Ditemukan 5220 dokumen yang sesuai dengan query
"Naskah ini merupakan tembusan karbon dari FSUI/CW.4c, berisi ringkasan Pakem Langendriyan (FSUI/CW.4a-d), berisi sari isi teks tersebut, serta cuplikan gatra awal setiap pupuhnya. Tentang Langendriyan pada umumnya lihat Pigeaud 1967:251-252. Lihat deskripsi naskah FSUI/CW.4a untuk keterangan selanjutnya. Naskah tidak dimikrofilm."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CW.4d-A 32.04d
Naskah Universitas Indonesia Library
"Jilid kedua dari set empat naskah ringkasan Pakem Langendriyan (FSUI/CW.4a-d), berisi ringkasan isi teks tersebut, serta cuplikan gatra awal setiap pupuhnya. Tentang Langendriyan pada umumnya lihat Pigeaud 1967:251-252. Lihat deskripsi naskah FSUI/CW.4a untuk keterangan selanjutnya."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CW.4b-A 32.04c
Naskah Universitas Indonesia Library
"Jilid ketiga dari set empat naskah ringkasan Pakem Langendriyan (FSUI/CW.4a-d), berisi ringkasan isi teks tersebut, serta cuplikan gatra awal setiap pupuhnya. Tentang Langendriyan pada umumnya lihat Pigeaud 1967:251-252. Lihat deskripsi naskah FSUI/CW.4a untuk keterangan selanjutnya."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CW.4c-A 32.04a
Naskah Universitas Indonesia Library
Raden Panji Purwa Sudirja
"Buku ini mengisahkan mengenai Prabu Parikesit, raja Astina keturunan Pandawa membuat perlindungan atau pemagaran (grogol) dari pengaruh-pengaruh jahat yang mungkin dapat membuat celaka dirinya."
Soerakarta: Babah Si Dyan Ho, 1902
BKL.0594-CW 26
Buku Klasik Universitas Indonesia Library
"Teks diawali dengan cerita Prabu Klana Jaka yang mengutus patihnya mencari kepala seorang pemuda tampan, yang akan dipersembahkan kepada Dewi Kumudaningrat sebagai syarat lamarannya. Patih Lanjakprakosa berhasil mendapatkan kepala Gambir Anom. Kepala tersebut lalu dipersembahkan kepada Klana Jaka, sedangkan badannya diurus oleh adik Klana Jaka yang bernama Dewi Tigaron. Lama-kelamaan Dewi Tigaron jatuh cinta kepada mayat tersebut. Kemudian dia meminta bantuan Bancak dan Doyok untuk menghidupkan kembali mayat tersebut. Prabu Klana Jaka sangat marah begitu mengetahui Gambir Anom telah dihidupkan kembali, sehingga timbul pcperangan antara keduanya. Pada saat itu datang Panji Semarabangun di tempat peperangan. Oleh karena Panji Semarabangun tidak menyukai kelakuan Prabu Klana Jaka yang licik iru, lalu dia membantu Gambir Anom membunuh Prabu Klana Jaka. Naskah ini merupakan salinan ketikan dari sebuah naskah milik Ir. Moens (sampul). Keterangan penulisan/penyalinan tidak diketahui secara pasti, namun pada h.l dijumpai nama Widiprayitna, kemungkinan beliau sebagai penulis teks ash. Keterangan referensi, lihat: MSBAV.86."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.75-A 41.04
Naskah Universitas Indonesia Library
"Naskah ini berisi teks tentang kisah Wong Agung (Menak) yang mengabdi di negara Madayin hingga kehancuran kerajaan Selan Serandil dan takluknya raja Lamdahur."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.50-A 19.01
Naskah Universitas Indonesia Library
"Naskah ini merupakan alih aksara dari MSB/W.92. Penyalinan dibuat oleh staf Panti Boedaja pada September 1936 di Yogyakarta sebanyak empat eksemplar. Lihat PNRJ/G 112, LOr 6787, dan MSB/W.93 untuk naskah kopian itu. Naskah ini berisi teks Pakem Ringgit Menak dan 'mratelakaken gendhing-gend-hingipun, bawa-bawanipun lan senggakanipun'. Naskah ini terdiri dari dua jilid, Pada naskah asli h. 1-10 (jUid I) dan h. 1-2 (ji'id II) hilang. Maka salinan naskah ini sesuai dengan keadaan naskah aslinya. Lakon yang terdapat dalam teks ini adalah agai berikut: 1. Tamatipun lampahan Jobin I (h.1-11); 2. Lampahan Jobin II -36); 3. Lampahan Jobin III (37-56); 4. Lampahan Jobin IV (57-73); 5. Tamatipun lampahan Jobin V (74-103); 6. Lampahan Kelan (104-137); 7. Lampahan Maduresmi (138-166); 8. Lampahan lairipun Pangeran ing Kelan (167-199); 9. Lampahan Malebari (200-229); 10. Lampahan ing Kubarsi (230-260); 11. Lampahan ing Karsihan (261-285); 12. Lampahan Rum Burudangin (286-315); 13. Lampahan Punvakandha (316-345); 14. Lampahan Ngambarkustup (346-370); 15. Lampahan Kala-Kodrat (371-414); 16. Lampahan Pranacitra (415-435); 17. Lampahan Persi (436-458); 18. Lampahan Jaka Pangasih (459- 476); 19. Lampahan Pangeran Asat, Pangeran Anjad Krama (477-496). Pada h.ii terdapat keterangan dalam bahasa Belanda yang artinya kurang lebih bahwa naskah ini diambil dari Langendriyan yang diceritakan kembali oleh K.G.P.A.A. Prabuwijaya, putra tertua dari PB DC dan anak menantu dari MNIV. Informasi tambahan mengenai naskah ini dapat dilihat pada MSB/W.92-93. Tembusan karbon maupun naskah aslinya telah dimikrofilm yaitu pada MSB/W.92-93 (mikro MSB rol 42 no. 2 dan 5). Oleh karena itu naskah FSUI ini tidak dimikrofilm."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.93-G 112
Naskah Universitas Indonesia Library
"Buku ini adalah buku panduan lakon langendriya berjudul Menak Jingga Lena yang pergelarannya disumbangkan oleh sampeyan Dalem Kangjeng Gusti Pangeran Hadipati Hario Mangkunagara VII di Surakarta. Dalam rangka perkawinan Bandoro Raden Ajeng Koosabandinah dengan Ir. Raden Mas Koesoemaningrat pada malam Sabtu Kliwon 13 Rajab 1863 atau 12 November 1932 di Kadipaten Paku Alaman Yogyakarta."
