Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4256 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Prawirasudirja
"Buku ini berisi mengenai hal yang terkait dengan Pegunungan Dieng yang diawali di halaman pertama ada peta wilayah kota Wanasaba. Dieng ada di daerah karisidenan Kedu. Buku ini semacam petunjuk nama-nama tempat di daerah Dieng dan sekitarnya. Disebutkan nama-nama telaga, yaitu telaga cebong, telaga warna dan cermin, telaga manjer, telaga bale kambang, merdada, nama pesanggrahan, nama kawah seperti kawah kidang, candradimuka, bantheng dan leri. Ada juga candi seperti candi klentheng, ada guwa semar, guwa jimat, dan sumur jalatundha. Juga disebutkan mengenai kendaraan yang dapat dipergunakan sebagai sarana angkutan."
Semarang: H.A. Benyamin, 1912
BKL.0108-CH 3
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
Rd. Mas Arya Suryasuparta
"Buku ini terdiri atas 7 bab, yaitu: Bab ke-1 berisi perjalanan tokoh utama ke Jakarta (Batawi) naik kapal api ke Semarang; Bab ke-2 berisi perjalanan dilanjutkan ke Sumatra melalui Selat Sunda, dan singgah di Padang; Bab ke-3 berangkat dari Pelabuhan Teluk Bayar menuju negara Belanda. Dalam perjalanan kapal terombang-ambing, sehingga tokoh mabuk laut. Di teluk Aden sampai di pelabuhan Perim; Bab ke-4 berkunjung ke Laut Merah, sampai dan masuk ke terusan Suez; Bab ke-5 berkunjung (naik ke darat) ke Port Said di laut tengah; Bab ke-6 perjalanan menuju Marseille; Bab ke-7 singgah dan menginap di kota Marseille, Prancis."
Weltevreden: Filiaal Albrecht, 1916
BKL.0946-LL 127
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmah Setiawati
"Skripsi ini menyajikan deskripsi dan suntingan teks Cariyos Para Empu ing Tanah Jawi. Teks ini merupakan salah satu teks yang ada dalam naskah koleksi FSUI dengan kode KR 3 dan berjudul Sajarah Para Empu kaliyan Dhapuring Dhuwung. Teks ini ditulis menggunakan bahasa Jawa, aksara Jawa, dan berbentuk sekar macapat. Teks ini bercerita tentang sejarah para empu yang membuat keris dan senjata lainnya di Jawa. Metode penelitian filologi yang digunakan adalah metode intuitif. Suntingan teks dilakukan dengan menerapkan edisi standar dengan melakukan perbaikan teks. Selain suntingan teks, penelitian ini juga menyajikan pedoman alihaksara, ringkasan cerita, serta pohon silsilah para empu di Tanah Jawa berdasarkan teks tersebut.

This undergraduate bachelor thesis presents descriptions and editing text of the text of Cariyos Para Empu ing Tanah Jawi. This text is one of the texts that is contained in the manuscript collection, owned by FSUI with code KR 3 and entitled Sajarah Para Empu kaliyan Dhapuring Dhuwung. This text was written by using the language and alphabet of Javanese and was shaped in sekar macapat genre. This text tells the history of the masters who made keris and other weapons in Java. Philology research method that used in research is intuitive method. This editing text is conducted by applying the standard edition method critical method by doing text refinement. Beside editing text, this research also presents guidelines translation, summary of the story, and genealogy of the masters of keris in Java based on the story.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini berisi dua teks, yaitu: Cariyosipun Pareden Gamping (h.1-15) dan Cariyosipun Hastana Talakbrantan (h. 16-23). Cariyosipun Pareden Gamping menceriterakan Gunung Gamping di desa Bodheh, kalurahan Sakakawah, di Yogyakarta. Gunung Gamping menjadi mata pencaharian penduduk di sekelilingnya, sebagai tulang punggung perekonomian mereka. Selain itu disebutkan pula cara-cara mengadakan selamatan Gunung Gamping. Cariyosipun Hastana Talakbrantan menceriterakan kuburan Hastana Talakbrantan di desa Sudimara, distrik Jengis, kabupaten Bantul, Yogyakarta. Asal-usul kuburan ini bermula dari ceritera Talakbranta (Dewi Suita), putri Prabu