Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 1860 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Naskah ini berisi ringkasan atau catatan tentang teks Serat Kancil (Serat Salokadarma) karangan P.A. Sasraningrat, yang termuat pada naskah KBG 332. Catatan meliputi cuplikan awal dan akhir teks, daftar pupuh (43 buah), catatan umum, serta ringkasan alur cerita. Catatan tersebut dibuat oleh RNg. Poerbatjaraka (atau stafnya) di Batavia. Naskah diterima oleh Pigeaud pada bulan Mei 1931. Teks yang diringkas pada naskah ini satu versi dengan buku terbitan Raden Panji Natarata berjudul Kancil Kridha Martana (lihat Pratelan II: 250-255) karena buku ini memang bersumber pada naskah Serat Kancil Salokadarma. Keterangan lebih lanjut tentang korpus Serat Kancil lihat keterangan pada FSUI/CL.57. Teks terdiri dari 43 pupuh, memuat ngelmi kasampurnan yang tersurat lewat ajaran keong kepada kancil dan tanya jawab antara kancil, harimau, dan kuwuk, Secara garis besar isi pokok Serat Kancil Salokadarma adalah sebagai berikut: 1. Kerbau meminta bantuan kepada kuwuk dan kentus karena diancam oleh harimau. Harimau tertipu oleh kentus. Kuwuk meninggal dunia karena terseret harimau. 2. Kentus meninggal dunia meninggalkan istrinya yang sedang mengandung. istri kentus melahirkan kancil. 3. Kancil berlomba dengan keong. 4. Kancil bertobat kepada keong. Keong memberi ajaran kepada kancil (mengambil ajaran Dewaruci). 5. Kancil tertangkap bapak tani. 6. Kancil bertobat kepada Tuhan. Hewan-hewan di hutan mengangkat kancil menjadi raja. 7. Buaya bertengkar dengan banteng. Banteng mengadukan perbuatan jahat buaya ke kancil. Kancil menghukum buaya. 8. Harimau menjadi gisau, dipanggil kancil tidak mau menghadap. 9. Kuwuk ditangkap oleh kancil karena keras kepala. 10. Harimau dipanggil lagi tetapi tetap menolak, akhirnya kancil datang kepada harimau, belajar kepadanya. Harimau memberi wejangan kepada kancil dan ia diangkat menjadi panembahan."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CL.58-L 5.20
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Ada dua hal yang akan disampaikan, pertama akan disampaikan asal-usul perkembangan dan kepopuleran cerita kancil secara ringkas, kemudian kedua akan disampaikan garis besar pemikiran mistik Jawa sebagai ungkapan ringkas yang melatar belakangi isi yang terkandung di dalam teks episode ajaran Keyong kepada Kancil, Serat Kancil Saloka Darma.
Karya tulis ini bertujuan menganalisa episode ajaran Keyong kepada Kancil di dalam Serat Kancil Saloka Darma, dengan merekonstruksikan motif ajaran yang serupa di dalam Serat Cabolek (motif ajaran Bima-sucinya), Serat Wedhatama dan Serat Wirid."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1990
S11683
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Cerita binatang atau fabel yang mengandung ajaran, umum terdapat di mana-mana. Setiap daerah mempunyai seekor binatang yang merupakan tokoh utama. Di daerah Toraja misalnya, tokoh utamanya adalah burung hantu, sedangkan di Jawa dan Sumatra adalah sang Kancil atau pelanduk. Di Jawa cerita kancil sangat populer. Mulanya cerita ini beredar secara lisan kemudian dibukukan pada abad ke-19. Cerita tersebut agak digemari, terbukti dengan adanya beberapa buku yang mengalami cetak ulang sampai dua atau tiga kali. Dalam semua versi cerita kancil berbahasa Jawa, ceritanya dapat dilihat sebagai suatu siklus yang menceritakan seluruh riwayat hidup sang Kancil sejak lahir sampai meninggalnya. Salah satu versi Serat Kancil yang tertua adalah Serat Kancil Amongsastra (selanjutnya disingkat SKA) karangan Kyai