Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11885 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Naskah berisi kumpulan 95 gambar gaya Bali. Siapa yang mengumpulkannya dan kapan diperoleh Pigeaud tidak diketahui. Menurut judul, gambar ini berasal dari Bale Poestaka, mungkin diambil dari salah satu terbitannya?. Naskah digambar oleh 52 orang; nama-nama tersebut terdapat dibalik gambar, antara lain: Id. Bg. Gede, Wy. Dagdug, I Tampa, Id. Bg. Ng. Sangkan, D.G. Lojor, Ngk. Md. Cedeg, Ds. Md. Purni, A. A. Oka, I. Nyi. Jingga, Gst. Ng. N. Kacir, I. Kt. Kenak, I. Dw. Gd. Mandera, Dw. P. Pica. Gambar terdiri dari tujuh macam, yaitu: 1. wayang (24 gambar); 2. tapel Boma (19 gambar); 3. bangunan suci (3 gambar); 4. bunga (37 gambar); 5. gong (4 gambar); 6. kori agung (2 gambar); dan 7. kendi (6 gambar)."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.3-K 8.01
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Teks ini berbentuk dialog antara tokoh-tokoh: Nalanderma, Gandaripa, Tawangalun, Patih Kediri, Tigaron, Klana, Emban, Sekartaji, Nata, Ni Dipakili, dan R. Panji Jaka Kembang Kuning. Kisah diawali dengan dicurinya Dewi Sekartaji dari kerajaan Kediri oleh R. Klanasewandana, namun ketahuan oleh Gandaripa sehingga terjadi peperangan, akhirnya R. Klanasewandana mati di tangan Tawangalun. Mayat Klanasewandana dibawa terbang Bramana Kandha. Naskah ini disalin di Yogyakarta pada bulan September 1931 dari sebuah teks yang ditulis atas perintah Mangkunagara VII kurang lebih pada tahun 1918. Keberadaan naskah induk ini tidak diketahui hingga kini. Keterangan penulisan/penyalinan naskah, juga tidak diketahui."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.27-A 24.02
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Teks ini berisi daftar nama-nama tokoh wayang dan mantera dalang. Selain itu juga cerita balungan wayang purwa, dari lahirnya Dasamuka, Lokapala, Rama Duta sampai dengan Rama Tambak. Asal koleksi naskah dari RM. Sajid."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.20-KS 57
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah berisi teks yang berjudul Pratelaning Wandanipun Ringgit Wacucal ini, berisi daftar 18 tokoh wayang purwa dengan 40 wandanya. Untuk setiap wanda dilengkapi dengan keterangan kawontenan wayang yang bersangkutan. Naskah merupakan salinan ketik dari sebuah naskah induk yang tidak disebutkan keberadaannya. Penyalinan dilakukan sebanyak dua eksemplar, yaitu A 20.03a (ketikan asli) dan A 20.03 b (tembusan karbon, tinta ungu). Hanya ketikan asli (a) yang dimikrofilm. Pigeaud memperoleh naskah ini dari Ir. Moens pada bulan September 1929. Keterangan penulisan/penyalinan naskah tidak disebutkan dalam teks."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.2-A 20.03a
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Teks berisi keterangan tentang nama julukan beberapa raja Jawa berikut artinya seperti: Prabu Brawijaya dari Jenggala, mendapat julukan Lembu Amiluhur, Brawijaya Anjaweng pati, Brawijaya Andewakusuma. Nama julukan Raden Brajanata, yaitu: Tumenggung Nila Prabangga, Panji Tohpati, Raden Gandasena, Raden Sindulaga, Raden Sindusena, Raden jangga Kumendung. Nama julukan Prabu Brawijaya di kerajaan Mendang Kamulan, yaitu: Brawijaya Jayalengkara, Brawijaya Teja Alengkara. Di samping itu, teks berisi pula tentang sistem penanggalan Jawa, wangsalan, dan cerita Panji Jayengtilam. Melihat corak/bentuk tulisan pada h.61-63 dengan bentuk tulisan pada h.64-110 yang berbeda, teks kemungkinan ditulis oleh lebih dari satu orang. Tidak ada keterangan mengenai tarikh penulisan/penyalinan."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.91-NR 509
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Fransiscus Xaverius Vicky Rusli
"Dù Fǔ (杜甫) sebagai salah seorang penyair ternama pada masa pemerintahan Dinasti Táng (唐朝) telah menghasilkan berbagai karya puisi yang banyak diakui oleh pengamat puisi sebagai karya yang cenderung menggambarkan keadaan sosial, politik dan kondisi masyarakat dalam pemerintahan masa itu. Namun demikian, karya sastra sejatinya adalah hasil penuangan perasaan dan pemikiran yang dimiliki oleh penyairnya. Oleh karena itu, puisi karya Du Fu pun tentu tidak luput dari pandangan pribadi Du Fu. Dalam menyampaikan pandangan dan intensinya pada keadaan sosial pada masa itu, Du Fu tak jarang menyisipkan alusi dalam karyanya. Hal unik lainnya yang dapat kita temukan dalam karya Du Fu yaitu, dalam beberapa kesempatan terdapat unsur sosok Zhūgě Liàng (諸葛亮) yang tercantum dalam karya Du Fu. Zhuge Liang merupakan perdana menteri dan penasihat perang yang amat terkenal dalam sejarah Cina pada Zaman Tiga Negara Berperang. Meski tidak ada kaitan langsung yang pernah terjadi antara kehidupan Du Fu dan Zhuge Liang, hasil penelitian dalam skripsi ini menunjukkan bahwa terdapat unsur alusi tokoh Zhuge Liang dalam beberapa puisi yang ditulis oleh Du Fu.