Brawijaya V dari permaisuri yang bernama Rara Raditya. Dewi Suita dalam hidupnya melakukan pengembaraan (tetruka). Dalam pengembaraannya Dewi Suita mengalami berbagai cobaan, sehingga ia melakukan tapa (semedi). Dalam pertapaannya Dewi Suita mendapat wangsit dari dewa, bahwa Dewi Suita akan mendapat kebahagiaan hidup di tempat mereka bertapa yang bernama Sudimara. Ketika meninggal, Dewi Suita juga disemayamkan di desa Sudimara, bekas tempat pertapaannya. Ciri khas dari kuburan Hastana Talakbrantan ditandai dengan pohon gurda, tetapi pohon gurda tersebut sudah tidak ada karena patah pada waktu ada angin besar. Pada h.l disebutkan, bahwa naskah ini merupakan gubahan dari R.M. Jayengwiharja, yang dikumpulkan dari ceritera-ceritera rakyat. Karya-karya R.M. . Jayengwiharja ini telah dikenal di antaranya adalah Pejah Kawandasa Dinten (Batavia Centrum: Bale Poestaka, 1933). FSUI/CL.103 merupakan naskah lain dari Jayengwiharja. Tidak terdapat keterangan tentang penulisan teks ini, maupun penyalinan naskah, tetapi diperkirakan tahun 1930an. Naskah diperoleh Pigeaud pada tanggal 7 Juni 1941."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CL.100-W 65.01
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini berisi teks yang bercerita tentang seseorang yang melahirkan bayi di dalam kubur. Bayi ini kemudian dirawat dan dipelihara oleh seorang demang Gebayan. Setelah besar bayi perempuan ini dijadikan selir oleh PB V dan menurunkan anak pangeran Arya Panular. Cerita di atas berlatar desa Karang Turi kawedanan Tegalreja, Magelang. Berdasarkan data teks sangat sukar untuk menentukan siapa penulis, tetapi teks ini jelas berbeda dengan karangan F.L. Winter dengan judul yang mirip, ialah Cariyos Aneh Tuwin Elok, ingkang anggumujengaken (Surakarta: Rusche, 1879; lihat Pratelan I: 437-438). Keterangan tentang penyalinan naskah juga tidak ditemukan."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CL.20-B 1.05
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini berisi teks ringkasan tiap pupuh dari naskah induk yang belum diketahui keberadaannya. Ringkasan disertai dengan daftar pupuh dengan format: nomor pupuh, cuplikan gatra, nama pupuh, jumlah pada. Menurut keterangan pada h. 1, naskah ini diterima Pigeaud (?) pada Desember 1931."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
SJ.191-L 6.17
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Cerita lakon wayang dengan judul Kumalasekti ditulis dalam beberapa buku. Dalam buku ini cariyos Kumalasekti berisi kisah Angkawijaya difitnah para kurawa di Astina."
Surakarta: Albert Rusche, 1912
BKL.1082-WY 56
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Ainna Auliawati
"ABSTRAK
Skripsi ini merupakan penelitian terhadap naskah Cariyosipun Pareden Gamping yang menjadi koleksi Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia dengan kode naskah CL100 W65.01. Penelitian pada naskah tersebut bertujuan untuk menghasilkan suntingan teks yang sesuai dengan ejaan yang berlaku sehingga dapat dipahami oleh pembaca dan peneliti lain. Metode penelitian Filologi yang diterapkan pada naskah tersebut adalah Metode Naskah Tunggal dan disunting menggunakan edisi standar. Naskah ini berbentuk prosa, yang menceritakan tentang asal mula upacara Bekakak yang dilaksanakan oleh penduduk di sekitar gunung Gamping.

ABSTRACT
This research focuses on Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia manuscript collection with a title Cariyosipun Pareden Gamping, manuscript collection number CL100 W65.01. The aim of this research is transliterating of Javanese letters manuscripts in to Latin letters in order to be understood by public in general. The critical method of philology study that was applied on the manuscript is standard edition. This manuscript is prose, tells about the origin of Upacara Bekakak that held by resident of mount Gamping."
