayengsari dari Jenggala. Teks tidak mencantumkan nama penulis/penyalin. Keterangan lebih lanjut tentang kisah Dewi Angreni, lihat PNRI/KS.324; dan FSUI/CP.38 (Panji Angreni). Deskripsi Babad Prambanan dapat dibaca pada FSUI/LS.2-4."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.34-L 8.42
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Teks ini merupakan kelanjutan dari Lampahan Semar Kuning. Diawali dengan kisah Sumbadra yang sedang menghadap Batara Durga untuk menanyakan suaminya, Arjuna yang sudah lama menghilang. Sumbadra lalu dihias seperti Arjuna, kemudian disuruh pergi ke Gunung Kembang. Di Gunung Kembang, pada waktu itu Arjuna Jelur kedatangan Retna Banowati, Duryodana, dan Durna yang meminta tolong untuk memusnahkan raksasa perusak negara. Arjuna Jelur menyanggupi dengan syarat, kalau berhasil mengalahkan raksasa, Retna Banowati akan dikawininya. Mereka menyanggupi, bahkan negara pun akan diserahkan kepadanya. Tidak lama kemudian Prabu Kresna dan Pandawa datang, mereka menceritakan kepada Arjuna bahwa negeri Amarta dan Dwarawati dikuasai Prabu Aji Gineng (negeri Medang Kemuwung). Apabila Arjuna Jelur dapat mengalahkan raksasa itu, maka kedua negeri akan diserahkan kepadanya. Arjuna menyanggupi, akan tetapi dia harus menunggu saudaranya, Semar Kuning yang sedang bertapa di gunung Kombang. Setelah Semar Kuning bertemu dengan Arjuna, mereka berdua lalu pergi memerangi raksasa-raksasa yang menguasai Dwarawati, Amarta, dan Astina. Mereka berhasil mengalahkan raksasa tersebut dengan bantuan Arjuna palsu (Sumbadra) dan Putut Dali Putih (Abimanyu). Prabu Aji Gineng ternyata penjelmaan dari Batara Guru; Kala Dahana, penjelmaan dari Batara Brahma; Kala Maruta, penjelmaan dari Batara Bayu. Naskah merupakan jilid kedua dari seri dua jilid naskah FSUI, yaitu WY.61 dan WY.69. Disalin oleh Lagutama pada tanggal 4 Rabiulakir, Be 1833 (30 June 1903). Melihat keterangan tarikh penyalinan tersebut, nampaknya teks jilid kedua ini ditulis lebih dahulu dibandingkan jilid pertama (21 Mulud 1864/15 July 1933). Teks kemudian dibuatkan salinan alih aksara ketik oleh staf Pigeaud pada September 1933, lihat FSUI/WY.69, hal.24-46. Pada teks alih aksara tersebut, dijumpai keterangan penulisan naskah induk, yaitu oleh P. Kusumadilaga, di Tejamaya (h.l). Keterangan referensi, lihat FSUI/WY.69."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.61-K 14.02
Naskah  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>