Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 677 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Jilid keempat dalam seri lima naskah Catur Pandaha (Pustakaraja Wasana) yang diturun oleh Citrasantana di Mangkunagaran, sekitar tahun 1920an (FSUI/CH.7-11). Lihat deskripsi naskah CH.7 untuk keterangan selanjutnya tentang teks prosa yang diciptakan oleh Ranggawarsita. Adapun jilid empat ini berawal ketika pada suatu malam, Prabu Pandayadarma sampai di suatu jurang, kemudian berendam dalam sendang sambil memohon kepada Jawata linuwih. Pagi harinya beberapa orang kampung yang mau mengambil air menemukannya, dan menanyakan siapa sebenamya orang yang sedang berendam dalam sendang. Prabu Pandayadarma mengaku dirinya adalah raja di Bojanagara. Orang-orang kampung pun menyebarkan berita tersebut kepada seluruh warga, maka berdatanganlah mereka sambil membawa sirih dan buah-buahan untuk disuguhkan kepada Prabu Pandayadarma. Orang-orang kampung sepakat meminta Prabu Pandayadarma untuk mengusir wabah penyakit yang sedang melanda kampung mereka, sebab mereka mengira bahwa prabu Pandayadarma seorang dukun. Teks berakhir dengan kisah Arya Subrata atau Arya Murdaningkung yang diserahi kerajaan oleh mertuanya, raja Sumedang, karena ia dan patihnya, yaitu adiknya sendiri, akan mencari kesempumaan. Sebelum meninggalkan kerajaan ia memberi nasihat bagaimana menjadi seorang raja yang baik dan bijaksana."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CH.10-NR 374
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini merupakan jilid pertama dari lima jilid Serat Catur Pandaha. Namun rangkaian naskah ini tidak merupakan suatu seri yang utuh, karena baik teks awal maupun akhir tidak ada. Menurut keterangan di luar teks, naskah ini disalin oleh Citrasantana (h. i) dan dibeli oleh Pigeaud dari Sinoe pada bulan Juni 1939. Serat Catur Pandaha merupakan roman sejarah bercampur legenda yang menceriterakan empat kerajaan di Jawa Timur, yaitu Kediri, Jenggala, Ngurawan dan Singasari, masing-masing dengan rajanya yang bemama Prabu Lembu Amijaya, Prabu Lembu Amiluhur, Prabu Lembu Amisena dan Mahaprabu Amisani. Adapun Serat Catur Pandaha ini merupakan bagian dari rangkaian karangan Ranggawarsita yang diberi judul Serat Pustakaraja, yang terdiri dari Pustakaraja Purwa, Pustakaraja Madya dan Pustakaraja Wasana (atau Pustaka Puwara). Serat Catur Pandaha ini adalah bagian pertama dari Pustakaraja Wasana, yang meliputj periode 1087-1110 tahun 'suryasangkala' (1120-1144 'candrasangkald'). Untuk mengetahui lebih jauh tentang rangkaian karya besar Ranggawarsita ini dapat dilihat pada deskripsi SMP/MN.49-68, MSB/L.270-282a dan FSUT/CH.34-45; sedangkan untuk mengetahui isinya dapat diperiksa pada Pratelan I: 439-474. Teks Catur Pandaha I ini dimulai dari raja Jenggala, yaitu Lembu Amiluhur sedang menerima utusan dari adiknya, raja Kediri, yang memberitahukan bahwa permaisurinya baru saja melahirkan anak perempuan. Raja Jenggala sangat senang menerima kabar tersebut, dan meminta kepada patih Jayambadra, utusan tadi untuk menyampaikannya kepada adiknya, bahwa ia akan segera ke sana beserta para raja mancanegara. Teks berakhir dengan larinya Prabu Lembu Amisena, raja Ngurawan, karena pemberontakan untuk mengungsi ke negeri Jenggala diantar oleh raja Kediri dan Singasari. Ceritera disambung dengan patih Jaksanagara bertapa di tengah rawa, dan setelah 100 hari ditemui burung dhandhang, disusul bergantian berturut-turut oleh ikan deleg, ikan lele, dan ikan uceng. Kesemuanya memberitahukan dengan bahasa sasmita bahwa manusia di dunia ini ditempati nafsu angkara murka, sedih, kecewa dan lain-lain."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CH.7-NR 371
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Jilid kedua dalam seri lima naskah Catur Pandaha (Pustakaraja Wasana) yang diturun oleh Citrasantana di Mangkunagaran, sekitar tahun 1920an (FSUI/CH.7-11). Lihat deskripsi naskah CH.7 untuk keterangan selanjutnya tentang teks prosa yang diciptakan oleh Ranggawarsita. Adapun jilid dua ini dimulai dari Jaksanagara yang bertambah sedih setelah mendengar bahasa sasmita para binatang. Tidak berapa lama Jaksanagara didatangi Jawata yang memberitahukan bahwa sebentar lagi ia akan bertemu orang-orang yang bemama Jakapiturun, Jakapiruku dan Jakapirurun, ketiga orang inilah yang akan menjadi lantaran pengampunan bagi dirinya, dan sejak itu pun Jaksanagara tidak merasa sedih lagi. Teks berakhir dengan kisah Raden Selaraja berperang melawan seekor gajah. Setelah gajah dapat dibunuh, tiba-tiba muncul lima raksasa yang menyambutnya dengan sangat ramah. Salah satu dari kelima raksasa tadi memberitahukan bahwa dirinya sebenamya adalah gajah yang ia bunuh. Mereka sebenamya sangat ingin berjumpa dengannya karena kagum akan kebijaksanan Raden Selaraja."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CH.8-NR 372
