Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 45563 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Naskah ini merupakan salinan ketikan dari FSUI/LS.11. Berisi tentang sejarah sebuah petilasan di puncak Gunung Lawet. Gunung Lawet terletak di wilayal Purbalingga, Banyumas Jawa Tengah. Menurut penulis naskah ini, terdapa beberapa cerita yang tidak sama dan kurang masuk akal mengenai petilasan di Gunung Lawet tersebut. Ada yang mengatakan bahwa yang ada di puncak Gunun Lawet itu adalah pasareyan Seh Jambukarang, ada yang mengatakan makam Se Molana, dan ada yang mengatakan hanya sebagai petilasan. Untuk meluruskan perbedaan cerita-cerita tersebut, maka penulis menyusun riwayat petilasan Gunung Lawet berdasarkan saringan cerita-cerita yang berasal dari para narasumber yang dapat dipercaya dan masuk akal. Akhirnya disimpulkan bahwa, di puncak Gunung Lawet tersebut hanya terdapat sebuah petilasan, dan di situ dikubur jamang milik Seh Atasangin (Brawijaya), sumping milik Seh Jambukarang (Darmakusuma), kethu Seh Molana (Sunan Kalijaga), serta pangkasan rambut Seh Atasangin dan Se Jambukarang. Menurut keterangan di luar teks, naskah ini disalin pada bulan Maret. 1929 Surakarta oleh Dr. Th. Pigeaud. Pada koleksi FSUI terdapat dua salinan, yaitu 12.03a (asli), dan A 12.03b (tembusan karbon). Hanya ketikan asli yang dimikrofilr Bandingkan MSB/S.144 untuk teks lain tentang Gunung Lawet."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
LS.10-A 12.03a
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah tulisan tangan huruf Jawa, sudah disalin ketik oleh Dr. Pigeaud (lih FSUI/LS.10). Isi dan keterangan lebih lanjut tentang naskah ini dapat dilihat pa deskripsi naskah salinan tersebut."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
LS.11-B 1.01
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini merupakan salinan ketik (asli) dari FSUI/LS.13, berisi teks tentang makam di puncak Gunung Pring. Gunung Pring terletak di sebelah barat daya kota Muntilan, Jawa Tengah. Di puncak gunung tersebut terdapat dua buah makam, yaitu: makam Kyai Santri dan makam Kyai Krapyak. Pada masa hidupnya, kedua kyai ini dikenal oleh penduduk sekitar desa Gunung Pring sebagai ahli dalam bidang agama Islam. Mereka berdua juga dianggap sakti, bahkan makamnya, hingga sekarang masih dianggap sangat bertuah dan menjadi tempat perziarahan. Pada setiap nama tempat, nama orang dan kalimat-kalimat yang dianggap penting dalam teks ini digarisbawahi dengan pensil, untuk nama tempat berwarna merah, nama orang berwarna biru dan kalimat-kalimat yang dianggap penting berwarna hitam. Terdapat pula catatan kata-kata yang dianggap tidak lazim dipakai. Penggarisbawahan ini kemungkinan dilakukan Pigeaud sebagai bahan penyusunan kamusnya. Menurut keterangan di luar teks, naskah ini merupakan jawaban atas prijsvraag (pertanyaan berhadiah) di Poesaka Djawi 1927. Lihat deskripsi naskah FSUI/LS.43 untuk keterangan tentang peserta lain dalam lomba tersebut."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
LS.12-A 12.05
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah tulisan tangan huruf Jawa, sudah disalin ketik oleh Staf Dr. Pigeaud (lihat FSUI/LS.12). Isi dan keterangan lebih lanjut tentang naskah ini dapat dilihat pada naskah salinan tersebut."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
LS.13-B 1.04
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Muradi
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1985
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gregorius Andika Ariwibowo
"ABSTRACT
Letusan Gunung Galunggung merupakan salah satu bencana besar di Indonesia. Letusan yang berlangsung selama sekitar delapan bulan ini telah mempengaruhi kehidupan sehari-hari penduduk di tiga kabupaten di Jawa Barat. Kajian ini mencoba menjabarkan mengenai upaya pemerintah, terutama pemerintahan Orde Baru dalam penanganan bencana letusan Gunung Galunggung. Kajian ini memiliki peran penting dalam melihat alur perkembangan penanganan bencana oleh Pemerintah Indonesia, khususnya pada masa pemerintahan Orde Baru yang dikenal dengan sistem pemerintahan terpusat. Penanganan bencana merupakan upaya penanganan langsung terhadap pada korban sesaat setelah bencana terjadi. Kajian ini menggunakan metodologi sejarah dengan menggali pada sumber-sumber yang merekam dan mendokumentasikan peristiwa ini. Kesimpulan dari kajian ini adalah bahwa pemerintahan Orde Baru menggunakan perangkat sipil dan meliter dalam upaya penanganan bencana. Pengaruh dari konsolidasi penanganan yang dilakukan secara sistematik ini berjalan dengan sangat baik antara aparat pemerintah, peneliti, militer, dan tim SAR dalam menangani para pengungsi dan dampak bencana yang lain."
