Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 1414 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Teks menceriterakan tentang petilasan Raden Jaka Welakas (Arya Dewantara), putera Prabu Brawijaya V di Majapahit. Petilasan tersebut terletak di Gunung Butak, Kalibawang, Kabupaten Sentolo, Yogyakarta. Naskah karya Jayengwiharja ini diterima pada tanggal 12 September 2602 (tahun Jepang) yaitu tahun 1942, di Yogyakarta."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], [Date of publication not identified]
LS.36-W 66.03
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Serat Jaka Lodhang ini merupakan salah satu karangan R.NG. Ranggaawarsita yang berisi jangka, atau ramalan tentang masa yang akan datang. Teks ini sudah beberapa kali diterbitkan, baik di zaman Belanda dulu (termasuk edisi Tan Khoen Swie), maupun pada tahun 1970-1980an. Teks yang di muat di naskah ini lebih lengkap dari versi yang diedarkan oleh Tan Khoen Swie. Diperoleh Th. Pigeaud dari R.M. Suwandi pada 24 November 1932. Daftar pupuhnya sebagai berikut: 1) gambuh; 2) sinom; 3) megatruh. Pigeaud memeproleh naskah ini pada bulan November 1932 dari R.M. Suwandi, dan Suwandi lah yang diduga menyalinnya, sekitar waktu yang sama."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], [Date of publication not identified]
PR.9-A 29.05
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini berisi teks Serat Jaka Ma'il (atau Jaka Ismangil), tersusun dalam 35 pupuh tembang macapat. Menurut kolofon, naskah disalin oleh R.M. Puspasudirja, sedangkan pemiliknya adalah Mas Behi Mangunseduta. Tempat penyalinan tidak disebutkan. Informasi mengenai pengarang teks tidak ada. Teksnya menceritakan tentang Jim Sakar yang dihukum oleh Nabi Sulaiman dimasukkan ke dalam cupu timah lalu dibuang ke laut. Anak-anaknya, Sakarjan dan Sakarji, ingin menolong namun tidak dapat, mereka kembali ke rumah. Setibanya di rumah mereka bertengkar memperebutkan warisan orangtuanya. Adalah seorang penjala ikan bernama Satruna yang mendapat cupu timah. Setelah dibuka keluarlah jim Sakar. Jim Sakar berniat membunuh penjala ikan namun dengan tipu muslihat jim dapat dimasukkan kembali ke dalam cupu lalu dibuang ke laut. Ma'il, anak penjala ikan Satruna, semenjak kematian orangtuanya segera pergi mengembara berguru pada Kyai Dul Basir di bukit Wora-Wari. Oleh gurunya Jaka Ma'il akan dijodohkan dengan putrinya Sawiyah, namun murid-murid Kyai Dul Basir, Kasan Umar dan Dul Jalil, berniat menipu Jaka Ma'il agar Sawiyah tidak tertarik pada Jaka Ma'il. Mereka menggunakan gendam. Walaupun telah menikah Sawiyah tidak tertarik pada Jaka Ma'il. Jaka Ma'il pamitan pada mertuanya untuk pergi. Di tengah hutan ia bermimpi bertemu ayahnya yang memerintahkan untuk pergi ke Timur. Jaka Ma'il bertemu dengan Ki Luka lalu diajarkan tentang hubungan suami istri. Ki Luka ingin menjodohkan anaknya Rara Sri Wulan dengan Jaka Ma'il. Setelah pernikahan Sri Wulan masih berhubungan dengan Gendruwo sehingga Jaka Ma'il menjadi kecewa. Paginya Jaka Ma'il pamitan pergi. Di tengah hutan Jaka Ma'il mendengar pertengkaran Jim Sakarjan dan Sakarji perihal warisan, oleh Jaka Ma'il persoalan itu dapat diselesaikannya. Jaka Ma'il mendapat bagian pedang Sabab Malang, yang sangat sakti. Dengan pedang itu Jaka Ma'il terbang mengembara. Di suatu hutan Jaka Ma'il menolong orang yang melahirkan, anaknya segera diambil dan diberi nama Maknawiyah. Setelah besar Maknawiyah diambil istri oleh Jaka Ma'il. Seorang putra Raja Rum, Sayid Abas, terpisah dari rekan-rekannya yang pergi berburu di hutan. Sayid Abas tiba di rumah Jaka Ma'il. Iatertarik dengan Maknawiyah, lalu mereka berhubungan badan. Jaka Ma'il yang tiba dari udara tidak menemukan Sayid Abas, namun