Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16255 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Lontar Bali ini memuat teks lengkap dari Agastyaparwa (atau Anggastyaparwa), salah satu teks purana yang terpenting dalam sastra Jawa Kuna. Tentang teks ini lihat, antara lain, Gonda 1936a untuk edisi maupun komentar. Teks ini berisi percakapan Begawan Agastya dengan putranya (sang Dreda Syu), tentang permulaan adanya Tri Bhuwana (Bhur, Bhuwah, Swah) dan kandaning Brahmana beserta Dewatanya. Dalam percakapan tersebut diungkapkan juga bermacam-macam cerita antara lain: cerita tentang ciptaan Hyang Brahma, Begawan Daksya, sang Kasyapa (menantu Begawan Daksya), cerita Betara Rama, Begawan Wiswamitra, Begawan Pulaha, Begawan Wasista, cerita tentang bentuk-bentuk bintang, cerita Sanghyang Wulan, dan Iain-lainnya. Disebutkan juga keterangan tentang Panca Yadnya seperti: Dewa Yadnya, Resi Yadnya, Pitra Yadnya, Buta Yadnya, dan Manusa Yadnya; keterangan tentang reinkarnasi; uraian tentang keturunan Begawan Dyaksa; cerita Begawan Sukra; terbunuhnya Raksasa Kangsa oleh Kresna dengan Baladewa; keturunan tentang tokoh-tokoh Alengka; dan ajaran Tri Kaya Parisuda (Kayika, Wacika, Manacika). Teks berakhir dengan uraian Catur Asrama, yakni Brahmacari, Grehasta, Wanaprasta, dan Biksuka. Menurut kolofon dan catatan lain, naskah lontar ini disalin untuk I Gusti Putu Jlantik di Singaraja Bali, tahun 1896."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CP.2-LT 56
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini disalin sekitar tahun 1860, kemungkinan dilakukan di sebuah desa di wilayah Pasisir Tengah. Naskah berisi teks Serat Panji Jayakusuma yang tersusun dalam 57 pupuh. Teks ini berbeda dengan Panji Jayakusuma Bedhah Negari Bali (MSB/L.252, L.255), meskipun menceritakan peristiwa yang sama. Bandingkan dengan KBG 46 untuk naskah lain dengan judul yang sama. Teks ini memuat episode petualangan Raden Panji, putra mahkota kerajaan Jenggala, dalam penyamarannya sebagai pengembara bernama Jayakusuma. Diceritakan, Jayakusuma tengah mengabdi kepada Raja Batukawarna, dan berkat kecakapannya ia dianugerahi pangkat tumenggung. Suatu ketika Tumenggung Jayakusuma diperintahkan untuk menaklukkan kerajaan Bali yang pada masa itu diperintah oleh Maharaja Sri Jayalengkara. Sementara itu Raja Bali sendiri telah mendapat firasat apabila akan mendapat serangan dari luar. Menjelang dimulainya penyerbuan ke Bali, Tumenggung Jayakusuma (sang Panji atau sang Klana) kedatangan dua orang yang berniat mengabdi kepada sang Tumenggung, masing-masing bernama Gunungsari dan Undhakan Sastramiruda (kemudian pada bagian akhir cerita diketahui sebagai putra raja kerajaan Kadiri). Keduanya mengaku hanya melalui pengabdian kepada sang Panjilah mereka dapat bertemu kembali dengan Dewi Candrakirana. Dalam pertempuran yang sengit, patih kerajaan Bali berhasil diperdaya dan terungkapkan identitasnya, yakni Dewi Ragil Kuning. Akhirnya Raja Bali Sri Jayalengkara berhasil ditaklukkan dengan cara dipermalukan, celananya tanggal akibat terkena sambaran panah Jayakusuma, sehingga kaki mulus sang Raja terlihat dengan jelas. Di sini terungkap tabir Raja Bali, yang sesungguhnya Dewi Candrakirana. Akhirnya Jayakusama pun menyatakan diri sebagai Raden Panji, dan berjumpa kembali dengan Candrakirana. Sementara itu di Jawa, kerajaan