Rangga Amongsastra, seorang penulis Kadipaten selama pemerintahan PB V di Surakarta. Serat kancil tersebut dikarang pada tahun 1822. Atas usaha Dr. W. Palmer van den Broek, SKA dicetak pada tahun 1878 dengan judul Serat Kancil anyariyosaken lelampahahanipun kancil, kidang, lan sapanunggilanipun satowana. Buku ini diterbitkan kembali pada tahun 1889 dengan perantaraan D.F van der Pant, sesudah mendapat perbaikan di sana sinomi. SKA telah digubah dalam bentuk prosa oleh Ki Padmasusastra (Ng. Wirapustaka) dengan judul Serat Kancil Tanpa Sekar, Lampah-lampahipun Kabayan Kancil, diterbitkan oleh H.A Benjamin di Semarang pada tahun 1909. Berikut di bawah ini adalah isi pokok cerita Serat Kancil Amongsastra: l. Jenang dodol Nabi Sulaeman. 2. Ikat pinggang Nabi Sulaeman. 3. Gambuhelan Nabi Sulaeman. 4. Kancil tertangkap oleh petani. 5. Kancil menangkap raksasa. 6. Kancil menyeberangi sungai dengan menghitung buaya. 7. Lepas dari mulut buaya. 8. Perlombaan kancil dengan siput. 9. Kancil terjerumus ke dalam sumur. 10. Anak berang-berang mati terpijak oleh kijang. 11. Kera merusak persahabatan harimau dengan kerbau, kerbau ditolong kambing. 12. Kijang menyelamatkan anak-anak burung, kemudian burung-burung membalas budi kijang waktu kijang dikhianati oleh kera. 13. Kijang menyelamatkan diri dari buaya. 14. Kijang menolong anak-anak burung branjangan. 15. Sekali lagi kijang menyelamatkan diri dari buaya. 16. Kijang difitnah kuwuk, tetapi kijang ditolong oleh burung branjangan. Kuwuk mati. Serat Kancil lain yang juga mempakan buku induk adalah Serat Kancil yang diterbitkan oleh G.C.T van Dorp di Semarang pada tahun 1871, berjudul Serat Kancil, awit kancil kalahiraken ngantos dumugi pejahipun wonten ing nagari Mesir, mawi kasekaraken. Buku ini mengalami cetak ulang sebanyak dua kali yaitu pada tahun 1875 dan 1879. Pengarang teks versi ini tidak diketahui. Tentang masa penulisannya, Brandes berpendapat bahwa Van Dorp menerbitkan versi teks lama. Angka tahun 1871 yang termuat pada pupuh pertama edisi ini menunjukkan masa naskah pertama kali naik ke percetakan. Pada tahun 1881 F.L. Winter menyalin teks ini ke dalam bahasa Melayu, berbentuk prosa, dengan judul Lotgevallen van den kantjil in het Maleisch. Setahun berikutnya yaitu pada tahun 1882, ia menyalin dan menerbitkan teks yang sama dalam bahasa Jawa berbentuk prosa dengan judul Lotgevallen van den kantjil, geillustreed met 12 platen uit den poezie in proza overgebracht en voor de jeugd omgewerkt atau Serat dongeng anyariosaken lelampahanipun kancil kajarwekaken dening Tuwan F.L. Winter ing Surakarta, kangge waosan para lare, mawi rinengga ing gambuhbar 12 idji. Kedua buku tersebut diterbitkan oleh Penerbit Gebr. Gimberg di Surabaya. Berikut di bawah ini adalah isi pokok cerita Serat Kancil van Dorp: 1. Kancil ditangkap petani. 2. Perlombaan kancil dengan siput. 3. Kancil terjerumus ke dalam sumur. 4. Kancil menyeberangi sungai dengan berkendaraan seekor buaya. 5. Kancil mendamaikan kera dengan harimau, tetapi berakhir dengan perselisihan antara keduanya. 6. Kancil membunuh 11 ekor anak babi hutan. 7. Jenang dodol Nabi Sulaeman. 8. Ikat pinggang Nabi Sulaeman. 9. Terompet Nabi Sulaeman. 10. Mengadili perselisihan harimau dengan kambing. 11. Mengadili perselisihan burung dares dengan burung beluk. 12. Kancil menyuruh kerbau menghitung buah beringin. 13. Mengikat ular. 14. Kancil menangkap raksasa. 15. Kancil minta 70 buah durmai kepada landak. 16. Kancil menyeberangi sungai dengan menghitung buaya. 17. Menaklukkan semua binatang. 