2016
S63272
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah dluwang ini dibeli oleh Pigeaud pada bulan Nopember 1935 dari Cirebon. Berisi saduran ceritera Betal Jemur, disusun dalam tembang macapat sebanyak 18 pupuh. Melihat beberapa nama tokoh lain yang terdapat dalam teks, terutama dari pupuh-pupuh terakhir, teks ini berkesan masih berhubungan dengan siklus ceritera Menak. Bandingkan Poerbatjaraka 1940: 75-76, tentang naskah Lontar Engelenberg no. 42 (lontar 82 E 42) di Perpustakaan Nasional RI, yang juga bertokohkan Betal Jemur ini. Teks ini diringkas oleh Mandrasastra pada bulan April 1936. Berikut adalah ringkasan alur ceritera tersebut. Tambi Jumiril mendapatkan wangsit, kemudian naik haji ke Mekah; ke pulau Kadam menghadap seorang pendeta bernama Kanjumukin, ia mohon penjelasan mengenai mimpi pada waktu naik kapal. Menerangkan leluhur pembesar Arab bernama Abdullah Manap, kemudian Abdullah Manap menurunkan dhampit: (1) bongkok dan berperilaku jelek bernama Umiyar mengadakan Abujahal; (2) mengelik (meliuk ke belakang) bernama Ibnu Asim. Ibnu Asim menurunkan seorang putri bernama Simah Miya dan dua orang putra bernama Ibasib dan Abdul Mutalib; Abdul Mutalib ini menggantikan menjadi pemimpin di Mekah bergelar Adipati. Tambi Jumiril kawin dengan Simah Miya. Setelah itu menceritakan Mayadin; yang menjadi raja Prabu Kobat Syah turun-tumurun sampai Prabu Rurustam. Patih Mayadin bernama Bakti Jamal. Sang Patih bersedih karena melihat kitab Kadam Makna memberikan penjelasan, bahwa matinya Bakti Jamal kurang 40 hari kemudian memberi petunjuk supaya Bakti Jamal melaksanakan 'ngluwat' (kluwat=liang kubur). Menjelang hari ke-40 patih Iklas-Ajir menengok Ki Bakti Jamal kemudian mengajak menghibur diri, pada akhirnya Bakti Jamal dibunuh Ki Patih yang ingin memiliki harta karun yang pada waktu itu ditemukan oleh Bakti Jamal. Ki Patih membuat rumah dan taman di tempat harta karun tersebut ditemukan. Selanjutnya menghias taman dan bangunan. Patih Iklas Ajir menemui Nyai Bakti Jamal memberikan uang dan bercinta supaya sewaktu-waktu nantinya melahirkan seorang putra diberi nama Betal Jemur karena menurut pesan Bakti Jamal. Betal Jemur kemudian lahir, setelah umur 7 tahun disekolahkan (pesantren) kepada Pendeta Lukman Hakim hingga mengerti tentang Kadam Makna. Betal Jemur menebak kambing yang dibunuh oleh tukang kebon Patih Aklas Ajir, menyebabkan sedih ki Patih, pada akhirnya tumbuh kekhawatiran dan berkata kepada 'tukang tuwek' supaya membunuh Betal Jemur. Betal Jemur disertai oleh 'juru tuwek' akan dibunuh di tempat yang sepi, namun kemudian juru tuwek itu membunuh kambing, hatinya diberikan kepada sang Patih dikatakan sebagai hati Betal Jemur. Sang Raja bermimpi, akan tetapi lupa kemudian memerintahkan Ki Patih supaya mencari orang yang dapat membuka mimpinya. Ki Patih setelah dibohongi oleh tukang tuwek masalah Betal Jemur masih hidup, sang Patih kemudian memberikan klenik kepada Betal Jemur namun Betal Jemur tabah. Patih Iklas Ajir menghadap sang raja melepaskan keluhan Betal Jemur. Betal Jemur dipanggil sang raja, melaporkan hal yang terjadi, kemudian ki Patih dibunuh raja. Betal Jemur diwisuda sebagai patih. Betal Jemur menebak isi mimpi raja yaitu seorang abdi ngabei menganggu isteri selir. Betal Jemur menebak putra raja yang sedang lahir dan diberi nama Nursewan (R. Yayi). Betal Jemur menebak anaknya peninggalan Alkas Ajir yang baru saja lahir dan diberi nama Bastak, di kemudian hari menjadi patih menggantikan Nursewan. Betal Jemur berangkat ke tanah Ajam, diutus membunuh para jejaka dan menyobek perut perempuan karena menurut ramalan Betal Jemur hal ini akan membuka rahasia R. Yayi Nursewan. Adipati Abdul Mutalib memusyawarahkan mimpi kepada para nujum. Isteri Adipati Abdul Mutalib bernama Dewi Kalimah mengandung 3 bulan bermimpi ditemui Nabi hingga 'berganti' 4 kali. Betal Jemur sampai di Mekah disanjung dan dihormat oleh Abdul Mutalib. Prabu Meyadin, Sri Kobatsah meninggal diganti oleh putranya, Sri Yayi Nursewan, dan patihnya Ki Bestak. Raja Nursewan mengutus seseorang untuk memberi tahu kepada Betal