Dù Fǔ (杜甫) as one of the well-known poets during the reign of the Táng dynasty (唐朝) has produced various poetry works which are widely recognized by poetry observers as works that tend to describe the social, political and social conditions of the government at that time. However, literary works are the result of pouring out the feelings and thoughts of the poet. Therefore, Du Fu's poetry certainly did not escape from Du Fu's own personal view. In conveying his views and intentions on the social conditions at that time, Du Fu often included allusions in his work. Another unique thing that we can find in Du Fu's works is that on several occasions there are elements of the figure of Zhūgě Liàng (諸葛亮) that are included in Du Fu's works. Zhuge Liang was the prime minister and war adviser who was very well known in Chinese history during the Three Warring States. Although there is no direct connection between Du Fu and Zhuge Liang's life, the research results in this thesis show that there is an element of allusion to the Zhuge Liang figure in several poems written by Du Fu."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jean Ovinary
"Film Jiang Ziya: Legend of Deification《姜子牙》merupakan film animasi Cina yang rilis pada tahun 2020 yang diadaptasi dari novel sastra Cina klasik Investiture of the Gods (Fengshen Yanyi 封神演義). Film ini menceritakan mengenai Jiang Ziya yang merupakan murid utama dewa Guru Agung di Istana Jingxu yang diberikan tugas untuk membinasakan Rubah Ekor Sembilan yang telah mengacaukan dunia. Namun, Jiang Ziya gagal dalam menjalankan tugasnya, lalu ia diusir dari Istana Jingxu oleh Guru Agung. Jiang Ziya tidak tinggal diam, ia pun mencari kebenaran dari alasan mengapa ia gagal dalam menjalankan tugasnya dan mengetahui bahwa kekacauan dunia dan alasan Rubah Ekor Sembilan mengacaukan dunia adalah merupakan perbuatan Guru Agung. Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan penokohan Jiang Ziya dan Rubah Ekor Sembilan dengan Guru Agung yang mewakili peran rakyat dalam melawan kepada penguasa yang lalim. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-kualitatif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa melalui tokoh Jiang Ziya dan Rubah Ekor Sembilan dengan Guru Agung menyimbolkan perlawanan rakyat terhadap kekuasaan. Hal tersebut didukung oleh terdapatnya paham kolektivitisme yang ada pada masyarakat Cina.

Jiang Ziya: Legend of Deification《姜子牙》is a Chinese animated film released in 2020 and an adaptation of the classic Chinese literary novel Investiture of the Gods (Fengshen Yanyi 封神演義). This film tells a story about Jiang Ziya, the prominent disciple of the Revered Master of Jingxu Palace, assigned to defeat the Nine-Tailed Fox that has brought chaos to the world. However, Jiang Ziya failed to carry out his duties and was expelled from Jingxu Palace by the Revered Master. Jiang Ziya did not stay silent as he sought the truth of his failure, and realized that the world's chaos and the reason the Nine-Tailed Fox wreaked havoc in the world were the work of the Revered Master. This study aims to describe the characterization of Jiang Ziya, the Nine-Tailed Fox, and the Revered Master, and how it represents the people fighting for their rights against tyrannical rulers. This study used a descriptive-qualitative method. The results indicated that the character Jiang Ziya and the Nine-Tailed Fox against the Revered Master symbolize the people's resistance against the authority. This is supported by collectivism in Chinese society."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Vivian Amelia Widitya
"Artikel ini membahas mengenai perubahan posisi sosial ekonomi baru yang mempengaruhi terbentuknya habitus baru pada tokoh-tokoh dalam film Pourris Gâtés melalui aspek naratif, sinematografis film, dan teori Praktik Sosial milik Pierre Bourdieu. Film ini dirilis pada tahun 2021 dan disutradarai oleh Nicolas Cuche. Pourris Gâtés adalah film komedi Prancis yang menceritakan tentang kisah perjuangan seorang ayah borjuis dalam mendidik dan mengubah karakter ketiga anaknya, yaitu Philippe, Stella, dan Alexandre yang manja, sulit diatur, dan boros. Analisis pada artikel ini menggunakan teori Praktik Sosial milik Pierre Bourdieu yang terdiri dari habitus, kapital, dan arena untuk melihat dan menemukan perubahan watak dan habitus yang terjadi pada ketiga tokoh. Hasil analisis melalui aspek naratif dan sinematografis film dengan menggunakan teori kajian film Boggs & Petrie menunjukkan bahwa perubahan karakter anak-anak Francis diperkuat dengan adanya kontras-kontras kehidupan yang ada di Monako dan Marseille. Hal tersebut juga diperkuat dengan hasil analisis menggunakan teori milik Pierre Bourdieu yang menunjukkan bahwa perubahan posisi sosial ekonomi baru ketiga anak Francis dalam tiga arena yang berbeda mampu membentuk habitus baru anakanaknya menjadi lebih mandiri, sederhana, dan pekerja keras, sehingga membentuk mereka ke dalam tiga kelas sosial yang berbeda-beda.

