Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11962 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Naskah terdiri dari lima teks, yaitu: primbon piwulang (pupuh 1-3, h.3-37); panitibaya (pupuh 4, h.40-49); widyawasita (pupuh 5-7, h.49-60); nitisastra (pupuh 8-9, h.60-70); dan piwulang putra (pupuh 10-15, h.71-87). Kelima teks tersebut secara garis besar berisi piwulang atau ajaran mengenai tatakrama, atau tatacara pergaulan, baik untuk anak maupun orang dewasa. Teks juga membicarakan masalah hubungan antara manusia dengan Allah, serta nasehat kepada orang tua pada saat mengajarkan budi pekerti yang baik kepada anaknya. Daftar pupuh selengkapnya sebagai berikut: 1) dhandhanggula; 2) sinom; 3) gambuh; 4) pangkur; 5) dhandhanggula; 6) kinanthi; 7) dhandhanggula; 8) sinom; 9) dhandhanggula; 10) sinom; 11) asmarandana; 12) mijil; 13) pucung; 14) gambuh; 15) kinanthi. Naskah tampaknya disalin oleh dua orang, hal ini berdasarkan corak tulisannya yang berbeda antara h.3-46 dan h.46-88. Naskah rupa-rupanya terputus pada bagian depan dan belakangnya, karena bait pertamanya tidak lengakap, demikian pula bait terakhir. Pigeaud membeli naskah ini di Surakarta, pada tanggal 8 Juli 1930. Ringkasan naskah dibuat oleh Mandrasastra pada bulan Juni 1932."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
PW.66-NR 127
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini merupakan bunga rampai teks wulang yang isinya sebagain besar sudah sangat populer. Rincian teks-teks tersebut adalah sebagai berikut: 1) suluk ngelmu raos, gubahan Sri Suryapranawa (h.1-10); 2) serat wedhatama, gubahan Mangkunagaran IV (10-20); 3) serat kalathida, gubahan R.Ng. Ranggawarsita (21-24); 4) serat wulang putra, gubahan Mangkunagaran IV (24-31); 5) serat salokatama, gubahan Mangkunagaran IV (31-32); 6) serat wirawiyata, gubahan Mangkunagaran IV (32-42); 7) serat tripama, gubahan Mangkunagaran IV (43-44); 8) serat nayakawara (1 bait), gubahan Mangkunagaran IV (45); 9) rerepen pemuji harjaning praja (45); 10) serat wedhatama, gubahan Mangkunagaran IV, salinan R.M. Panji Pringgasaputra (60); 11) serat bratasunu, gubahan R.Ng. Yasadipura (64-95); 12) suluk bayanmani (98-100); 13) suluk johar mungkin (100-116); 14) suluk bayanmaot (116-129); 15) Babad Ranggawarsitan (129-133); 16) gancaran: mantra pengasihan, mantra amrih menang botohan, lan mantra amrih sinungan anak (133-135); 17) gancaran: wirid betal makmur, betal mukaram, betal mukadas, dan wirid tentang kematian (135-150); 18) gancaran: warni-warni bab esmu (151-155); 19) serat kramaleya, membahas perihal ilmu pedalangan (155-164); 20) pawukon, menerangkan nama-nama wuku dan neptu tahun (164-166); 21) serat kalathida, gubahan R.Ng. Ranggawarsita (166-171). Khusus teks wedhatama salinan R. Panji Pringgasaputra, bagian awal dimulai dari h.60 dan mengurut ke depan hingga h.46. Hal ini bukan disebabkan oleh kesalahan penjilidan, melainkan tampaknya merupakan kesengajaan penyalin. Berdasarkan catatan pada halaman awal naskah, dapat diketahui jika naskah ini dibeli oleh Pigeaud dari Van den Gracht di Surakarta, pada bulan Desember 1929. Naskah ini telah dibuatkan ringkasannya oleh Mandrasastra pada bulan November 1930 (terlampir). Keterangan tentang naskah yang memuat berbagai teks suluk dan piwulang lihat deskripsi naskah FSUI/PW.99."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
