Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 432 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Lontar Bali Bekel Ari-ari ini menguraikan tatacara perawatan bayi yang baru lahir hingga berumur tiga bulan. Disebutkan bahwa jika lahir bayi laki-laki, ari-arinya ditaruh pada buah kelapa yang telah ditulisi mantra dan harus ditanam oleh seorang pria di sebelah kanan rumah lengkap dengan sarana upacara sebagai bekalnya, di antaranya tulisan mantra di atas daun lontar yang berbunyi Ong, Ong, Ang, Ang, 3. Jika bayi yang lahir perempuan, ari-arinya juga ditaruh pada buah kelapa yang bersurat mantra dan ditanam oleh seorang wanita di sebelah kiri rumah disertai dengan sarana upacaranya dan dibekali selembar tulisan di atas daun lontar yang berbunyi Ong, Ong, Ung, Ung, 3. Dilanjutkan dengan keterangan tentang upacara dan tatacara perawatan bayi sebelum nelain (sebelum puser bayi lepas) atau ketika bayi berumur tujuh hari. Diuraikan juga tentang Penugrahan sang Hyang Dharma sehubungan dengan pemeliharaan bayi dengan segala sarana, tata krama dan rincian sesajen sampai bayi berumur tiga bulan. Informasi penulisan teks maupun penyalinan naskah ini tidak ditemukan."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
UR.1-LT 195
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Ustika Mulyaning Tyas
"Bekel Ari-ari (BA)merupakan manuskrip yang berisi tentang perawatan dan tata cara pelaksanaan tradisi ritual pada siklus kelahiran bayi. Mendem ari-ari menjadi ritual pertama yang dilakukan ketika bayi lahir ke dunia dan dianggap sakral karena ari-ari mempunyai peran yang mendalam dalam proses pertumbuhan dan perkembangan bayi. Manuskrip BA koleksi FS UI dengan kode UR.1 LT-195 tersimpan di ruang naskah Perpustakaan UI digunakan sebagai objek dalam penelitian ini. Teks dalam naskah BA memaparkan tata cara dan ketentuan pelaksaan ritual mendem ari-ari berdasarkan tradisi Hindu Bali. Rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana tata cara pelaksanaan dan makna tradisi ritual mendem ari-ari beserta mantranya yang dikaitkan dengan Tuhan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah memaparkan tata cara pelaksanaan ritual mendem ari-ari beserta makna yang terkandung di balik ritual tersebut berdasarkan teks dalam naskah BA. Penelitian menggunakan langkah kerja filologi dengan analisis data kualitatif dan teori semiotik Roland Barthes. Hasil penelitian menunjukkan proses pelaksanaan ritual mendem ari-ari memiliki ketentuan yang didalamnya mengandung makna untuk keberlangsungan hidup bayi. Adapun mantra yang digunakan menyiratkan makna ritual mendem ari-ari dilaksanakan sebagai bentuk ucapan terima kasih serta permohonan perlindungan bayi kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Bekel Ari-ari (BA) is a manuscript that contains the information about baby care and procedures for the implementing traditions in the baby’s birth cycle. Mendem ari-ari is the first ritual performed when a baby is born into the world and considered sacred because the ari-ari has a deep role in the process of growth and development of the baby. The BA manuscript of FS UI collection with the code UR.1 LT-195 stored in the manuscript room of the UI Library is used as an object in this study. The text in the BA manuscript describes the procedures and provisions for performing the mendem ari-ari ritual based on Balinese Hindu tradition. The problem of this research is how the procedure for the implementation and the meaning of the mendem ari-ari ritual tradition along with the mantra associated with God. The purpose of this study is to explain the procedure for performing the mendem ari-ari ritual and the meaning behind the ritual based on the text in the BA manuscript. The research uses philological work steps with qualitative data analysis and Roland Barthes' semiotic theory. The results show that the process of performing the mendem ari-ari ritual has provisions that contain meaning for the survival of the baby. The mantra used implies the meaning of the mendem ari-ari ritual."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hanief Syafi Al Umam
"ABSTRAK
Lakon Antasena Takon Rama adalah sanggit cerita yang dibuat dan dibawakan
oleh Ki Sugino Siswocarito. Lakon Antasena Takon Rama berisi tentang
perjalanan Antasena dalam mencari jati dirinya. Penelitian yang dilakukan pada
Lakon Antasena Takon Rama ini didasarkan pada analisis struktural yang
meliputi analisis alur, tokoh, penokohan, dan tema. Pada akhirnya diperoleh
bahwa alurnya adalah ketat dan tokoh utamanya adalah Antasena. Pada penemuan
tema yang diperoleh dari hasil analisis alur, tokoh, dan penokohan adalah
Antasena mencari eksistensi, identitas dan jati dirinya

ABSTRACT
Lakon Antasena Takon Rama is sanggit made and performed by Ki Sugino
Siswocarito. Lakon Antasena Takon Rama tells the journey of Antasena looking
for his identity. The research conducted on Lakon Antasena Takon Rama is based
on the structural analysis involving plot, characters, characterization, and theme.
At the end of analysis, the plot is exact showing the main character is Antasena.