ia curiga karena ada terompah yang tertinggal. Maknawiyah ditanya tentang siapa yang datang, tidak memberi tahu. Sayid Abas mencoba merayu Maknawiyah agar Jaka Ma'il mau menyerahkan pedangnya, namun Jaka ma'il selalu menolak. Jaka Ma'il telah menemukan persembunyian Sayid Abas, malah ia senang karena Sayid Abas sangat tampan. Jaka Ma'il kembali mengembara dan diam di pohon besar. Sayid Abdurrahman mencuri putri Syam bernama Dewi Mayang Mekar. Dalam perjalanan ia istirahat dan tidur di bawah pohon tempat Jaka Ma'il tinggal. Ketika Sayid Abdurrahman tertidur, Mayang Mekar mengeluarkan kekasihnya yang disembunyikan yaitu Sayid Umar Saharsan, mereka berkasih-kasihan berdua. Sayid Abdurrahman yang terbangun segera mencari Mayang Mekar. Mayang Mekar cepat-cepat menyembunyikan kekasihnya. Sayid Abdurrahman melanjutkan perjalanan, tetapi Jaka Ma'il memanggil dan mempersilakan agar mampir ke rumahnya. Maknawiyah diperintahkan menyediakan makanan untuk 6 orang, lalu Jaka Ma'il mulai membuka semua rahasia dari para wanita itu. Kekasih Maknawiyah Sayid Abas dikeluarkan dari tempat persembunyiannya demikian juga dengan kekasih Mayang Mekar, Umar Saharsan. Setelah memberi nasehat Jaka Ma'il pergi dengan Abdurrahman mengembara ke negara Kayu Areng. Negara Kayu Areng tak memiliki raja, sehingga ada sayembara siapa yang didatangi oleh gajah putih kendaraan raja terdahulu, maka ia akan menjadi raja. Gajah mendatangi Ma'il dan Ma'il menjadi raja di negara Kayu Areng dengan gelar Prabu Jaka Ma'il, sedangkan Abdurrahman diangkat sebagai patih. 1) asmaradana; 2) sinom; 3) megatruh; 4) dhandanggula; 5) pangkur; 6) gambuh; 7) durma; 8) pucung; 9) sinom; 10) mijil; 11) maskumambang; 12) kinanthi; 13) dhandanggula; 14) blabak; 15) dhandanggula; 16) sinom; 17) dhandanggula; 18) wirangrong; 19) dhandanggula; 20) asmaradana; 21) mijl; 22) sinom; 23) megatruh; 24) gambuh; 25) dhandanggula; 26) mijil; 27) kinanthi; 28) sinom; 29) pucung; 30) blabak; 31) wirangrong; 32) girisa; 33) dhandanggula; 34) swadana; 35) basonta."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], [Date of publication not identified]
CI.25-NR 286
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini merupakan transliterasi dari FSUI/CI.27 dan CI.28, yaitu Serat Jaka Mursidik. Lihat deskripsi naskah-naskah tersebut untuk keterangan selanjutnya."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], [Date of publication not identified]
CI.29-G 42
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini berisi teks roman Islam yang bercerita tentang perjalanan hidup seorang anak bernama Jaka Nastapa. Ada dua orang suami istri yang sangat merindukan hadirnya seorang anak. Setelah melalui berbagai macam usaha ia berhasil mendapatkannya. Anak itu diberi nama Jaka Nastapa. Ketika kecil Jaka Nastapa sudah memperlihatkan keinginannya untuk menjadi raja, hal ini sangat merisaukan orang tuanya karena apabila raja yang memerintah mendengar, maka mereka sekeluarga akan dibunuh. Dengan berat hati mereka melepaskan anak agar berlayar seorang diri ditengah lautan. Dengan berbagai pengalaman akhirnya Jaka Nastapa berhasil menjadi raja Bagdad. Untuk ringkasan lebih lengkap lihat Vreede 1892: 201-202. Bandingkan pula deskripsi naskah MSB/L.147 dalam Behrend 1990: 300-301. 