PW.68-NR 52
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah majemuk terdiri atas pelbagai macam teks primbon, suluk, piwulang, sejarah dan lain-lain. Rincian isinya sebagai berikut: 1) Serat panitisastra (h.1-26). Versi teks piwulang ini ternyata masih lain lagi dengan versi-versi yang pernah diteliti oleh Sudewa (1991). Versi baru ini, yang disusun dalam bentuk macapat sebanyak enam pupuh, kemungkinan ditulis di Yogyakarta, berdasarkan fenomena sasmitaning tembang yang diletakkan pada awal tiap pupuh, bukan pada gatra terakhir. Cuplikan gatra seluruh awal pupuh sebagai berikut: (1) dhandanggula; (2) sinom; (3) pangkur; (4) mijil; (5) durma; (6) asmaradana.; 2) Ajisaka wulang (26-73). Teks piwulang, delapan pupuh. Uraian pupuhnya sebagai berikut: (1) dhandanggula; (2) asmaradana; (3) kinanthi; (4) sinom; (5) pucung; (6) dhandanggula; (7) sinom; (8) kinanthi.; 3) Babad sengkala (73-75). Mencantumkan nama-nama serta tarikh naik tahta para raja Jawa, dituangkan dalam enam bait tembang dhandanggula.; 4) babad sengkala (75). Mencantumkan nama para patih, mulai Sinuhun Mangkurat ing Tegal sampai dengan Mangkurat Kartasura, dituangkan dalam dua bait tembang dhandanggula.; 5) Suluk sahadat (75-112). Serangkaian uraian tentang rukun salat, nafi, isbat, mikraj, makna kata islam, malaekat, rapal basmallah, dan lain-lain sebagainya. Uraian ini disalin dari beberapa teks yang berbeda-beda, kemudian di gabung dalam naskah ini karena isinya mirip satu sama lain. Bagian teks ini terdiri atas tujuh pupuh: (1) asmaradana; (2) sinom; (3) dhandanggula; (4) dhandanggula; (5) girisa; (6) dhandanggual; (7) asmaradana.; 6) Enam bait dhandanggula dipetik dari Suluk Dewaruci, iatu tentang Werkudara bertemu dengan Dewaruci di dasar laut. Bait-bait ini pararel pupuh kelima dari teks Dewaruci yang dimuat di h.221-250 naskah ini, ialah teks no. 17 di bawah.; 7) Babad Dipanagara (114-!66). Teks ini dipetik dari riwayat Pangeran Dipanagara, terdiri atar dua pupuh. Rupanya dua pupuh ini dipetik dari versi Babd Dipanegara yang berbeda dengan versi cetak yang dikarang oleh Dipaneraga sendiri (lihat Pratelan I: 150-159). Daftar pupuh yang ada sebagai berikut: (1) sinom; (2) durma.; 8) Katuranggan kuda (166-174). Teks jenis primbon ini, tentang ciri-ciri kuda, bertembang macapat, dua pupuh yaitu: (1) mijil; (2) dhandanggula.; 9) Serat memule (174-186). Teks dalam bentuk prosa.; 10)Pepali-wewaler (186-192). Teks dalam bentuk prosa.; 11) Suluk wiwaha (192-193). Teks dalam bentuk prosa ini bukan suluk biasa, tetapi daftar nama tokoh-tokoh utama dari Arjunawiwaha yang dikerata (diartikan melalui analisis keratabasa). Nama-nama yang ditafsirkan itu termasuk Janaka, Mintaraga, Endrakila, Cipta Ening, Kalanadhah, Sarotama, Semar, Gareng, dan Kanthongbolong.; 12) Beberapa pengetan tentang tanggal dan peristiwa yang penting dalam pemberontakan Mangkubumi (193-194).; 13) Empat bait tembang sinom berisi pujian tentang HB I, berjudul Rumpakan Kaluhuranipun Sri Sultan Ngayogya I (194-195).; 14) Dafatr putra-putra HB I-IV (196-200).; 15) Kidung rumeksa ing wengi (206-213). 26 bait tembang dhandanggula (ana kidung rumeksa ing wengi, teguh ayu luputa ing lara).; 160 Padhanyangan (213-216). 