18. Kancil pergi ke Mesir dan pengalaman-pengalaman kancil di Mesir. Serat Kancil Salokadarma merupakan buku induk lain. Buku ini dikarang oleh R.A. Sasraningrat, putra Pakualam di Yogyakarta, berangka tahun 1891. Serat Kancil ini banyak memuat penjabaran ngelmi kasampurnan. R.P. Natarata menggunakan buku tersebut sebagai sumber untuk menggubah Serat Kancil Kridamartana (Yogyakarta: H. Buning, 1909). Berikut ini adalah isi pokok cerita Serat Kancil Salokadarma: 1. Kerbau minta nasehat kuwuk, kemudian kepada kentus karena ancaman harimau. Harimau tertipu oleh kentus. Kuwuk meninggal karena terseret oleh harimau. 2. Kentus meninggal. Istrinya, si kambing melahirkan anak seekor kancil. Kancil dipelihara kerbau sebagai balasan jasa ayahnya. 3. Kancil berlomba dengan siput. 4. Kancil tertangkap petani. 5. Kancil bertobat kepada Tuhan dan diangkat menjadi raja di Gebangtinatar, sebagai wakil Nabi Sulaeman. 6. Buaya yang tak tahu berterima kasih mendapat hukumannya. 7. Harimau menjadi gisau. Dipanggil oleh kancil tidak mau menghadap. 8. Kuwuk juga menyatakan diri menjadi guru, ditangkap oleh sang Kancil dan diasingkan. 9. Harimau dipanggil untuk ketiga kalinya, tetap menolak. Kancil datang kepada harimau dan belajar kepadanya. Harimau diangkat menjadi jurumertani Sang Kancil. Sumber-sumber lain yang menguraikan tentang Serat Kancil cukup banyak. Di antaranya adalah Vreede 1892: 313-314, Brandes 1903, Pratelan I: 137-147, II: 250-255, Juynboll 1911: 104, Asdi Saridal Dipodjojo 1962, Behrend 1990: 327-332. Setelah melihat naskah-naskah Serat Kancil koleksi Ruang Naskah FSUI (FSUI/CL.57-62) ternyata masing-masing teks merupakan versi tersendiri. Keterangan lebih lanjut lihat masing-masing deskripsi naskah. Adapun CL.57 ini diberi judul Dongeng Sato Kewan oleh Pigeaud. Namun demikian, teks ini tidak ada kaitan sama sekali dengan karangan C.F. Winter dengan judul yang sama (berulang kali terbit sejak 1854, lihat Pratelan I: 40-41), melainkan, penyunting cenderung menganggap teks ini sebagai seversi dengan Cerita Kancil karena hanya cerita binatang dengan kancil sebagai tokoh utamanya yang dimuat di dalamnya. Cerita siklus Kancil dimulai dari kelahiran kancil sampai menjadi raja di negara Rum. Naskah ini memuat banyak ajaran di antaranya adalah ajaran keong kepada kancil tentang agama Islam, ajaran Seh Imam Sapingi, Nabi Muhammad dan lain-lain. Secara garis besar isi pokok Serat Kancil ini adalah sebagai berikut: 1. Kancil lahir dari seorang putri pendeta bernama Dewi Sungkawa. 2. Kancil ditangkap bapak tani. 3. Perlombaan kancil dengan keong. 4. Kancil tercebur ke dalatn sumur, kemudian menipu gajah sehingga berhasil keluar dari sumur. 5. Kancil bertemu dengan kijang. 6. Kancil bertemu buaya. 7, Kancil menolong kera dari ancaman harimau, kemudian mendamaikan keduanya. 8. Kancil membunuh 11 ekor anak babi hutan. 9. Kancil mengelabui harimau dengan menyuguhi jenang yang sebenarnya adalah tlethong (tahi kerbau/sapi). 10. Harimau kembali dikelabui oleh kancil untuk mengenakan ikat pinggang dari Tuhan yang sebenarnya adalah ular. Ular dan harimau bertarung. 11. Harimau ditipu dengan terompet dari Tuhan. 12. Kancil bertemu kembali dengan keong dan mengadakan perlombaan. Kancil kalah, akhirnya diberi wejangan tentang kehidupan di dalam guwa garba, agama Islam, ajaran S'eh Imam Supingi, ajaran Nabi Muhammad dan lain-lain. 13. Kancil bertemu dengan babi hutan, harimau dan gajah Keempatnya pergi mencari ikan. 14. Kancil membunuh raksasa. 15. Kancil bertempur dengan buaya. 16. Kancil pergi ke Mesir dan bertemu dengan Putri Mesir. 17. Kancil berubah wujud menjadi seorang pria tampan, menikah dengan putri Mesir setelah mengalahkan Adipati Basunanda. 