This article discusses the changes in the new socio-economic position that affect the formation of a new habitus on the characters in the film Pourris Gâtés through narrative, cinematographic aspects of the film, and Pierre Bourdieu's Social Practice theory. The movie was released in 2021 and directed by Nicolas Cuche. Pourris Gâtés is a French comedy film that tells the story of a bourgeois father's struggle to educate and change the character of his three children, namely Philippe, Stella, and Alexandre who are spoiled, unruly, and wasteful. The analysis in this article uses Pierre Bourdieu's Social Practice theory consisting of habitus, capital, and arena to see and find changes in character and habitus that occur in the three characters. The results of the analysis through the narrative and cinematographic aspects of the film using Boggs & Petrie's film study theory show that the changes in the characters of Francis' children are strengthened by the contrasts of life in Monaco and Marseille. This is also reinforced by the results of the analysis using Pierre Bourdieu's theory which shows that the change in the new socio-economic position of the three Francis children in three different arenas is able to shape the new habitus of his children to become more independent, simple, and hardworking, thus forming them into three different social classes."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Ngabehi Pujaharja
"Naskah ini memuat teks mengenai gambaran watak atau perilaku manusia pada umumnya. R. Pujaharja menyalin teks ini dengan memberikan penjelasan arti dari masing-masing watak, disertai uraian panjang-lebar dalam bentuk deskripsi. Isi teks diperikan menjadi sembilan pembahasan, yakni (1) doracara tuwin temen, bohong dan jujur; (2) kesed tuwin sregep, malas dan rajin; (3) wngkot tuwin ambangun turut, keras kepala dan penurut; (4) sembrana tuwin ngatos-atos, kurang hati-hati dan hati-hati; (5) drengki tuwin burus, dengki dan baik hati; (6) cethil tuwin loma, kikir dan penderma; (7) buteng tuwin sareh, senang marah dan sabar; (8) brangasan tuwin lembah manah, tidak mengenal tata-krama dan halus budi pekerti; (9) murka tuwin nrimahan, loba-tamak dan dapat menerima keadaan.
R. Pujaharja dikenal sebagai pemerhati sastra Jawa, khususnya dalam masalah ajaran mistis-religius, yakni yang memuat persoalan-persoalan batin dalam konteks kehidupan dunia. Untuk mengetahui karya-karya R. Pujaharja lainnya, dapat diperiksa dalam FSUI/BA.29. Serat Warnaprana ini merupakan salah satu hasil karyanya, selesai disalin pada tahun 1923 di Surakarta. Satu salinan yang sama dikoleksi pula oleh FSUI dengan nomor PW.159 (hanya PW.158 yang dimikrofilm). Pada tahun 1925, penerbit Tan Khoen Swie di Kediri telah menerbitkan karangan Pujaharja ini dalam edisi cetak. Edisi cetak tersebut dapat dilihat pada koleksi FSUI dengan nomor C.74.
Dalam naskah ini ditemui pula teks yang berbeda, dengan susunan terbalik, mengurut dari halaman terakhir Serat Warnaprana. Teks tersebut berisi Lampahan Bondan Rambatan
"
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
PW.158-B 12.08
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Fakhria Nesa
"Tesis ini membahas subjektivitas tokoh utama dalam novel Hanauzumi karya Watanabe Junichi 1970 dengan penjabaran penokohan. Analisis penokohan dilakukan dengan menggunakan unsur naratif yang dikemukakan oleh Luc Herman dan Bart Vervaeck 2001, kemudian pemaparan subjektivitas dilakukan dengan pendekatan subjektifitas Woodward 1999. Narasi memperlihatkan bahwa tokoh utama hadir sebagai perempuan mandiri, namun melalui penjabaran subjektivitas, tokoh utama dihadirkan sebagai perempuan yang tidak dapat mempertahankan perannya di ranah publik dan kembali menempatkan dirinya di ranah domestik. Novel ini menegaskan bahwa perempuan akan tetap berada di bawah laki-laki dan tidak dapat keluar dari kekuasaan patriarki.

This thesis discusses the subjectivity of the main character in the novel Hanauzumi written by Watanabe Junichi 1970 by observing the characterization. The characterization then will be analyzed using narrative element proposed by Luc Herman and Bart Vervaeck 2001 , while the subjectivity of the main character will be analyzed through a concept by Woodward 1999. The story presents the main character as an independent woman, however, through the subjectivity analysis, it is shown that the main character could not sustain her role in the public sphere, after which she returns and reestablishes herself in the domestic realm instead. This novel reaffirms that women will always be inferior to men and could not escape patriarchy."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
T47484
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>