Jemur. Isteri Abdul Mutalib melahirkan seorang putra diberi nama Ambyah oleh Betal Jemur. Amir Hamzah lahir bersamaan dengan anak Jumiril, Patih Ki Adipati. Betal Jemur pulang ke Medayin dijunjung oleh Sang Raja. Patih Bestak bertindak jahat. Cerita dihentikan kemudian disambung dengan cerita Amir Ambyah berumur 10 tahun. Menceritakan perjalanan dan sejarah Amir Ambyah dengan Umarmaya pada setiap hari selalu ugal-ugalan. Tidak terdapat keterangan tentang penulisan/penyalinan teks pada naskah ini. Adapun tentang penyalinan naskah, gaya tulisan, tata halaman serta jenis kertas yang dipergunakan menunjukkan usia naskah yang cukup tua (awal abad 19?); ciri-ciri tulisan mirip dengan gaya tulisan pasisir barat, sekitar wilayah Cirebon."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CI.65-NR 278
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Menurut penyalin, naskah ini berisi kumpulan teks sebagai berikut: Serat Ambiya, Tapel Malaikat, Aji Jan-Banujan, Laire Ajisaka, Tapel Adam, Para Nabi, Miyose Kanjeng Nabi Muhammad, Cabolek Mataram, Neptu. Namun dari semua judul yang disebutkan di atas ternyata hanya berisi tiga saja, ialah Serat Ambiya, Serat Seh Siti Jenar, dan Sarasilahipun Karaton Mataram. Naskah disalin oleh R. Gandasutarya, di Suryaputran (Yogyakarta?). Teks pertama adalah Serat Ambiya (h.1-290), tersusun dalam 103 pupuh berikut ini: 1) asmaradana; 2) dhandhanggula; 3) asmaradana; 4) mijil; 5) sinom; 6) pangkur; 7) mijil; 8) dhandhanggula; 9) gambuh; 10) pangkur; 11) megatruh; 12) maskumambang; 13) sinom; 14) megatruh; 15) dhandhanggula; 16) mijil; 17) asmaradana; 18) kinanthi; 19) dhandhanggula; 20) sinom; 21) mijil; 22) dhandhanggula; 23) sinom; 24) dhandhanggula; 25) mijil; 26) kinanthi; 27) dhandhanggula; 28) mijil; 29) sinom; 30) maskumambang; 31) asmaradana; 32) kinanthi; 33) sinom; 34) kinanthi; 35) megatruh; 36) mijil; 37) pucung; 38) dhandhanggula; 39) pangkur; 40) gambuh; 41) sinom; 42) dhandhanggula; 43) mijil; 44) pangkur; 45) dhandhanggula; 46) asmaradana; 47) pangkur; 48) gambuh; 49) dhandhanggula; 50) mijil; 51) kinanthi; 52) asmaradana; 53) mijil; 54) dhandhanggula; 55) sinom; 56) megatruh; 57) pangkur; 58) dhandhanggula; 59) sinom; 60) kinanthi; 61) pucung; 62) dhandhanggula; 63) gambuh; 64) durma; 65) sinom; 66) mijil; 67) dhandhanggula; 68) pangkur; 69) mijil; 70) dhandhanggula; 71) sinom; 72) asmaradana; 73) gambuh; 74) dhandhanggula; 75) pangkur; 76) sinom; 77) asmaradana; 78) kinanthi; 79) megatruh; 80) mijil; 81) megatruh; 82) pangkur; 83) sinom; 84) pangkur; 85) dhandhanggula; 86) kinanthi; 87) dhandhanggula; 88) mijil; 89) sinom; 90) asmaradana; 91) pangkur; 92) dhandhanggula; 93) gambuh; 94) pangkur; 95) mijil; 96) sinom; 97) dhandhanggula; 98) gambuh; 99) kinanthi; 100) dhandhanggula; 101) durma; 102) sinom; 103) asmaradana. Teks kedua adalah Serat Seh Siti Jenar (h.291-332), terdiri atas 16 pupuh, sebagai berikut: 1) dhandhanggula; 2) sinom; 3) asmaradana; 4) sinom; 5) kinanthi; 6) asmaradana; 7) kinanthi; 8) dhandhanggula; 9) sinom; 10) dhandhanggula; 11) mijil; 12) sinom; 13) kinanthi; 14) kinanthi; 15) mijil; 16) pangkur. Teks terakhir adalah Sarasilahipun Karaton Mataram (h.333-450), yaitu serba-serbi tentang sejarah dan silsilah dinasti Mataram, terdiri dari 48 pupuh sebagai berikut: 1) dhandhanggula; 2) sinom; 3) mijil; 4) megatruh; 5) asmaradana; 6) pangkur; 7) sinom; 8) pangkur; 9) dhandhanggula; 10) asmaradana; 11) dhandhanggula; 12) sinom; 13) asmaradana; 14) mijil; 15) sinom; 16) maskumambang; 17) megatruh; 18) mijil; 19) sinom; 20) pangkur; 21) dhandhanggula; 22) sinom; 23) asmaradana; 24) gambuh; 25) durma; 26) sinom; 27) durma; 28) kinanthi; 29) mijil; 30) asmaradana; 31) sinom; 32) kinanthi; 33) dhandhanggula; 34) asmaradana; 35) durma; 36) megatruh; 37) asmaradana; 38) dhandhanggula; 39) sinom; 40) dhandhanggula; 41) mijil; 42) kinanthi; 43) dhandhanggula; 44) pangkur; 45) mijil; 46) pucung; 47) sinom; 48) dhandhanggula."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CL.21-NR 335
Naskah  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>