18. Kancil yang telah berubah menjadi pria tampan bertahta di Mesir. Cerita Kancil versi ini lebih dekat pada cerita kancil versi Van Dorp walaupun ada perbedaannya. Sebagian besar pokok ceritanya sama: Perbedaan hanya terletak pada akhir episode yaitu ketika kancil berada di Mesir. Teks Van Dorp berakhir dengan kematian Kancil di tangan Adipati Basunanda, sedangkan naskah ini diakhiri dengan kemenangan Kancil atas Basunanda. Teks ini terdiri dari 76 pupuh, banyak di antaranya pendek-pendek, atau bahkan terdiri atas satu bait saja. Mandrasastra sudah membuat ringkasan dari naskah ini pada bulan November 1933. Ringkasan sebanyak 16 halaman tersebut dimikrofilm bersama-sama naskah ini. Daftar pupuh: (1) dhandhanggula; (2) gambuh; (3) sinom; (4) kinanthi; (5) dhandhanggula; (6) pucung; (7) duduk; (8) sinom; (9) durma; (10) asmarandana; (11) pangkur; (12) pucung; (13) asmarandana; (14) durma; (15) dhandhanggula; (16) duduk; (17) sinom; (18) durma; (19) gambuh; (21) asmarandana; (22) pangkur; (23) dhandhanggula; (24) pucung; (25) dhandhanggula; (26) sinom; (27) pucung; (28) asmarandana; (29) dhandhanggula; (30) sinom; (31) pangkur; (32) asmarandana; (33) dhandhanggula; (34) sinom; (35) dhandhanggula; (36) sinom; (37) durma; (38) pangkur; (39) durma; (40) asmarandana; (41) asmarandana; (42) kinanthi; (43) asmarandana; (44) dhandhanggula; (45) sinom; (46) durma; (47) dhandhanggula; (48) kinanthi; (49) dhandhanggula; (50) asmarandana; (51) pangkur; (52) kinanthi; (53) mijil; (54) dhandhanggula; (55) kinanthi; (56) mijil; (57) kinanthi; (58) sinom; (59) mijil; (60) dhandhanggula; (61) kinanthi; (62) mijil; (63) kinanthi; (64) maskumambang; (65) dhandhanggula; (66) sinom; (67) pangkur; (68) durma; (69) dhandhanggula; (70) mijil; (71) dhandhanggula; (72) sinom; (73) durma; (74) dhandhanggula; (75) maskumambang; (76) pangkur. Naskah sama sekali tidak memuat nama pengarang teks atau penyalin naskah. Pupuh pertama hanya menyebutkan peringatan kelahiran K.B.R.A. Pati pada Sabtu Wage\ 25 Sapar, Wawu 1779, tetapi penanggalan tersebut penuh dengan ketidakcocokan atau kekeliruan (mulai dari nama warsa, hingga kecocokan hari-pasaran-tanggal, dst), sehingga meragukan untuk pegangan masa penyalinan. Pada awal tahun 1930an naskah ini dimiliki Kanjeng Bendara Jayengharjana (Harjawigena) seperti tertulis pada keterangan di h.i. Ia membeli naskah ini dari R.T. Patih Jayeng Irawan dari Istana Pakualaman Yogyakarta, pada tangal 17 Maret 1932 seharga /5,00 (h.ii). Pada h.ii-iii, h.l terdapat cap bertuliskan nama R.M.T Djajeng Irawan, Pakualaman Jogjakarta. Naskah kemudian dibeli oleh Pigeaud di Yogyakarta pada tangal 24 Mei 1933."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CL.57-NR 246
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Sasrita Kanya Pramasvati
"Serat Darma Sejati disingkat SDS adalah naskah Jawa koleksi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dengan kode koleksi KBG 104. Naskah SDS dikategorikan sebagai naskah piwulang dan disajikan dalam bentuk tembang macapat. Penelitian ini menyajikan teks SDS dengan edisi standar. Naskah SDS berisi ajaran-ajaran moral yang masih memiliki relevansi dengan kehidupan manusia pada saat ini, khususnya pada kehidupan sehari-hari. Ajaran moral yang terkandung di dalam teks SDS antara lain, manusia harus dapat menahan nafsu keduniawian, manusia harus selalu bersyukur, kewajiban seorang istri, pentingnya berbakti kepada orang tua, membantu orang yang berada dalam kesulitan, dan bagaimanakah seorang raja pemimpin yang baik.