The result of theme comes from plot analysis, characters and characterization of
Antasena looking for his existence and identity.
"
2016
S65087
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Sinu Mundisura
"Naskah ini merupakan bendel keempat belas dari 24 bendel Catatan Mundisura (FSUI/UR.49-73) perihal kebudayaan Jawa. Menerangkan tentang syarat-syarat (ila-ila) merawat bayi dari sebelum lahir sampai dengan bayi berumur 1 tahun. Syarat-syarat tersebut di antaranya adalah: 1. Ketika bayi hendak lahir, semua pintu rumah harus dibuka supaya gampang dalam melahirkannya. Sesudah lahir dan dirawat hingga bersih, maka di dekat bayi harus diberi kaca hias, lampu, pisau, dan saji-sajian berupa nasi tumpeng, sayuran, jenang putih, jajan pasar, serta pecel yang ditaruh di daun nyiru; 2. Bila bayi sudah berumur sepasar, dan sudah puput puser, diberikan saji-sajian seperti di atas, ditambah dengan tumbak sewu yang berupa sapu lidi ditancapi empon-empon dan kembang, serta diberikan mainan wayang bila bayi laki-laki, dan payung serta boneka bila bayi perempuan. Di sebelah kiri dan kanan pintu dilengkapi daun nanas yang dihias dengan jelaga, kunir dan dadap srep, alang-alang. Di sekitar rumah dilingkari dengan benang dan dlingo bawang; 3. Anak berumur satu selapan (35 hari), diadakan upacara selamatan. Pada pergelangan tangan anak tersebut diberi gelang kayu; 4. Anak berumur tujuh selapan, diadakan upacara selamatan dengan tumpeng tujuh macam, telur tiga macam, jadah tujuh macam, lompyang tujuh butir. Uapacara selamatan diadakan kembali bila anak tersebut telah berumur satu tahun. Sesudah itu selamatan hanya dilakukan pada hari kelahirannya (metu/wetori). Naskah diterima Pigeaud dari Sinu Mundisura pada bulan Oktober 1934, di Surakarta. Tidak ditemukan keterangan tarikh penulisan/penyalinan naskah."
[place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
UR.62-W 32.14
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarata: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan RI, 1985
392.598 4 UPA
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1984
394.4 IND u
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Estetika merupakan masalah kontemplasi rohaniah, bahkan religius. Oleh karena itu proses penikmatan karya seni termasuk seni pertunjukan itu sendiri lebih bersifat subyektif. Dalam seni pertunjukan, bahasa memegang peranan yang amat penting dan menentukan dalam menjaga kualitas pertunjukan itu sendiri. Salah satunya bahasa bebanyolan, yakni padanan bahasa improvisasi dan spontanitas yang lahir dari kepiawaian tokoh dalam seni pertunjukan. Keberadaan bahasa bebanyolan ini selalu menyertai di dalam pertunjukan tradisional Bali. Sebab seni pertunjukan di Bali, sesungguhnya identik dengan hiburan yang di dalamnya menyertakan bahasa bebanyolan. Bukan seni pertunjukan namanya kalau di dalamnya tidak menyelipkan unsur-unsur bebanyolan. Bahkan unsur-unsur yang melahirkan kelucuan tersebut tidak hanya dari unsur bahasa tapi dari kolaborasi gerak dan mimik tokoh. Keberhasilan sebuah seni pertunjukan justru sangat ditentukan oleh bagaimana para tokoh dalam seni pertunjukan tersebut mampu menyelipkan dan menyuguhkan mutiara-mutiara kata bebanyolan yang dapat menghidupkan pertunjukan tersebut."
JNANA 18:2 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Suhartono
Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1991
959.802 23 SUH a (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
G. Pudja (Gede Puja)
Djakarta: Lembaga Penyelenggara Penterjemah Kitab Sutji Weda, 1971
294.5 PUD w
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Upacara Dewa Mesraman adalah salah satu bentuk upacara yang dilakukan oleh masyarakat Bali, khususnya yang tinggal di desa Paksabali, Kabupaten Klungkung, Bali. Penelitian upacara Dewa Mesraman menggunakan metode kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa upacara Dewa Mesraman, tergolong upacara dewa yadnya, serta pelaksanaannya dilakukan pada hari caniscara (sabtu), wuku Kuningan (berdasarkan kalender Bali). Pelaksanaan upacara Dewa Mesraman, perlu diadakan persiapan sebelumnya, di antaranya : (1) Persiapan mengenai sarana dan prasarana upacara. dan (2) Membersihkan halaman pura, dan menghias pelinggih (bangunan) pura. Selain itu, dalam pelaksanaan upacara Dewa Mesraman, sangat membutuhkan kerjasama dari semua pihak yang ikut terlibat. Upacara Dewa Mesraman pelaksanaannya berdasarkan atas tahapannya, yaitu : 1). upacara mesucian. 2) Mesolah dan mesraman. 3) Melakukan upacara piodalan. Ketiga rangkaian upacara Dewa Mesraman tersebut, dilaksanakan secara berurutan, dan penuh semangat."
JNANA 18:2 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>