Ditemukan 6399 dokumen yang sesuai dengan query
W.J.S. [Wilfridus Josephus Sabarija] Poerwadarminta
"Buku serat mardi kawi jilid II berisi bacaan (teks) berbahasa Jawa Kuno (kawi) berupa petikan dari kitab-kitab Adiparwa, serat Ramayana terbitan Kern, kitab Bharatayudda terbitan Dr. J. G. H. Gunning. Serat Mahabarata terbitan Dr. H. H. Juijnboll, tantu panggelaran terbitan Dr. Th. Pigeaud. Serat Nagara Kretagama terbitan Dr. H. Kern. Tiap petikan cerita/teks tersebut diberi uraian/keterangan."
Solo: De Bliksem, 1931
BKL.0121-BA 3
Buku Klasik Universitas Indonesia Library
W.J.S. [Wilfridus Josephus Sabarija] Poerwadarminta
"Buku serat mardi kawi jilid III berisi (1) urut-urutan aksara Jawa yang digunakan dalam teks bahasa Jawa Kuno; (2) daftar kata-kata Jawa Kuno dengan artinya dalam bahasa Jawa (baru)."
Solo: De Bliksem, 1932
BKL.0122-BA 4
Buku Klasik Universitas Indonesia Library
W.J.S. [Wilfridus Josephus Sabarija] Poerwadarminta
"Buku serat mardi kawi jilid I terdiri atas 29 bagian, yaitu: (1) aksara sebagai alat (peraboting) sastra; (2) sandhi (panggarba); (3) malihing swara (perubahan bunyi); (4) pangrimbanging tembung; (5) ater-ater (aksara Jawa: A dan ma); (6) ater-ater (aksara Jawa: Ang dan mang); (7) seselan (sisipan) ma, um; (8) tanggap: na (seselan na dan in); (9) tanggap ka (ater-ater ka); (10) ater-ater (aksara Jawa: paha); (11) ater-ater (aksara Jawa: pi); (12) ater-ater (paka, maka); (13) ater-ater (sisih); (14) panambang (aksara Jawa: A dan En); (15) I, An (panambang); (16) panambang: aken; (17) haknya (paken); (18) tembung sesulih; (19) tembung pandarbe; (20) susulih panuduh; (21) tembung susulih pitaken; (22) susulih sadhengah; (23) susulih anggandheng; (24) tembung panyilah (kangge nyethakaken); (25) tegesipun ...n/utawi An yen; (26) tembung wicalan; (27) bab andhahaning tembung; (28) tembung pangiket; (29) bab pangrakiting ukara."
Solo: De Bliksem, 1930
BKL.0120-BA 2
Buku Klasik Universitas Indonesia Library
"Isi teks ini merupakan lanjutan dari teks serat lakat 1. Cerita diawali dengan tewasnya Amir Hamzah ketika melawan Raja Lakat dan Raja Jenggi oleh karena timbunan atau lemparan batu. Raja Lakat dan Raja Jenggi menyaksikah jenazah Amir Hamzah, kemudian membelah dada Amir Hamzah. Diakhiri dengan cerita tentang Dewi Kuraisin putri Amir Hamzah yang bersiap-siap menyerang Raja Jenggi untuk membalas dendam atas kematian ayahnya. Daftar pupuh sebagai berikut: 1. -; 2. Dhandhanggula; 3. Durma; 4. Asmarandana; 5. Sinom; 6. Durma."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CI.23
Naskah Universitas Indonesia Library
Arya Suganda
"Buku Serat Nitimani jilid II berisi pengetahuan mengenai ?Bakaling Dumadi? (terjadinya kehidupan) dan ?Sampurna? (kesempurnaan hidup)."
Surakarta: Administratir Jawi Kandha-N.V. Albert Rusche, 1919
BKL.1097-PW 173
Buku Klasik Universitas Indonesia Library
Raden Ngabehi Jasadipura I
"Buku ini bercerita mulai dari kelahiran Dasamuka dan juga kelahiran Rama dan saudara yang lainnya. Rama mengikuti sayembara untuk mendapatkan Dewi Sinta. Rama naik tahta tapi kemudian diusir ayahnya karena Dewi Kekayi menagih janji anaknya yang akan menjadi raja. Sinta diculik oleh Rahwana. Anoman menjadi senapati dari Rama. Cerita berakhir pada mengamuknya Indrajid sambil melepaskan senjata Nagapasa. Semua terkena hanya Wibisana yang dapat bertahan tidak goyah dalam serangan tersebut."
Weltevreden: Bale Pustaka, 1925
BKL.0173-CW 2
Buku Klasik Universitas Indonesia Library
M. Sastra Utama
"Serat Yudayana Jilid II ini diawali dengan cerita mengenai Prabu Gendrayana setelah diangkat menjadi raja di Ngastina menggantikan ayahnya Sang Raja Yudayana. Bagian akhir cerita mengisahkan kakek Prabu Gendrayana yaitu Prabu Gandra Prawa datang berkunjung. Kedatangannya ke istana karena hatinya merasa khawatir akan terjadi bahaya. Tidak lama kemudian, timbul huru-hara, karena seekor gajah mengamuk, merusak semua yang dijumpainya di kerajaan Ngastina. Sang Gendrayana turun, ia berusaha menangkap gajah tersebut. Gendrayana diserang oleh gajah, badannya dilempar oleh belalai gajah. Sudarsana datang membantu, belalai gajah dipegang kuat, kepalanya dipukul pecah, Sudarsana jatuh ke tanah. Resi Siddhikara datang bersama Prabu Gandra Prawa ke alun-alun, tampak Gendrayana dan Sudarsana terbaring tewas. Sang Resi Siddhikara memercikkan tirta Kamandanu ke tubuh Gendrayana dan Sudarsana. Keduanya bangun kembali, dan seterusnya."
Surakarta: N. V. Sie Dhian Ho, 1912
BKL.0382-CP 11
Buku Klasik Universitas Indonesia Library
Raden Ngabehi Harja Saputra
"Buku ini menjelaskan pengetahuan tentang kesempurnaan yang harus dijalani dan juga tataran dalam hal bersemadi yang berpedoman pada buku para nabi, wali, dan buku-buku teosofi, yang diuraikan dengan bentuk tanya jawab antara santri (cantrik) Jawa dengan anaknya yang bernama Sudarsana. Buku ini berlanjut pada; Wawarah Samadi."
Kediri: Tan Khoen Swie, 1927
BKL.0559-IS 53
Buku Klasik Universitas Indonesia Library
Johari Sasra Atmaja
"Buku ini lanjutan dari jilid I yang masih menceritakan tentang Adipati Yudanagara dan peristiwa yang terjadi di negara Ngeksibaya."
Ngayogyakarta: Mardi Mulya, 1924
BKL.0689-PW 119
Buku Klasik Universitas Indonesia Library
Raden Ngabehi Pujaharja
"Buku ini berisi sambungan dari serat Sarawungan. Menceritakan perjalanan Gus Banthong yang berkelana hingga akhirnya menjadi seorang yang santun (budiman)."
Solo: Boekhandel M. Tanojo, 1926
BKL.0719-CS 12
Buku Klasik Universitas Indonesia Library