1) asmaradana; 2) dhandanggula; 3) pangkur; 4) maskumambang; 5) mijil; 6) asmaradana; 7) durma; 8) dhandanggula; 9) pangkur; 10) wirangrong; 11) sinom; 12) dhandanggula; 13) asmaradana; 14) mijil; 15) kinanthi; 16) pangkur; 17) durma; 18) asmaradana; 19) sinom; 20) dhandanggula; 21) mijil; 22) pangkur; 23) megatruh; 24) asmaradana; 25) gambuh. Naskah ini merupakan alih aksara dari naskah LOr 2138, yang dilakukan oleh staf Panti Boedaja pada tahun 1935. Ada tiga eksemplar lagi dari salinan ketikan ini, yaitu G 100, LOr 6753, dan MSB/L.147. Bobon naskah ini berasal dari Gresik, dan Pigeaud (1967: 121) berpendapat bahwa teks ini juga dikarang di daerah Giri Gresik itu. Pada bait pertama terdapat tarikh penulisan atau penyalinan (?), ialah Minggu Paing, 22 Sela, Dal 1751 (yaitu 18 Juli 1824). Menurut catatan pada naskah aslinya, LOr 2138 disalin oleh seorang yang bernama Suraastra', yang diberi imbalan sebesar satu batu langkung 25 ketheng. Selain bahasa Jawa, bahasa Melayu juga sering digunakan dalam naskah ini."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], [Date of publication not identified]
CI.32-G 100
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Teks ini merupakan roman Islam yang berlatar belakang kerajaan Mesir. Dalam teks diceritakan tentang perjalanan hidup seorang anak janda miskin bernama Jaka Prataka yang mengembara untuk mendapatkan gajah putih berkepala empat. Pada akhirnya ia berhasil mendapatkan gajah putih itu dan menjadi raja di Mesir. Versi Jaka Prataka pada naskah ini sama dengan KBG 407, yang sedikit berbeda dengan KBG 451. Lihat Poerbatjaraka dkk 1950: 86-87 untuk keterangan tentang persamaan maupun perbedaan kedua versi tersebut. Adapun teks CI.34 ini sedikit lebih panjang dari KBG 407. Setelah pupuh 33 (sama dengan pupuh 34 pada KBG 451), urutan pupuh selebihnya sebagai berikut: 34. sinom; 35. durma; 36. asmaradana; 37. pangkur. Naskah ini berupa salinan ketikan dari naskah pegon LOr 2017. Lihat Vreede 1892: 196-197 untuk ringkasan naskah babon. Tentang naskah-naskah Jaka Prataka (atau Jaka Prantaka, atau Serat Prabu Lelana) yang lain, lihat Poerbatjaraka dkk. (1950: 84-85) dan Behrend 1990: 302-303. Jumlah naskah Jaka Prataka sedikitnya 15, yaitu: LOr 2007, 2017, 2195, 11.025, CB 19 (Koleksi Madura, C.C. Berg) dan dHMvO 989 (Museum voor het Onderwijs, Den Haag) di Belanda; KBG 407, 426, 435, 451a, 451b, Br393, Br447; MSB/L.149; dan FSUI/CI.34, CI.36."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], [Date of publication not identified]
CI.34-G 63
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini berisi ringkasan dari FSUI/CI.34 yang dibuat oleh Mandrasastra pada bulan Maret 1941. Keterangan selanjutnya lihat deskripsi naskah CI.34 tersebut."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], [Date of publication not identified]
CI.34a-L 12.20
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini berisi teks Serat Jaka Prataka yang resensinya sangat berbeda dengan CI.34 di atas. Perbedaan tersebut antara lain, teks ini menceritakan pertempuran antara balatentara Derwis dengan balatentara Sri Klana, hingga pertemuan Sri Klana dengan para putri yang kemudian menjadi istrinya. Dengan demikian, isi teks nampaknya menyimpang jauh dari cerita pokok tentang Jaka Prataka, sehingga meragukan identitasnya. Tetapi karena penulis/penyalin dengan sangat jelas menamakannya demikian, maka judul tersebut kami pertahankan. Berikut daftar pupuh naskah ini, 1) asmaradana; 2) pangkur; 3) gambuh; 4) durma; 5) kinanthi; 6) pucung; 7) megatruh; 8) dhandanggula; 9) sinom; 10) asmaradana; 11) mijil; 12) pangkur; 13) gambuh; 14) durma; 15) dhandanggula; 16) kinanthi; 17) mijil; 18) sinom; 19) asmaradana; 20) pangkur; 21) durma; 22) gambuh; 23) dhandanggula; 24) kinanthi; 25) mijil; 26) sinom; 27) asmaradana; 28) megatruh; 29) durma; 30) gambuh; 31) pangkur; 32) pucung; 33) kinanthi; 34) sinom; 35) asmaradana; 36) durma; 37) pangkur; 38) dhandanggula; 39) mijil; 40) gambuh; 41) pucung; 42) pangkur; 43) asmaradana; 44) megatruh; 45) kinanthi; 46) durma; 47) kinanthi; 48) dhandanggula; 49) gambuh; 50) pucung; 51) asmaradana; 52) sinom; 53) durma; 54) megatruh; 55) mijil; 56) kinanthi; 57) dhandanggula; 58) maskumambang; 59) gambuh; 60) pangkur; 61) asmaradana; 62) sinom; 63) megatruh; 64) mijil; 65) kinanthi; 66) durma; 67) pangkur; 68) gambuh; 69) dhandanggula; 70) asmaradana. Menurut keterangan kolofon, naskah disalin antara 8 Agustus 1903 sampai dengan 10 Juni 1904, oleh R.T. Sasradipura. Tempat penyalinan tidak disebutkan. Dalam naskah ini terdapat 18 halaman yang dihiasi dengan rerenggan cetak dalam bentuk wadana."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], [Date of publication not identified]
