Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7106 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Teks Serat Warna Carita Saking Ngarab ini merupakan alih aksara dari MSB/L.25h yang dilakukan oleh petugas Panti Boedaja, sekitar tahun 1938. Lihat Behrend 1990: 218 tentang naskah induk maupun informasi lainnya. Dalam karya tersebut teks ini diberi judul Cariyos Jaman Nabi Muhammad. Teks terdiri dari berbagai cerita mengenai tokoh-tokoh legendaris maupun historis dalam tradisi Arab, termasuk: Iman Sapingi, Bok Kasanah, Jaka Bligo, Raja Marwan, Raja Malik Mungalam Syah, Bok Joharah, Ki Ngabdullah Johari, Raja Kusur, Ki Tabah, Raja Sahriyan, Ki Hima, Raja Karim Kubra, Seh Saleh, Abu Jakpar, Kijad Ibnu Yusup, Ki Suplan, Panglima Nuh, Seh Ngabdullah, Ki Musa, Sultan Iskandar dil Karnen, Ibnu Masnguda, Seh Bilalul, Imam Kadali, Kangjeng Nabi Ngisa, dan Seh Mukamada Ibnu Abubakar. Terdapat dua eksemplar naskah ketikan ini pada koleksi FSUI. Hanya ketikan asli (a) yang dimikrofilm."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CL.97a-G 141a
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Buku ini merupakan kumpulan beberapa cerita, diantaranya adalah: batu menjadi obat; budak yang riang; mancahari pancohari; penipu; seorang pemburu dan seorang saudagar; seorang ladang; kancil dengan babi; pemalas; sumur; saudagar yang kikir; biri-biri dengan srigala; peti hikmat."
Bandar Betawi: Gupermen, 1913
BKL.0277-CL 7
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini berisi catatan tentang teks Serat Jayalengkara yang termuat pada naskah KBG 263. Catatan meliputi cuplikan awal dan akhir teks, daftar pupuh, catatan umum, serta ringkasan alur cerita pupuh per pupuh. Catatan dibuat oleh R.Ng. Poerbatjaraka (atau stafnya) di Batavia. Naskah diterima oleh Pigeaud pada bulan Maret 1931. Naskah dengan judul Jayalengkara ada beberapa macam. Di antaranya cerita Panji Jayalengkara yang sudah diuraikan oleh Poerbatjaraka dkk. (1950: 17-25); Jayalengkara dari Medang Kamulan yang sudah diterbitkan pada tahun 1889 (Pratelan II: 105-113). Keterangan lebih lanjut tentang Jayalengkara lihat MSB/L.164-171; Pigeaud 1970: 260; Jaarbook 1933: 305; Vreede 1892: 159; Juynboll 1907: 76; NBG 44 (1906): v. Berdasarkan keterangan yang diberikan oleh Pigeaud di h.l, naskah asli (KBG 263) berasal dari Instituut voor de Javaansche Taal di Solo (sekolah Winter dan Wilkens). Naskah tersebut disalin di Surakarta antara tahun 1823 sampai dengan 1831."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CL.55-L 5.08
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini berisi teks Serat Selarasa, tetapi hanya sebagian, tidak tamat. Roman Selarasa adalah salah satu karya sastra Jawa yang berlatar di kerajaan Cempa, tempat asal Putri Cempa yang tampil dalam teks sejarah Majapahit. Kisahnya berpangkal pada empat saudara, Selangkara, Selaswara, Selaganda, dan Selarasa, semuanya putra Raja Cempa. Selangkara menggantikan ayahnya sebagai Prabu Cempa, tetapi memperlakukan adik-adiknya dengan cara yang tidak pantas, sehingga terjadi sengketa dan persaingan antar saudara. Tentang korpus sastra teks Selarasa pada umumnya, lihat Behrend 1990:403-405. Dalam uraian Behrend itu, disebutkan bahwa korpus teks ini terdiri atas sedikitnya empat redaksi, sebagai