Serat Darma Sejati ISDS is Republic of Indonesia National Library rsquo s Javanese manuscript collection which registered with KBG 104 as the number of collection code. It rsquo s classified into a piwulang type and written in macapat poetic meter. This article provides the SDS text in standard edition which has been proceed with editing steps. SDS text contains many of moral lessons which is relate with humans daily life, and warns human how important to fulfill the spiritual necessity, such as human has to hold back their secular desire, human must always be grateful, duties of a wife, etc.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S68763
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah yang memuat Serat Saloka Paribasan ini berisi penjelasan tentang saloka dan paribasan. Penjelasan tersebut mencakup definisi, perbedaan, dan menguraikan makna setiap saloka-paribasan yang dimuatnya. Isi teks disusun berdasarkan urutan aksara jawa. Uraian tersebut disajikan dalam suatu dialog antara ?Tuan Anu?yang bertindak sebagai penanya dan R.Ng.Kawitana yang bertindak sebagai penjawab. Selain saloka-paribasan, naskah ini juga menguraikan berbagai macam keterangan. Secara lengkap isi teks adalah sebagai berikut: 1. Salokabasa sebanyak 451 buah, dimuat di h.4-194, berurutan dari ha-nga. 2.Paribasan sebanyak 436 buah, dimuat di h. 194-374, berurutan dari ha-nga. 3. Salokabasa sebanyak 568 buah, dimuat di h.375-671, berurutan dari ha-nga. 4. Lambang Nagari sebanyak 18 buah, dimuat di h.672-696. 5. Jaman Nagari, sebanyak 4 buah, dimuat di h.697-717. 6. Candranipun Mangsa, sebanyak 12 buah, di muat di h.702-709. 7. Upacaranipun Abdidalem, dimuat di h.709-717. 8. Dhapur Cirining Gendera, dimuat di h.717-719. 9. Wangsalan Namining Sekar, sebanyak 65 buah, dimuat di h.702-709. 10. Wangsalan Wawohan, sebanyak 97 buah dimuat di h.734-751. 11. Wangsalan Ulam Toya,. Sebanyak 101 buah dimuat di h.751-770. Teks naskah ini merupakan salinan dari buku cetak berjudul Saloka tuwin Paribasan, terbitan 1886 di batavia. Buku cetak tersebut masih merupakan saduran dari karya asli C.F. Winter berjudul Javaansche Zamenspraken II (Amsterdam: Keyzer, 1858).(Bandingkan cetakan ulang karangan Winter ini pada tahun 1928 oleh Balai Pustaka.) naskah disalin oleh Mangunsuwirya seperti disebut pada h.i dan h.672. Mangunsuwirya menyalin dari ?kagunganipun? M.Ng. Suraprabawa (h.i), di desa timuran, mungkin di Surakarta (?). Nasklah mulai disalin pada Rabu Wage, 21 Mulud, Wawu 1817 (7 Desember 1887) dan selesai pada Sabtu Pon, 6 Jumadilakir, Wawu 1817 (18 Februari 1888). Berdasarkan informasi ini, diperkirakan bahwa Mangunsuwirya menyalin dari sebuah eksemplar buku Saloka tuwin Paribasan edisi 1886, milik Suprabawa. Pada h.ii terdapat gambar berupa untaian bunga dengan mahkota di bagian atas dan panah-busur di bagian bawah. Di bagian untaian bunga tersebut inisial huruf diapit oleh judul naskah diatasnya dan angka tahun di bawahnya. Gambar ini merupakan ilustyrasi dari judul naskah. Tentang peribahasa jawa, bandingkan dengan Arjasoetirta, 1928; Dirdjosiswojo, 1956; Prawiradikarjo t.t.; Mardiwarsito 1981; dan Soemarno dkk, 1981."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
BA.154-NR 531
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini berisi catatan tentang teks Serat Darmaraja yang termuat pada naskah KBG 466. Catatan meliputi cuplikan awal dan akhir teks, daftar pupuh (sebanyak 8 pupuh), catatan umum, serta ringkasan alur cerita pupuh per pupuh. Catatan dibuat oleh R.Ng. Poerbatjaraka (atau stafnya) di Batavia. Naskah diterima oleh Pigeaud pada bulan Desember 1931. Lihat dokumen PNRI/R-022 untuk eksemplar lain dari naskah ketikan ini."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CL.29-L 6.25