CI.36-NR 164
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini berisi teks Serat Jaka Rasul (atau Suluk Jaka Rasul), menceritakan tentang seorang anak bernama Jaka rasul putra Ki Iman Mulkiyah dari desa Karang Tengah. Jaka Rasul memiliki sifat buruk yaitu suka menganggu orang dalam perjalanan. Pada suatu saat ada seseorang bernama Ki Sasmita yang sedang melakukan perjalanan, ia dihadang oleh Jaka Rasul namun Ki Sasmita berhasil menyadarkan Jaka Rasul. Selanjutnya Jaka Rasul beristrikan Endang Sara putri Ki Mutakalimun dari desa Ardi Cendana. Cerita ini banyak berisi ajaran-ajaran filosofis tentang makna kehiudpan. 1) dhandanggula; 2) asmaradana; 3) maskumambang; 4) sinom; 5) mijil; 6) kinanthi; 7) megatruh; 8) girisa; 9) dhandanggula; 10) asmaradana; 11) pucung; 12) gambuh; 13) asmaradana; 14) megatruh; 15) asmaradana; 16) durma; 17) pangkur; 18) blabak; 19) sinom; 20) mijil; 21) dhandanggula; 22) wirangrong; 23) kinanthi; 24) jurudemung; 25) asmaradana; 26) dhandanggula; 27) sinom; 28) asmaradana; 29) maskumambang; 30) mijil; 31) gambuh; 32) pucung; 33) asmaradana; 34) mijil. Dalam teks ini tak ditemukan keterangan tentang penulisan teks. Tentang penyalinannya, terdapat sebuah sandiasma pada h.1, menyebutkan nama Raden Sastrapuspita, Gedhongen. Terdapat pula suatu cap berikut tanda tangan dari pemilik (?) naskah, ialah R.M.H. Suryaningrat, Bupati Keraton. Penyunting menduga bahwa naskah disalin di Yogyakarta sekitar akhir abad 19. Bandingkan deskripsi naskah MSB/P.174, 174a, dan 175 dalam Behrend 1990: 526-527 untuk dua naskah lagi berisi judul yang sama."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], [Date of publication not identified]
CI.37-CT 19
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Sastra roman historis yang menceritakan tentang percintaan Jaka Pangasih (anak angkat Tumenggung Wiraguna di Mataram) dengan Rara Supranti. Teks diawali dengan persiapan perkawinan Rara Supranti, ialah wanita cantik pedagang kuluk kanigara dari desa Terbaya, dengan Encik Semangil, seorang adipati di Pandanarang. Cerita berakhir dengan perkawinan Rara Supranti dengan Jaka Pangasih. Cerita Jaka Pangasih ini pernah juga disadur untuk pertunjukan Langendriyan sekitar tahun 1870an di Surakarta (Pigeaud 1968: 417, ttg. LOr 6787)). Menurut catatan Pigeaud (1967: 258), Serat Jaka Pangasih ini merupakan lanjutan dari Pranacitra dan dikarang oleh Yasadipura II (Sastranagara). Naskah CH.17 ini berisi tujuh teks, yaitu: Lampahan Jaka Pangasih, Lampahan Suryakusuma Rarianom, Lampahan Jaka Sundhang Mulya, Lampahan Anglingdarma, Lampahan Kemarsih, Lampahan Joharmanik, dan Lampahan Candrakirana. Naskah dibeli oleh Pigeaud di Surakarta pada tanggal 14 Mei 1932, dari R.M.Ng. Sumahatmaka. Pada bulan Januari 1933 naskah disalin aksara oleh staf Panti Boedaja. Untuk salinan ketikan naskah tersebut lihat: PNRI/G 98, MSB/L.148, LOr 6688, dan FSUI/CH.18. Ringkasan naskah ini juga ada, buatan Mandrasastra; lihat FSUI/WY.122 untuk ringkasan tersebut."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], [Date of publication not identified]
CH.17-NR 183
Naskah  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>