Kadiri jatuh di tangan kekuasaan Raja Tambini dari Sabrang. Raden Panji yang kembali menyamar sebagai Tumenggung Jayaskusuma, bersama-sama dengan pasukan kerajaan Jenggala, Urawan, dan Singasari berhasil membebaskan Kadiri dari tangan Raja Tambini. Daftar pupuh: (1) asmarandana; (2) sinom; (3) asmarandana; (4) sinom; (5) asmarandana; (6) sinom; (7) dhandhanggula; (8) pangkur; (9) durma; (10) sinom; (11) pangkur; (12) sinom; (13) durma; (14) mijil; (15) pangkur; (16) dhandhanggula; (17) durma; (18) dhandhanggula; (19) pangkur; (20) mijil; (21) kinanthi; (22) sinom; (23) pangkur; (24) durma; (25) sinom; (26) kinanthi; (27) mijil; (28) durma; (29) pangkur; (30) mijil; (31) dhandhanggula; (32) mijil; (33) sinom; (34) kinanthi; (35) durma; (36) sinom; (37) asmarandana; (38) sinom; (39) asmarandana; (40) durma; (41) pangkur; (42) durma; (43) sinom; (44) kinanthi; (45) pangkur; (46) durma; (47) pangkur; (48) durma; (49) mijil; (50) pangkur; (51) kinanthi; (52) asmarandana; (53) dhandhanggula; (54) pangkur; (55) kinanthi; (56) pangkur; (57) mijil. Naskah ini diperoleh Pigeaud dari Surasa Surasudirja yang berasal dari Banasare Bondowoso. Transaksi serah terima naskah berlangsung di Yogyakarta pada bulan Desember 1931.Kemudian pada bulan September 1932, Mandrasastra membuat uittreksel teks naskah ini. Ikhtisar tersebut juga dikoleksi oleh FSUI."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CP.34-NR 153
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini berisi saduran cerita wayang purwa dalam tembang macapat. Teks mengisahkan Prabu Ramawijaya yang bertahta di negeri Ngayodya, pernikahan Dewi Trijatha dengan Bambang Ekawarna sampai keturunan Prabu Ramawijaya yang menjelma kembali menjadi Sri Bathara Kresna di negeri Dwarawati. Naskah ini disalin untuk Pigeaud pada tahun 1928, dari babon yang tidak diketahui, namun diduga, naskah asli teks salinan ini berasal dari istana Mangkunagaran. Sedangkan mengenai pengarang tidak dikatakan dengan pasti (h.l). Ada dua eksemplar naskah ini pada FSUI (A 6.06a dan b)."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CP.23-A 6.06a
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Ringkasan dan catatan lain tentang tiga teks, yaitu Nawaruci (prosa) yang termuat pada naskah PNRI/Br 557; Serat Panitibaya (PNRI/KBG 125); dan Serat Cupak (PNRI/Br 342). Ringkasan ini dibuat oleh R.Ng. Poerbatjaraka (atau stamya) di Batavia. Naskah diterima oleh Pigeaud pada bulan Desember 1931. Lihat dokumen pNRI/R-047 di Koleksi Naskah, Perpustakaan Nasional RI, untuk sebuah eksemplar lain dari naskah ketikan ini."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CS.101-L 6.14
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini berisi teks sejarah legendaris berjudul Serat Ajisaka. Secara garis besar berisi cerita peperangan antara Prabu Dewatacengkar melawan Ajisaka (di sini Aji Isaka). Setelah menang, Aji Isaka menggantikan Dewatacengkar menjadi raja di Medhang Kamulan yang kemudian diganti dengan nama Purwacarita dan bergelar Prabu Widayaka. Pada bagian awal berisi kisah tentang kesenangan Prabu Dewatacengkar memakan daging manusia, kisah tentang pertempuran Prabu Dewatacengkar dengan kedua adiknya, Prabu Dewata Pamunah dari Madura dan Prabu Dewata Agung dari Bali, disusul cerita tentang Prabu Anglingdriya setelah bedhah Pengging, yang berputra dua orang dari