berikut: (1) MSB/L.321, mungkin dari Cirebon, hanya sampai pupuh 45, lalu putus; (2) MSB/L.322-324, versi Cirebon lain yang amat luas (lebih 124 pupuh); (3) YKM/W.45-46, yaitu Jatiswara-Selarasa. Tentang teks yang sangat menarik ini lihat Behrend 1987:190 dan passim; (4) MSB/W.94, yaitu Pakem Ringgit Golek: Lampahan Selarasa. Sekarang dapat ditambahkan lagi informasi sebagai berikut: (5) Teks LOr 1824 (Selarasa Kuningan, dengan turunan FSUI/CL.85-90) sangat mirip dengan redaksi MSB/L.322-324. Urutan pupuhnya jelas sejajar, tetapi terdapat banyak sisipan dan perbedaan lain. Namun pupuh 1 dari MSB/L.322 sama dengan pupuh 3 pada LOr 1824, sedangkan pupuh terakhir kedua naskah itu (L.324 = 124; LOr 1824 = 115) sama.; (6) LOr 10.803 merupakan versi lain, tetapi mirip dengan LOr 1824 pupuh 29-48 (pupuh 7-19 dalam naskah ini bahkan identik dengan LOr 1824, pupuh 35-48); (7) FSUI/CL.79 hampir satu versi dengan MSB/L.321. Perbandingannya sebagai berikut: pupuh 1-27 pada FSUI/CL.79 sama dengan pupuh 2-28 pada MSB/L.321, kecuali pupuh 9 dari CL.79 bertembang wirangrong, sedangkan pada L.321, pupuh 10 bertembang asmarandana; (8) Selain CL.79, semua naskah Selarasa di FSUI merupakan alih aksara naskah lain: CL.80 = MSB/L.321; CL.82 dan CL.84 = MSB/L.323; CL.83 = MSB/L.324; dan CL.85-86, CL.87-88, CL.89a-b, dan CL.90a-b = LOr 1824. Adapun teks FSUI/CL.79 ini, hampir satu versi dengan MSB/L.321. Teks menceritakan petualangan Selarasa, Selaganda dan Selaswara. Dalam pengembaraannya Selarasa bertemu dengan Seh Dursayid, dan diberi ajaran untuk menahan lapar. Mereka bertiga pergi berlayar menuju negara Atas Ulun; di sana mereka bertemu dengan Dyah Rumsari, putri seorang pendeta bernama Ki Lobama. Pada suaru hari Raja Atas Ulun bermimpi. Sang raja menyuruh patihnya mencarikan orang yang dapat menafsirkan arti mimpinya itu. Nujum Sidik berhasil menafsirkan mimpi raja, namun dihukum penjara karena meramalkan bahwa sang Raja akan dikalahkan oleh tiga orang jejaka dari negara Atas Ulun. Para jejaka di Atas Ulun ditangkapi, dan orang yang berusaha menyembunyikan mereka akan dibunuh. Selarasa bersama saudara-saudaranya dan Dyah Rumsari pergi mengungsi. Dalam perjalanan mereka bertemu dengan tentara Atas Ulun, dan terjadi pertempuran. Tentara Atas Ulun berhasil dikalahkan. Selarasa lalu mengirimkan surat tantangan kepada Raja Atas Ulun. Dalam perjalanan Dyah Rumsari merasa haus. Selarasa dan Selaganda pergi mencari air. Ketika mencari air Selarasa terpisah dari saudaranya Selaganda. Selarasa tersesat hingga terdampar pada suatu gua. Di dalam gua Selarasa bertemu dengan naga, raksasa, dan seorang pertapa bernama Seh Durnapi yang mengajarkan ilmu rasa. Berbekal petunjuk dari Seh Durnapi, Selarasa pergi ke Gunung Gambung menemui pemimpin jin bernama Patih Nurjaman. Mereka berdua lalu bertempur, namun keduanya sama-sama sakti hingga akhirnya Patih Nurjaman mengangkat Selarasa sebagai putranya. Patih Nurjaman menceritakan asal usul dirinya yang pergi mengungsi bersama putra raja bernama Tali Rama, karena rajanya Sri Palmin dari kerajaan jin Pura Rukmi ditawan oleh Raja Madenda. Nurjaman, Tali Rama dan Selarasa berunding untuk membebaskan Sri Palmin. Selarasa dan Nurjaman berangkat menuju Madenda semenatara Tali Rama menjaga kerajaan Pura Rukmi. Dengan sirepnya