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini berisi catatan tentang teks Serat Suryaraja yang termuat pada naskah KBG 164. Catatan meliputi cuplikan awal dan akhir teks, daftar pupuh (151 buah), catatan umum, dan ringkasan alur cerita pupuh per pupuh. Catatan tersebut dibuat oleh R.Ng. Poerbatjaraka (atau stafhya) di Batavia. Naskah diterima oleh Pigeaud pada bulan Maret 1931. Naskah ini persis sama (tembusan karbon) dengan dokumen PNRI/R-104. Lihat deskripsi naskah FSUI/SJ.12 untuk keterangan dan referensi selanjutnya tentang teks Suryaraja."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CL.93-L 5.09
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini berisi catatan tentang teks Serat Panji Jayakusuma yang termuat pada naskah KBG 46. Catatan meliputi cuplikan awal dan akhir teks, daftar pupuh, catatan umum, serta ringkasan alur cerita pupuh per pupuh. Catatan dibuat oleh R.Ng. Poerbatjaraka (atau stafnya) di Batavia. Naskah diterima oleh Pigeaud pada bulan Maret 1931. Walaupun oleh Pigeaud dan Poerbatjaraka dikatakan bahwa cerita Panji ini berasal dari Jawa Timur, mengingat naskah babon dari Cirebon, maka lebih besar kemungkinan teks ini merupakan versi Cirebonan."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CP.35-L 5.02
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Catatan mengenai salah satu teks Serat Rama Pasisiran Kulon, yang termuat pada naskah KBG 713. Pigeaud sendiri menamakan teks ini Rama (Padhalangan), terutama karena kaitannya dengan adegan gugurnya Indrajit dalam tradisi wayang purwa. Naskah terdiri atas cuplikan awal dan akhir teks dan setiap awal pupuh (sebanyak 70 buah). Catatan ini dibuat oleh Mandrasastra pada tahun 1931. Lebih lanjut tentang naskah ini lihat Pigeaud dan Moens 1931: 344; bandingkan Pigeaud 1926. Teks asli banyak diralat dan diubah dalam naskah ini."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CP.64-L 8.54
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah merupakan hasil alih aksara dari naskah FSUI/CL.59 yang kini telah hilang dari koleksi FSUI. Isi cerita kancil dalam naskah ini agak berbeda dengan kisah kancil di serat-serat lain. Perbedaan terletak pada tokoh kancil yang dalam naskah ini digambarkan sebagai seorang pemuda dengan ilmu pengetahuan yang luas. Dari gambaran tersebut tidak tertangkap kesan bahwa kancil adalah tokoh binatang. Teks banyak memuat dan menguraikan ajaran moral, ketatanegaraan, kritikan kepada para santri, ajaran kebatinan, dan lain-lain yang disampaikan melalui wejangan keong kepada kancil, kemudian kancil kepada buaya, kancil kepada harimau dan kuwuk, dan lain-lain. Kancil merupakan putra Raden Pathangkus dari Ampeldenta dan seorang dewi dari negara Wiradi. Pada usia 16 tahun Kancil telah menguasai berbagai ilmu di antaranya adlah ilmu kebatinan, ilmu falak, Al-Qur'an, sastra dan bahasa Arab maupun Jawa, Kawi Buda, Kawi Keling, undang-undang dan hukum Jawa-Belanda, dan lain-lain. Keterangan penulisan teks ini tidak ada, tetapi melihat gejala bahasa dan terutama sasmitaning tembang yang diletakkan pada awal pupuh baru, maka diperkirakan bahwa teks ini berasal dari lingkaran kesusasteraan Pakualaman, Yogyakarta. Isi teks ini dekat kepada Serat Kancil Salokadarma karena sama-sama memuat ajaran moral, Islam, kebatinan, dan lain-lain, yang disampaikan melalui wejangan. Bandingkan deskripsi naskah FSUI/CL.58 untuk keterangan selanjutnya tentang Kancil Salokadarma, dan CL.57 untuk keterangan korpus Serat Kancil secara umum. Naskah dialih aksara oleh staf Pigeaud pada bulan Desember 1938 sebanyak 4 buah. Dua dari salinan ketikan itu masih tersimpan di FSUI, yaitu CL.60 dan CL.60a, sedangkan satu lagi adalah PNRI/G 154. Salinan MSB tidak ada."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CL.60-G 154a
Naskah  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>