Dewi Sinta yaitu Jaka Pekik (Suwelacala) dan Jaka Raras (Jaka Pandaya). Cerita berakhir dengan kisah Raden Daneswara (anak Dewatacengkar) yang berniat untuk bertapa setelah kekalahannya dari Aji Isaka. Pada h.i terdapat keterangan bahwa naskah yang semula milik G.B.R.Ay. Kusumadilaga dibeli oleh Pigeaud dari R. Tanaya di Yogyakarta pada 18 Juni 1938. Naskah pernah dibuat ringkasannya oleh Mandrasastra pada Oktober 1938. Ringkasan tersebut dimikrofilm bersama naskah aslinya. Melihat bentuk tulisannya, naskah ini kemungkinan disalin oleh dua orang (?) sebab mulai h.145 tulisan berubah dari yang semula agak gemuk dan tebal menjadi ramping dan tipis. Walaupun keterangan penyalinan tidak ditemukan, namun berdasarkan jenis kertas serta gaya tulisannya, maka dapat diperkirakan bahwa naskah ini disalin sekitar awal abad ke-20, mungkin di Surakarta. Keterangan selanjutnya dapat dilihat pada: SMP/MN. 180-183, 187, 529.12; MSB/L.286, P.93, S.2, S.15-18, S.20, S.25-26, S.31; Pratelan II: 90; Vreede 1892: 17, 375-376; Juynboll I: 30; Pigeaud 1970: 165-166."
[S.l.] : [S.n.], [date of publication not identified]
SJ.1-NR 318
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini berisi versi Serat Rama, merupakan alih aksara dari sebuah lontar yang tidak diidentifikasikan dengan jelas, walau disebutkan berasal dari Sawabe (?), Yogyakarta. Lihat FSUI/CP.56 yang berisi ringkasan Mandrasastra dari naskah yang sama. Dalam menurun naskah ini, penyalin menambahkan catatan-catatan perbandingan tentang dua naskah lain, ialah Serat Rama Pegon (milik Klaverweiden, mungkin FSUI/CP.66) dan Serat Kandha Rama (milik Scholte, FSUI/CP.60). Naskah ini pada setiap halamannya terbagi atas tiga kolom, sisanya kolom di sebelah kaijan digunakan untuk menulis teks, sedangkan di samping kiri dipakai sebagai catatan pembetulan teks yang ditulis (dengan pensil), karena teks yang ditulis dengan tinta hitam ini banyak sekali kesalahannya, terutama pemenggalan bait dan perubahan kata-katanya. Daftar pupuh: (1) dhandhanggula; (2) pangkur; (3) dhandhanggula; (4) sinom; (5) pangkur; (6) asmarandana; (7) dhandhanggula; (8) pangkur; (9) asmarandana; (10) dhandhanggula; (11) pangkur; (12) asmarandana; (13) kinanthi; (14) sinom; (15) dhandhanggula; (16) asmarandana; (17) pangkur; (18) dhandhanggula; (19) sinom; (20) kinanthi; (21) dhandhanggula."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CP.55-A 2.03
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Salinan naskah Rama ini diperoleh Pigeaud dari J. Scholte, di Banyuwangi. Dalam FSUI/CP.55 terdapat catatan perbandingan antara teks ini dengan dua teks lain yang mirip, yaitu Serat Rama Pegon dan Serat Kandha Rama. Lihat deskripsi naskah tersebut untuk keterangan selanjutnya. Seperti halnya CP.56, teks dalam naskah ini terdapat cukup banyak pembetulan berupa coretan-coretan, penambahan, dan pengurangan kesalahan pada huruf, suku kata, atau kata-kata dalam struktur kalimatnya."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CP.60-A 4.01