Selarasa berhasil masuk ke istana Madenda, lalu ia menuju kamar Dewi Pangrenyu saudara Sri Madenda. Melalui rayuannya Selarasa berhasil mengetahui tempat ditawannya Sri Palmin. Setelah membebaskan Sri Palmin, Selarasa mengikat Raja Madenda yang sedang tertidur dan membuangnya ke dalam gua. Sementara Nurjaman membawa pulang Sri Palmin. Kerajaan Madenda berhasil dikuasai oleh Selarasa. Sahabat Sri Madenda, Kuwera dan Kuwari berusaha merebut negara Madenda namun dikalahkan. Selarasa dan Dewi Pangrenyu datang ke Pura Rukmi, disambut dengan gembira oleh raja jin Sri Palmin. Selarasa ingin menemui saudara-saudaranya yang tertinggal di hutan, Patih Nurjaman yang mengantarnya. Sangat gembira mereka bertemu, namun hanya sekejap karena mereka mendapat kabar bahwa Ki Lobama ayah Dyah Rumsari ditawan oleh Raja Atas Ulun. Selarasa dan saudara-saudaranya merencanakan untuk membebaskan Ki Lobama dan membalas pada Raja Atas Ulun. Setelah berhasil membebaskan Ki Lobama, Selarasa dan saudara-saudaranya bertempur melawan tentara Atas Ulun. Selarasa berperang dengan sang raja, Selaswara dengan patih Atas Ulun. Raja Atas Ulun dikalahkan dan melarikan diri ke istana. Suatu malam Selarasa dan Selaganda menyebarkan sirep di istana Atas Ulun, lalu mengikat sang raja dan patihnya menjadi satu, kemudian dibuang di hutan. Selarasa dan saudaranya, Ki Lobama, Ken Jumena bersama-sama masuk ke istana lalu sembahyang. Selaswara menikah dengan Dyah Rumsari dan menjadi Raja Atas Ulun. Selaganda menjadi Patih Atas Ulun dan menikahi putri Raja Atas Ulun, Raga Puspita. Tersebutlah Raja Atas Ulun dan patihnya yang dibuang di hutan. Ketika sadar dan berhasil melepaskan diri maka berjalan menyusuri pantai, bertemu dengan Seh Ngalaya, kemudian ikut pada sebuah kapal milik Ki Unrus, namun karena dianggap membuat sial, raja dan patih dibuang di Pulau Jingjrin. Raja Jingjrin, Jin Kapir, berniat menyerang Selarasa karena telah menyingkirkan Raja Madenda. Ringkasan di atas disadur dari uittreksel yang dibuat oleh Mandrasastra tentang CL.79 ini, yang tersimpan bersama naskah asli dalam koleksi FSUI. Di dalam naskah ini tidak ditemukan keterangan tentang penulisan teks asli maupun penyalinan naskah ini. Beberapa halaman awal dan belakang naskah telah hancur sehingga sukar dibaca. Daftar pupuh: (1) sinom [tak dapat dibaca]; (2) pangkur; (3) dhandhanggula; (4) durma; (5) asmarandana; (6) megatruh; (7) mijil; (8) dhandhanggula; (9) wirangrong; (10) sinom; (11) pangkur; (12) durma; (13) dhandhanggula; (14) mijil; (15) megatruh; (16) kinanthi; (17) sinom; (18) girisa; (19) durma; (20) dhandhanggula; (21) pucung; (22) asmarandana; (23) kinanthi; (24) pangkur; (25) maskumambang; (26) dhandhanggula; (27) sinom; (28) durma [sukar dibaca karena sobek]."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CL.79-NR 202
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini merupakan alih aksara dari MSB/L.321,yang dilakukan oleh petugas Panti Boedaja pada tahun 1930an. Lihat Behrend 1990: 404-405 serta dekripsi naskah FSUI/CL.79 untuk keterangan selanjutnya. Bandingkan CL.80b untuk tembusan karbon, serta CL.81 untuk ringkasan Mandrasastra tentang isinya."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CL.80a-G 150a