Yogyakarta: Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta, 2017
959 PATRA 18:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1993
LP.pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Siagian, Reinhard
"ABSTRAK
Penelitian bertujuan untuk mengetahui struktur dan komposisi komunitas jenis tumbuhan bawah di areal Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.° Penelitian dilakukan di tiga lokasi yaitu lereng bawah, lereng atas, dan punggung bukit.° Pengumpulan data dilakukan dari bulan April hingga September 1999.
Pencacahan flora menggunakan metode berpetak dengan 2 buah transek sepanjang 275 m. Pada setiap transek dibuat 25 petak berukuran lx1 m dengan jarak 10 m antar petak.
Hasil pencacahan tumbuhan bawah pada 150 petak lx1 m2 di tiga lokasi penelitian Gunung Masigit mencatat 43 jenis tumbuhan yang tergolong ke dalam 39 marga dan 35 suku, dengan jenis-jenis utama Dipteris conjugata, Blechnum finlaysonianum, Impatiens javensis, tlrena lobata, Reds sp, Elatostemma sp, Smilax zeylanica, Schima wallrchrr, Phaius sp, Vitis adnanta, Dendrochyllum sp, Cyperus sp.
Sebaran jenis tumbuhan bawah di lokasi penelitian, khususnya di Lereng Bawah dan Punggung Bukit, sangat heterogen. Penyebaran jenisjenis tertentu umumnya tidak terkait dengan sebaran jenis-jenis iainnya. Komunitas tumbuhan bawah di Lereng Bawah dan Lereng Atas dapat disebut sebagai komunitas Dipteris conjugate, sedangkan di Punggung Bukit disebut asosiasi D.conjugata-B.fnlaysonianum. Karakteristik tumbuhan bawah di lokasi penelitian menunjukkan bahwa komunitas tumbuhan di sana telah mengalami gangguan. Kadar air lapangan yang dimiliki jenis-jenis dominan seperti Dipteris conjugata dan Blechnum finlaysonianum, yang hanya sekitar 30 %, memiliki resiko.tjnggi terhadap bahaya kebakaran.

ABSTRACT
Composition and Structures Community Lowland Fires in Gunung Masigit and Preliminary Study of Natural Regeneration Forest Fire Gunung Masigit, G. Gede-Pangrango National ParkGunung Gede Pangrango National Park, is one of the Long-term Ecological Research Site in Indonesia. In the late 1997, the fires have burnt and destroyed nearly 300 ha forest in this park . Of nine location of hot spots recognized G.Masigit was the largest burnt area with the tot& of 250 ha . Undergrowth vegetation got the most severe impacts. Almost undergrowth vegetation in various location in study site were totally burnt. However, with in three months following burning new seedlings such as Omalanthus populneus, Macaranga tanarius , Trema orientalis appeared in the forest floor.°
Abdulhadi et al. (1999) reported that those species were found as the component of seed bank in a permanent plot of this forest. Thus, it is believed that those seedlings might be recruited from seed bank or seed rain.
The objective of the research is to find out the composition and structure of undergrowth forest a community after forest fire in Gunung Masigit, G. Gede-Pangrango National Park.
Data collection were carried out between April and September 1999 at three areas, i.e. upper slope, lower slope, ridge. Four transects of 275 m were established within each site; each two transects established in burnt and unburnt forest. A long the each 275 m transect 25 plots of l x1 m were established with the interval of 10 m.
A total of 43 species belong to 39 genera and 35 families were recorded within 150 plots of unburnt sites. The dominant species of the unburnt sites were Dipteris conjugata, Blechnum fnlaysonianum, Impatiens javensis, Urena lobalata, Pteris sp, Elatostemma sp, Smilax zeylanica, Schima wallichii, Phaius sp, Vitis adnanta, Dendrochy1/um sp, Cyperus sp.