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini berisi dua teks. Yang pertama Serat Rama, diawali cerita Prabu Rahwana nemerintahkan anaknya Indrajit agar menggelar pasukan dan berteriak bahwa Dewi Sinta telah meninggal, dan diakhiri dengan cerita Ramawijaya, Lakskamana, dan bala tentara kera berhasil menghanguskan negeri Alengka dan membunuh Rahwana ian bala tentara raksasa. Teks kedua dinamakan Serat Raden Indrapura, diawali iengan cerita Prabu Nur Amad dari negeri Kojrat telah terkabulkan permintaaannya ian mempunyai anak bernama Indraputra kemudian diakhiri dengan cerita Raden Putra bertemu dengan Randha Sumampir yang sangat miskin. Daftar pupuh: (1) dhandhanggula; (2) sinom; (3) pangkur; (4) asmarandana; (5) pangkur; (6) asmarandana; (7) dhandhanggula; (8) asmarandana. Naskah dibeli dari Surasa Surasudirja, Banasare, Bandawasa dan dikoleksikan oleh Pigeaud pada bulan Desember 1931 di Yogyakarta. Naskah ini disarikan oleh Mandrasastra pada bula Agustus 1937 disertai daftar tembang, nomor urut, halaman, dan cerita singkat per pupuh dalam bentuk gancaran. Dilihat dari bentuk aksaranya yang sangat khas, dapat diperkirakan naskah ini berasal dari pesisir Jawa Timur."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CP.68-NR 155
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini berisi teks cerita peperangan negeri Ayodya melawan negeri Alengka. Nafsu angkara murka yang ditunjukkan Prabu Rahwana (Dasamuka) ditentang oleh Prabu Ramawijaya lewat kebijaksanaan-kebijaksanaan yang diterapkannya. Teks diawali dengan cerita Prabu Dasarata, raja Ayodya (ayah Ramawijaya) dan deskripsi mengenai kerajaan itu kemudian diakhiri dengan cerita Kumbakarna dibangunkan dari tidurnya atas perintah Prabu Rahwana (Dasamuka). Naskah dipinjam Pigeaud dari Bupati Sragen. Keterangan tentang pengarang (penulis/penggubah) naskah ini tidak diketahui dengan pasti, namun kebanyakan karya yang berbentuk kawi miring banyak digubah oleh Yasadipura I dan/atau Yasadipura II di Surakarta. Naskah lain yang memuat teks Serat Rama redaksi kawi miring termasuk LOr 1791, 2054 dan CB 24, yang tersimpan di Leiden. Bandingkan dengan YKM/W. 18. Informasi mengenai sastra kawi miring ini banyak didapatkan di dalam McDonald (1982) dan Arps (1986). Keterangan bibliografis selengkapnya terdapat pada FSUI/CP.70, sedangkan daftar pupuh dapat dilihat pada LOr 1791 karena ternyata teks ini sama dengan naskah LOr 1791 tersebut."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CP.71-NR 523
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini berisi teks Serat Kandha Rama yang diperoleh Pigeaud di Jember, 1930, dengan perantaraan Tn. Heekeren. Bandingkan FSUI/CP.60 untuk naskah lain, juga berasal dari Pasisir Wetan, yang memakai judul Serat Kandha Rama. Naskah dilengkapi dengan puluhan gambar pena dan tinta yang kemudian diberi warna merah pada bagian-bagian tertentu, seperti kain dan mukanya. Maksud gambar ini untuk melukiskan adegan pada halaman-halaman bersangkutan. Baik gaya gambar maupun tulisan dalam naskah ini cenderung menunjukkan bahwa naskah diproduksikan jauh dari lingkungan kraton. Daftar pupuh: (1) ?; (2) asmarandana; (3) sinom; (4) dhandhanggula; (5) pangkur; (6) kinanthi; (7) asmarandana; (8) asmarandana; (9) dhandhanggula; (10) durma; (11) sinom; (12) pangkur; (13) mijil; (14) durma; (15) pangkur; (16) sinom; (17) asmarandana; (18) dhandhanggula; (19) pangkur; (20) durma; (21) sinom; (22) dhandhanggula; (23) pangkur; (24) durma; (25) sinom; (26) pangkur; (27) asmarandana; (28) durma; (29) durma; (30) asmarandana."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CP.75-NR 180
Naskah  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>