Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12003 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Naskah ini merupakan bahan penelitian yang berisi bermacam-macam daftar pertanyan, baik dalam bahasa Jawa maupun Melayu, yang disiapkan oleh Th. Pigeaud dalam rangka studinya tentang pertunjukan rakyat Jawa. Hasil penelitian tersebut kemudian dibukukan dalam karya Pigeaud berjudul Javaanse Volksvertoningen (Batavia: Balai Pustaka, 1938). Menurut dugaan penyunting, bahan ini disiapkan Pigeaud sekitar tahun 1930 untuk dipakai oleh tim yang terjun ke lapangan untuk mewawancarai calon narasumber (semacam kuisioner). Adapun masalah pokok yang dipertanyakan dalam survey ini antara lain tentang: srandhul, barongan, reyog, topeng, sandur, dabusan, gambuh, sintren, lais, slawatan,pertunjukan Damarwulan di Ragajampi, sramaan di pulau Madura, ronang, dan srunen. Salah satu contoh dari jawaban pertanyaan ini, lihat catatan Prawirapranata tentang srandhul di daerah Wuryantara, Wanagiri, pada FSUI/ST.4dan 4a."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
ST.13-W 77.02
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Amir Sutaarga
Jakarta: Proyek Rehabilitasi dan Perluasan Museum, 1974
709.598 8 MOH s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Munawar Holil
"ABSTRAK
Kepulauan Seribu adalah sa1ah satu kecamatan yang termasuk wilayah Jakarta Utara. Kecamatan yang terdiri dari gugusan 106 pulau ini 1etaknya berdekatan dengan Jakarta dan beberapa kota lain yang merupakan pendukung budaya Betawi. Hai ini memunculkan masa1ah yang menarik untuk diteliti. Salah satunya mengenai "Keberadaan Seni Pertunjukan Rakyat"-nya.
Seni pertunjukan rakyat yang dite1iti ada1ah 1enong. Kapan mu1ai muncu1nya; bagaimana perkembangan dan posisinya da1am konteks pertumbuhan dan perkembangan seni pertunjukan rakyat di sana; ada1ah masa1ah-masa1ah yang menjadi pokok perhatian pene1itian ini.
Pene1itian ini masih bersifat awa1. 01eh karena itu, tujuan pene1it1an pun dibatasi untuk menyajikan gambaran seiayang pandang mengenai pertumbuhan, perkembangan, dan posisi lenong yang hidup dan berkembang di Kepulauan Seribu sampai dengan waktu pene11tian lapangan d11aksanakan, April 1994.
Metode yang digunakan dalam pene1itian ini ada1ah metode deskriptif. Teknik pengambilan data di1akukan dengan teknik wawancara dan observasi 1apangan.
Dari pene1itian yang di1akukan, d1pero1eh gambaran bahwa seni teater rakyat di Kepu1auan Seribu mulai berkembang sejak 1940-an. Genre-nya berubah dari tunil, sandiwara, kemudian menjadi 1enong. Lenong mencapai "masa keemasannya" sekitar 1970-1975-an. Pada masa itu frekuensi perge1aran Ienong kerap sekali. Tetapi sejak 1980-an, Tenong semakin jarang ditampi1kan. Posisi 1enong semakin "terpuruk" dengan kehadiran grup-grup orkes dangdut dan pemutaran fi1m (1ayar tancap). Bila keadaan seperti sekarang ini dibiarkan terus, tidak mustahil pada masa-masa mendatang kita tidak akan dapat menyaksikan lagi kehadiran seni lenong di Kepu1auan Seribu."
Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Ajarani Mangkujati Djandam
"Apa yang tergambar dalam benak kita ketika mendengar kata "orang Dayak"? Daun telinga yang panjang, tato, perburuan kepala manusia atau mengayau, rumah panjang, ukiran, tarian yang memakai bulu burung enggang, perisai, mandau? Bisa saja semuanya benar. Namun demikian apakah semua orang Dayak di masa sekarang ini benar-benar hadir persis seperti yang telah tergambar dalam benak kita seperti itu? Tesis ini akan mengungkapkan tentang persoalan rekonstruksi identitas lokal oleh orang Dayak dari generasi yang lebih muda atau mereka yang berusia remaja. Rekonstruksi identitas ini dapat dilihat melalui aktivitas kesenian tradisional yang mereka lakukan sampai hari ini.
Masalah rekonstruksi identitas Dayak melalui aktivitas kesenian tradisional ini ternyata bukan merupakan sebuah konsep sederhana, sebuah aktivitas yang ingin membangun kembali suatu konstruksi identitas masyarakat asli yang pernah ada di masa lampau. Ketika identitas tersebut direkonstruksi dan dihadirkan pada hari ini, tampaknya apa yang dilihat tidak sama dengan apa yang telah tergambarkan dalam benak kita ketika membayangkan orang Dayak. Perubahan-perubahan terjadi selama proses rekonstruksi identitas berlangsung. Dengan demikian isue identitas Dayak bukanlah sesuatu yang statis, ia seperti pendulum, bergerak dinamis dan bersentuhan, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan berbagai kepentingan di sekitarnya.