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Jilid ketiga dalam seri lima naskah Catur Pandaha (Pustakaraja Wasana) ini diturun oleh Citrasantana di Mangkunagaran, sekitar tahun 1920an (FSUI/CH.7-11). Lihat deskripsi naskah CH.7 untuk keterangan selanjutnya tentang teks prosa yang diciptakan oleh Ranggawarsita. Adapun jilid tiga ini dimulai dari kehma raksasa yang menyambut Raden Selaraja memberitahukan keadaan hutan dan jalan yang akan ditempuhnya. Raden Selaraja pun merasa senang atas pemberitahuannya ini dan mengucapkan terima kasih sebelum meneruskan perjalanan. Teks berakhir dengan kisah Prabu Pandayadarma, raja di Bojanagara yang mengembara di hutan. Di tengah hutan banyak binatang bersuara, seakan-akan menasehatinya, maka ia pun bertambah sedih, dan kemudian menyerahkan diri kepada Jawata linuwih. Pada malam harinya merangkak hingga tiba di jurang."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CH.9-NR 373
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Jilid terakhir dalam seri lima naskah Catur Pandaha {Pustakaraja Wasana) yang diturun oleh Citrasantana di Mangkunagaran, sekitar tahun 1920an (FSUI/CH.7-11). Lihat deskripsi naskah CH.7 untuk keterangan selanjutnya tentang teks prosa yang diciptakan oleh Ranggawarsita. Isi teks mengisahkan Arya Subrata ketika mendengarkan nasehat dari raja Sume-dang yang akan meninggalkan kerajaan, menyerahkan kerajaan kepadanya. Ia sangat berterima kasih dan semoga sepeninggal beliau kerajaan Sumedang tetap sejahtera. Teks berakhir dengan kisah Kyai Pangrawit yang ketakutan setelah diketahui siasatnya oleh Raden Brajanata. Ia minta maaf, karena ia sebenarnya hanya melakukan perintah seorang kyai yang bernama Kyai Pangawi, anak Kyai Pangawin."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CH.11-NR 375
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
R. Soejitna Martaatmadja
"Ajaran guru yang terdiri dari bab: 1. guru naik pangkat/jabatan; 2. Mas Asmana di Prabalingga; 3. masa lalu Mas Asmana yang diceritakan kepada mantan muridnya Catur Tunggil; 4. contoh dan ajaran yang diceritakan oleh Mas Asmana, perjalanan Catur tunggil; 5. ....; 6. tiga anak pindahan ke Kadhiri; 7. perjalanan Raden Mas Suirjan; 8. cerita tiga mitra; 9. perjalanan Mulyana; 10. lanjutan perjalanan Mulyana; 11. perjalanan Pariman; 12. Karjani menerima pidana/sanksi; 13. perjalanan Aspari; 14. lanjutan perjalanan Raden Mas Suirjan; 15. lanjutan perjalanan Pariman; 16. lanjutan cerita Aspari
"
Weltevreden: Bale Pustaka, 1920
BKL.1154-PW 180
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
Suwidja
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan R.I., 1992
899.223 8 SUW r
Koleksi Publik  Universitas Indonesia Library
cover
Suwidja
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan R.I., 1992
899.223 8 SUW r
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Teks yoga catur dewata, menguraikan tentang ajaran yoga untuk menghadapi musuh sakti dalam peperangan. Dalam urutan saptawara disebutkan, yoga masing-masing terhadap Dewa Naga sanga, lengkap dengan mantranya, sehingga musuh dapat dikalahkan denagn mudah. Dilanjutkan dengan uraian tentang baik buruknya hari-hari dalam saptawara, dewasa (hari-hari untuk bepergian), dan ajaran catur dDewata Siwa yang sangat ampuh/utama sebagai penjaga diri sehingga tidak mati dengan senjata apapun kecuali memang sudah cukup umur. Informasi penulisan teks maupun penyalinan naskah ini tidak ditemukan secara jelas."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
AH.58-LT 142
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Mas Samsirmiardja
"Buku ini terdiri atas beberapa teks, yaitu: 1. Padhalangan (yang menggunakan bahasa kedhaton); 2. Panggugah marang wong nyeret (menggunakan dialog orang Rembang); 3. Piwulanging jagad (menggunakan basa krama); 4. Layang kiriman (menggunakan basa madya krama); 5. Dongeng Jawa Pak Malet (menggunakan basa ngoko); 6. Caturane wong tanah Pekalongan; 7. Panggugah marang wong bakulan (basa madya ngoko); 8. Boetjoe kaliyan woeta (krama inggil); 9. Jaman rumiyin kaliyan jaman sapunika (krama dhusun)."
Batavia: Ruygrok, 1917
BKL.0492-LL 49
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>