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ketikan ini merupakan tembusan karbon FSUI/CL.80a. Lihat deskripsi naskah tersebut untuk keterangan selanjutnya. Naskah ini tidak dimikrofilm."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CL.80b-G 150b
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah yang dibeli Pigeaud di Yogyakarta, pada tanggal 30 Nopember 1932 ini, telah dibuat ringkasannya oleh Mandrasastra pada bulan Juni 1933. Keterangan selengkapnya tentang korpus naskah sejenis lihat FSUI/CL.75. Daftar pupuh: (1) sinom; (2) kinanthi; (3) asmarandana; (4) pangkur; (5) sinom; (6) mijil; (7) kinanthi; (8) asmarandana; (9) dhandhanggula; (10) pangkur; (11) durma; (12) asrnarandana; (13) pangkur; (14) dhandhanggula; (15) asmarandana; (16) sinom; (17) dhandhanggula."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CL.92-NR 223
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Jantra Entra ini merupakan sastra roman, atau novel bahasa Jawa, yang dikarang oleh R. Pujaharja pada tahun 1913. Pada purwaka (h.i) isi ceritera dijelaskan sebagai berikut: 'Nyariyosaken lalampahanipun Jaka Mursit, inggih punika satunggaling lare ingkang padhang manahipun, jalaran sakinanthig mituhu dhateng piwulang ingkang prayogi. Isinipun: (1) Panggaotan; (2) Kajuliganing dagang; (3) Kagemen; (4) Pratikeling dagang; (5) Watakipun tiyang dagang; (6) Karibedanipun; (7) Kabingahanipun. Naskah ketikan ini disalin atas prakarsa Pigeaud, sekitar tahun 1930, rangkap empat. Naskah induk tidak diidentifikasikan, tetapi tampaknya turunan dari FSUI/CL.54. Manuskrip LOr 6754, MSB/F.12, dan PNRI/G 94 merupakan tembusan karbon dari naskah ini."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CL.53-G 94
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Tampaknya naskah ini merupakan induk transliterasi dari teks Serat Jantra Entra yang terdapat pada FSUI/CL.53. Lihat deskripsi naskah tersebut untuk keterangan selanjutnya."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CL.54-K 15.04
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini berisi teks yang menceritakan R. Pulimbang bersaudara (R. Kumambang dan Diyah Gendang Sumilir) anak Prabu Bujana di negara Hinangsana. Ketiganya meminta doa restu kepada sang Prabu Bujana untuk melakukan pengembaraan mencari burung dara yang diidam-idamkan oleh Sang Prabu. Dalam pengembaraannya R Pulimbang bersaudara menemui banyak rintangan. Ketika sampai di Gunung Semeru, di berperang melawan Ratu jin perempuan bernama Dewi Mursasi dari negara Kancana. Dewi Mursasi kalah, akhirnya R. Pulimbang menjadi raja di Kancana dan kawin dengan Dewi Mursasi. Naskah ini merupakan salinan dari naskah lontar, sayang tidak disebutkan identitas babonnya. Pigeaud menerima salinan ini dari Dr. W.F. Stutterheim pada bulan Februari 1929, sedangkan yang ikut berperan dalam penyalinannya adalah RNg. Poerbatjaraka, pada bulan Agustus 1925 (h.l). Naskah ini telah diringkas oleh Mandrasastra pada bulan Juli 1939. Keterangan tentang ringkasan tersebut lihat pada FSUI/CL.77. Ringkasan lain berbahasa Belanda juga ada; lihat FSUI/SJ.134. Pada h.3 terdapat surat dari Stutterheim kepada Pigeaud tertanggal 22 April 1931, tentang pinjam meminjam buku dan naskah."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CL.76-A 11.08
Naskah  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>