Based on their important value indices (I V I) the plant communities in lower and upper slopes were called Dipteris conjugata community, while in ridge site was an association of D_conjugata and Blechnum fin/aysonianum. The composition of undergrowth forest community observed during this study clearly indicated that G. Masigit has experienced some kind of disturbance before the fire in the late 1997.
Field water capacities of the dominant plants of the undergrowth forest were about 30 %. It is believed that this condition makes the forest is under high risk of fires.
The species richness of born sites was higher than in unburnt sites due to occurrence of the secondary species such as Melastoma balatrichum and Omalanthus populneus, that were not found in the unburnt site. There were 38 species found on the ridge, as the richest site, followed by upper slope 33 species , and the lower slope 21 species. Based on the life form, the undergrowth species in burning area can be classified to 18 species of trees, 6 species of shrubs, 9 species of lianas, 15 species of herbs, and 5 species of ferns.
The undergrowth forest community in burnt sites was dominated by herbs and ferns indicated that the community was still in an early succession. The LVI of plant communities in burnt site showed that the lower slope was the association of Pteris sp-Flatostemma sp., the upper slope was a community of Cyperus sp, and the ridge was the association of Cyperus sp-Pteris sp.

"
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mundardjito
"ABSTRAK
Masalah perpindahan pusat kerajaan Mataram Kuno pada abad I0 dari daerah Jawa Tengah ke Jawa Timur pernah menjadi salah satu isu penting dalam kajian arkeologi dan sejarah kuno Indonesia dalam tahun 1930-an. Namun demikian belum mendapat tanggapan yang memadai. Dalam buku monumentalnya berjudul Hindu-Javaansche Geschiedenis, Dr. N.J. Krom mengajukan pendapat bahwa Ietusan Gunung Merapi, yang dalarn kenyataannya
merupakan gunung api paling aktif di Indonesia, dianggapnya mungkin menjadi faktor penyebab terjadinya perpindahan tersebut, selain faktor-faktor lain yang dikemukakannya pula yaitu: pemberontakan oleh vazal yang ada di Jawa Timur, wabah penyakit epidemik, dan pertimbangan politik (Krom 19311206--9).
Seiain Dr. J.G. de Casparis (1958), yang menanggapi masalah itu dari sudut ancaman kerajaan Sriwijaya dan adanya kesadaran akan pentingnya perdagangan interinsuler, dan Dr. B. Schrieke (1957) yang melihatnya dari segi beratnya beban masyarakat dalam pembangunan sejumlah besar candi di Jawa Tengah, Boechari memandangnya dari segi letusan Gunung Merapi. Menurut Bocchari (1976) perpindahan pusat kerajaan Matararn Kuno ke Jawa Timur itn disebabkan oleh gejala alam yang hebat yaitu letusan gunung api yang dahsyat di Jawa Tengah yang tidak Iain ialah Gunung Merapi.
Sebagai hipotesis sudah tentu pemyataan hubungan sebab-akibat antara letusan gunung api dan pindalmya pusat kerajaan itu harus dibuktikan atau didukung oleh data yang memadai. Berkenaan dengan hal itulah penelitian ini bertujuan untuk lebih dahulu memberikan dan memahami perilaku alam Gunung Merapi beserta kegiatan-kegiatan dan pengaruhnya pada bentang lahan daerah Merapi Selatan, sebagai tempat di mana masyarakat Jawa Kuno masa itu bermukim dan memanfaatkan potensi lingkungan alamnya untuk keperluan hidupnya. Dengan menggunakan prlnsip uniformitarianism, informasi yang diperoleh dalam penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu bahan interpretasi arkeologi yang berguna sehingga akan lebih terbuka kesempatan bagi kita untuk menilai Iebih jauh apakah hipotesis tersebut dapat didukung atau tidak."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1996
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
"Teks berisi uraian tentang 33 tempat kramat di daerah Surakarta, di antaranya: Patirakatan di desa Sangkrah Timur, alun-alun utara, yaitu tempat pemakaman Ki Buda atau Patih Gajahmada di Majapahit, serta pemakaman Patih Gajah Pramada Mataram. Naskah disalin oleh Raden Citrahartana, seorang demang di Mangkunegaran Surakarta, sekitar tahun 1930. Pigeaud memperoleh naskah ini dari Sinu Mundhisura pada bulan April 1937. Setahun kemudian, tepatnya bulan Februari 1938, naskah ini dibuatkan ringkasannya oleh Mandrasastra. Kini ringkasan tersebut tersimpan bersama naskah ini (ikut dimikrofilm)."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
LS.82-NR 311
Naskah  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>