Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 36 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Lontar asal Bali ini diawali dengan uraian pertemuan Prabu Wirya Jenggala Amlapura dengan para bujanggawan, Tri Wangsa (Brahmana, Ksatria, Wesya), Sudra, serta rakyat bawahannya dalam usahanya untuk menciptakan keselamatan, kebahagiaan, dan ketenangan dunia beserta isinomya (swastaning bhuwana). Diungkapkan juga tentang catur warna dengan segala aturan, tingkatan, kedudukan dan fungsinomya dalam masyarakat, hubungan sesamanya, serta tata kramanya masing-masing sehubungan dengan upacara Panca Yadnya terutama dalam upacara Pitra Yadnya. Teks dilanjutkan dengan kesepakatan, kemanunggalan, atau kesamaan jalan pikiran sang Prabu (Anak Agung) sebagai pengayom maskumambangyarakat dengan Brahmana Sulinggih (pendeta) sebagai penasehat atau penyebar ajaran Agama serta pengatur (purohita) segala jenis bentuk adat dan upacara keagamaan. Fungsi seorang Brahmana Sulinggih terhadap para golongan sudra dalam hal pemberian Tirta Suci (Tirta Pangentas) sangat penting terutama pada saat golongan sudra mengalami duka (kematian) atau dalam upacara Pitra Yadnya. Dalam naskah ini terdapat juga cerita tentang dipotongnya ibu jari sang Eka Lawya oleh Danghyang Drona sehingga tidak dapat menandingi kepandaian sang Arjuna dan terbunuhnya Detya anak sang Wipracinti oleh Dewa Wisnu yang berubah wujud seperti Dewa serta bersama-sama minum merta (air penghidupan). Naskah diakhiri dengan uraian Anak Agung dengan Brahmana Sulinggih, untuk menetapkan Surat Panglocita Pusaka yang telah dibentuk atau selesai pada Purnama Kasa (bulan pertama Bali) tahun 1808 Saka (h.7a). Surat Panglocita Pusaka ini semacam tulisan yang berbentuk piagam, berisi awig-awig atau aturan-aturan kemasyarakatan. Informasi penulisan teks tidak ditemukan secara jelas. Menurut data yang termuat pada h.7a, naskah disalin (atau diprakarsai ?) oleh Anak Agung (Prabhu) dan Brahmana Sulinggih (Pendeta) pada tahun 1808 Saka (1886) di Amlapura (Karangasem), Bali."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CL.94-LT 207
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Nuansa Cipta Swara Nusantara,
340 SWANUS
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Sapardal Hardasukarta
Jakarta: Proyek Penerbitan Buku Bacaan [dan] Sastra Indonesia dan Daerah, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,, 1981
899.29 SAP t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara IV
"Buku ini berisi teks gendhing yang diperdengarkan sewaktu KGPAA Mangkunagara IV mengadakan suatu acara perjamuan makan bersama dengan para putranya, sanak keluarga dan wadya sentananya. Disertai dengan (ura-ura) kemudian gamelan sesuai dengan lagu tembangnya, juga dibarengi dengan nyanyian dari pesindhennya."
Kediri: Tan Khoen Swie, 1927
BKL.0800-SS 23
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara IV
"Buku ini membahas mengenai 'sendhon langen swara' karya KGPAA Mangkunagara IV, yaitu lagu-lagu dengan menggunakan gamelan."
Yogyakarta: H. Bunning, 1878
BKL.0528-SS 16
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
Ki Hadjar Dewantara, 1889-1959
"Buku ini berisi ajaran mengenai bagaimana cara untuk belajar menembang Jawa dan juga menabuh karawitan Jawa. Ajaran di dalam buku ini disertai pula nada-nada yang ada di dalam lagu-lagu tersebut (ditulis dengan not angka). Ada lagu-lagu anak, macapat irama slendro (pucung, kinanthi, mijil, dan lain-lain), macapat yang dititi laraskan untuk karawitan (puspawara, srikaton, langengita, sinom parijata, dan lain-lain)."
Weltevreden: J.B. Wolters, [date of publication not identified]
BKL.0521-SS 13
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fajar Wijanarko
"Pada umumnya, perempuan Jawa bercitra baik sehingga kerap dimunculkan sebagai bentuk ajaran dalam sastra. Akan tetapi, dalam teks Swara Sěstra justru dimetaforakan sebagai daun senthe, yaitu alegori perempuan muda yang dimadu dengan perempuan yang lebih tua. Persoalan ini menjadi rumit ketika keadaan tersebut terjadi di lingkungan aristokrat Jawa. Berbekal disiplin filologi dengan metode penyuntingan teks dan penerjemahan, fenomena perempuan dalam teks Swara Sěstra akan diungkapkan. Telaah teks secara semiotik melalui pembacaan heuristik dan hermeneutik kemudian menjadi upaya dalam menafsirkan teks. Pada akhir pembahasan, diketahui bahwa alegori perempuan sebagai senthe merujuk pada citra perempuan Jawa yang tidak baik. Di balik pemaknaan teks tersebut kemudian ditemukan pula bukti bahwa pengalegorian perempuan ini menyeret fakta sejarah tentang maraknya perkawinan endogami di lingkungan bangsawan. Bahkan perilaku tersebut merupakan hal yang subur, terutama di lingkungan dalam tembok istana."
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2018
810 JEN 7:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Titi Mumfangati
"Serat Wulang Pandhita Tekawardi merupakan salah satu karya sastra jawa yang berisi piwulang atau ajaran. Piwulang atau ajaran tersebut pada dasarnya berupa nilai nilai luhur hasil pemikiran nenek moyang pada masa lampau. Kehidupan masa lampau tercermin dalam karya sastra kuna, khususnya Serat Wulang Pandhita Tekawardi. Naskah ini sesuai dengan judulnya berisi piwulang atau ajaran, terdiri dari 2 bagian;bagian pertama adalah ajaran atau piwulang yang diberikan oleh pendeta purwaduksina kepada istrinya; bagian kedua berisi ajaran pendeta tekawardi yang berada di gunung melinggeretna kepada muridnya. permasalahan dalam kajian ini adalah apa saja kandungan nilai budaya dalam serat Wulang Panditha Tekawardi. selain itu akan dilihat relevansinya dalam kehidupan masyarakatsekarang. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengungkapkan nilai - nilai budaya dalam serat Wulang Panditha Tekawardi. pengumpulan data menggunakan metode kepustakaan. selanjutnya data yang telah terkumpul dianalisis secara deskriptif analisis. Hasil kajian menunjukkan bahwa Wulang Panditha Tekawardi berisi nilai- nilai yang masih dapat dimanfaatkan dan diterapkan dalam kehidupan masa sekarang. Nilai -nilai tersebut yaitu nilai religius, nilai kesetiaan, nilai moral, nilai etika, dan nilai didaktis. Oleh karena itu mempelajari, mengungkapkan dan melaksanakan ajaran ajaran yang ada dalam teks tersebut merupakan tindakan yang tepat. hal ini dimaksudkan agar nilai - nilai luhur tersebut tidak lenyap begitu saja bahkan mempu menjadi ciri jati diri bangsa Indonesia pada umumnya, masyarakat Jawa khususnya."
Yogyakarta: Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta, 2017
794 PATRA
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>