Yogyakarta: Kadipaten Paku Alaman, [date of publication not identified]
BKL.0298-WY 14
Buku Klasik Universitas Indonesia Library
Rannet, W. Meijer
"Cerita ini berasal dari Petruk, anak kedua Semar (Panakawan Pandawa). Kakaknya bernama Gareng. Dalam kisah ini Petruk menjadi Panakawan dari R. Angkawijaya. Lakon ini lakon carangan. Petruk menjadi raja di Sonyawibawa, menjadikan gegernya dunia karena Petruk mengalahkan Pandawa dan Kurawa. Atas kewaspadaan dan pandangan jeli dari Prabu Kresna, menyuruh Gareng melawan Petruk dan bisa mengalahkannya dan berubah kembali menjadi Petruk yang asli."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
BKL.0530-CW 24
Buku Klasik Universitas Indonesia Library
Tri Halimah Maulani Ade Nuryadin
"Lakon Jumenengan Prabu Kalithi merupakan cerita gubahan karya Sri Sultan Hamengkubawana ke-X yang dipetik dari wiracarita Arjuna Wiwaha. Lakon tersebut mengisahkan tokoh Arjuna dengan laku tapa brata yang sangat kuat hingga mengguncangkan kahyangan Jongringsalaka. Kesempurnaan laku tapa brata Arjuna menjadikannya layak untuk menerima Pusaka Kyai Pasopati dan mendapat gelar Prabu Kalithi. Dalam penelitian ini tahapan laku tapa brata Arjuna yang sempurna diuraikan dengan nilai-nilai religi jawa. Masalah utama penelitian ini adalah bagaimana kesempurnaan tapa brata Arjuna dengan pemahaman tapa menurut nilai-nilai religi jawa. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode kualitatif dan pendekatan sastra religi untuk menganalisis laku tapa brata Arjuna yang sempurna. Sumber data berasal dari dari rekaman Pentas Wayang Wong Jumenengan Prabu Kalithi yang dipersembahkan oleh KHP Kridhomardowo (Kawedanan Hageng Punakawan Kridomardowo, divisi kesenian dan pertunjukan di Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat). Pementasan dapat diakses melalui Kanal Youtube Kraton Jogja dengan judul “Pentas Wayang Wong Jumenengan Prabu Kalithi-Rangkaian Pameran Temporer Bojakrama”. Data tersebut diolah dengan menggunakan tinjauan pustaka dan menggunakan teknik mencatat. Hasil penelitian menunjukan bahwa Arjuna menjalankan laku tapa brata yang sempurna sesuai dengan nilai-nilai pada pemahaman religi jawa. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa laku tapa brata Arjuna sudah sempurna hingga dapat mencapai manunggaling kawula gusti.
The play of Jumenengan Prabu Kalithi is a story composed by Sri Sultan Hamengkubawana X taken from the legendary Arjuna Wiwaha. The play tells the story of the character Arjuna with the practice of tapa which is so strong that it shakes the Jongringsalaka heaven. The perfection of Arjuna's tapa brata practice made him rewarded with Kyai Pasopati Heritage and receive the title of King Kalithi. In this study the stages of Arjuna's perfect tapa brata practice are described with Javanese religious values. The main problem of this research is how the perfection of Arjuna's asceticism with the understanding of tapaaccording to Javanese religious values. This research is a descriptive study using qualitative methods and a religious literature approach to analyze Arjuna's perfect tapa brata practice. The source of this study comes from the recording of the play of Jumenengan Prabu Kalithi presented by KHP Kridhomardowo (Kawedanan Hageng Punakawan Kridomardowo, arts and performance division at the Ngayogyakarta Hadiningrat Palace). The performance can be accessed via the Kraton Jogja Youtube Channel with the title "Puppet Performance of Wong Jumenengan Prabu Kalithi-Bojakrama Temporary Exhibition Series". The data is processed using a literature review and using note-taking techniques. The results of the study showed that Arjuna carried out a perfect tapa brata practice in accordance with the values of Javanese religious understanding. Thus, it can be concluded that Arjuna's tapa brata practice is perfect so that it can achieve manunggaling kawula gusti."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia;, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library