Melalui pelajaran Kesenian Daerah di SMPN 1 Malinau Selatan ini, sekolah sebagai salah satu institusi pendidikan memiliki peran dan kekuasaan dalam merekonstruksi sekaligus mereproduksi identitas lokal siswanya sebagai remaja Dayak Kenyan Uma Lung hari Mi. Nilai-nilai dan pengetahuan lokal masyarakat setempat yang ditransfer dalam bentuk formal melalui sebuah sistem pendidikan menunjukkan adanya proses interaksional dialogis antara masyarakat dan sekolah dalam membentuk identitas lokal mereka sesuai dengan gambaran ideal komunitas masyarakatnya. Sementara di sisi yang lain siswa SMP secara radar jugs turut membentuk identitas mereka sendiri menurut cara dan gayanya sendiri, sebagai bagian dari remaja lain pada umumnya. Dengan demikian identitas Dayak yang direpresentasikan melalui aktivitas kesenian tradisional oleh remaja Dayak Kenyah Uma Lung desa Setulang pada masa kini merupakan hasil dari strategi, negosiasi dan adaptasi yang dilakukan, baik oleh sekolah, siswa dan masyarakat di mana mereka berada."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T21509
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Bustanuddin
"Masyarakat Serawai Bengkulu memiliki tradisi pertunjukan seni dendang yang dipertunjukkan pada upacara adat nundang padi, upacara bimbang adat, dan upacara akikah anak. Pertunjukan seni dendang merupakan kombinasi pertunjukan tuturan, tarian yang iringi alat musik rebana, biola, dan serunai. Pertunjukan seni dendang ini sebagai pertunjukan adat yang ditampilkan oleh sekelompok laki-laki di atas pengujung. Disertasi ini berupaya mengungkapkan pemertahanan ekosistem budaya masyarakat Serawai melalui pertunjukan seni dendang sebagai representasi majelis adat. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif melalui pendekatan sejarah, etnografi, dan antropologi dengan konsep-konsep tradisi lisan. Hasil dan temuan mengungkapkan pertunjukan seni dendang Serawai diinterpretasikan majelis adat yang berkaitan dengan adat budaya lamo yang diwariskan turun-temurun. Pertunjukan seni dendang sebagai pembuka adat dalam ekosistem budaya Serawai yakni upacara adat nundang padi, upacara bimbang adat, dan upacara akikah anak. Penelitian ini menemukan bahwa struktur pertunjukan seni dendang memiliki kebaruan setiap pertunjukannya dengan pola yang tersimpan dalam memori pemain dendang. Sistem pengelolaan dahulunya mengandalkan masyarakat desa beralih pada unsi. Komponen-komponen dalam pertunjukan seni dendang menjadi jaringan adat dalam pemertahanan ekosistem budaya Serawai. Pertunjukan seni dendang merepresentasikan adat pinjam pakai caro dahulu yang masih dipertahankan masyarakat Serawai.

The Serawai Bengkulu community has a tradition of performing seni dendang, which is performed at the nundang padi ceremony, the bimbang adat ceremony, and the aqiqah ceremony. The performance of seni dendang is a combination of speech performances and dances accompanied by tambourine, violin, and trumpet musical instruments. This performance of seni dendang is a traditional performance performed by a group of men at the pengujung. This dissertation seeks to reveal the maintenance of the cultural ecosystem of the Serawai community through the performance of seni dendang as a representation of the traditional assembly. This research uses qualitative research methods through historical, ethnographic, and anthropological approaches to the concepts of oral tradition. The results and findings reveal that the performance of seni dendang Serawai was interpreted by the traditional assembly as relating to the traditional budaya lamo, which has been passed down from generation to generation. The performance of seni dendang is an opening for customs in the Serawai cultural ecosystem, namely the traditional nundang padi ceremony, the traditional bimbang ceremony, and the aqiqah ceremony. This research found that the structure of the performance of seni dendang is novel in each performance, with patterns stored in the memory of the singing performer. The management system that previously relied on village communities has shifted to unsi. The components of the performance of seni dendang form a traditional network for maintaining the Serawai cultural ecosystem. The performance of seni dendang represents the adat pinjam pakai caro dahulu, which is still maintained by the Serawai people."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Th.Esti Wuryansari
Yogyakarta: Balai Pelestarian Nilai Budaya, 2017
700 EST k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Kesenian Singo Ulung merupakan kesenian yang hidup dan berkembang di wilayah kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, tepatnya di Desa Blimbing, Kecamatan Klabang...."
PATRA 10(1-2) 2009
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jin, Zhilin
Beijing China: Intercontinental Press, 2010
SIN 745.5051 JIN c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Gita Susilawati Ferdani
"Penelitian mengenai alih kode daiam sebuah pertunjukan tradisional Jawa, khususnya ketoprak humor ini bertujuan untuk melihat unsur-unsur alih kode, jenis alih kode, dan faktor penyebab alih kode dalam ketoprak humor sebagai wacana dialog yang dapat digolongkan ke bahasa humor. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai pola-pola alih kode yang rnuncul di pertunjukan seni K.H."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2002
S10986
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>