14 bait tembang sinom (ingkang rumiyin bang wetan, Durga neluh Maospait).; 17) Suluk Dewaruci (221-250). Teks macapat terdiri atas enam pupuh sebagai berikut: (1) dhandanggula; (2) pangkur; (3) sinom; (4) durma; (5) dhandanggula; (6) girisa.; 18) Pepali Ki Ageng Sela (250-254). 25 bait tembang dhandanggula ( kuneng gantya Kya Geng Sela dupi, kapetengan mring jeng Sultan Demak).; 19) Suluk luwang (254-258). 30 bait tembang asmaradana (kasmaran wong doyan guling tan sesirah tur sungkanan).; 20) Suluk Nitipraja (258). 9 bait tembang dhamdanggula (kadya anilem segara geni rasaning driya datan mengkatan).; 21) Suluk rancang (258-259). Suluk kecil ini menerangkan tentang arti rapal bis sebagai unsur dalam kalimat basmallah, lima bait tembang dhandanggula (yata raos ingkang tulis, sangking Kitap Suluk Rancang).; 22) Suluk sirul murtat (259-260). 13 bait tembang megatruh (Suluk sirul murtat kang sekar megatruh, nurun serat suluk ninggih).; 23) Suluk johar mukmin 92560-262). 15 bait tembang dhandanggula (duk rinipta sekar dhandanggula gendhis, Kitab Johar Mukmin kang ginandhang).; 24) Dalil ngelmu bab pasemoning Allah lan Rasul (260-263). 16 bait tembang gambuh (warnanen daliling ngelmu, ing tegese dalil puniku tuduh).; 25) Suluk sirul (264-268). 43 bait megatruh (kang kocapa wau Serat Suluk Sirul, lampahing guru winarni).; 26) Suluk: katrangan bab masalah warni-warni (268-318). Kumpulan teks kecil tentang bermacam-macam masalah berkaitan dengan istilah-istilah Arab, pengertian dan pelaksanaan hukum fiqh, maksud dari hidup dan mati, gagasan-gagasan mistik tentang Allah, dan sebagainya. Teks bagian ini terdiri atas 19 pupuh, sebagai berikut: (1) kinanthi; (2) pucung; (3) megatruh; (4) durma; (5) pangkur; (6) sinom; (7) pucung; (8) mijil; (9) dhandanggula; (10) girisa; (11) dhandanggula; (12) asmaradana; (13) maskumambang; (14) wirangrong; (15) dhandanggula; (16) maskumambang; (17) dhandanggula; (18) sinom; (19) dhandanggula. Naskah ini tidak terlalu tua. Melihat kertas yang digunakan serta haya tulisannya dapat diperkirakan bahwa penyalinannya berlangsung tahun 1920-1930an, kemungkinan di Yogyakarta. Siapa penyusun atau penyalin naskah tidak diketahui dengan jelas. Namun demukian, dari gejala literer yang sangat khas, yaitu dimuatnya sasmitaning tembang pada gatra pertama setiap pupuh dan bukan pada gatra terakhir sebelumnya, maka dapat diperkirakan bahwa teks-teks ini disusun dan disadur oleh pengarang dari lingkungan Pakualaman, Yogyakarta. Naskah diperoleh Th. Pigeaud pada tanggal 24 Februari 1933. Ringkasan naskah pernah dibuat oleh Mandrasastra, sebanyak 15 halaman, pada bulan Agustus 1933, sekarang tersisip dalam naskahnya."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
PR.5-NR 233
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini dibeli Pigeaud di Surakarta pada tahun 1930, dan dulu terdapat dalam koleksi FSUI, ternyata kini telah hilang. Namun naskah tersebut telah diringkas oleh Mandrasastra pada bulan Juli 1931. Ringkasan tersebut masih ada, dan tetap dimikrofilmkan oleh proyek naskah FSUI. Berdasarkan ringkasan tersebut diketahui bahwa, naskah yang hilang memuat teks yang menguraikan berbagai hal mengenai ajaran-ajaran filosofi Jawa, di antaranya adalah: ajaran tentang Asta Brata, cuplikan ajaran Nitisruti, manfaat dari mengurangi tidur,petikan dari suatu ajaran yang berguna untuk memantapkan tekad, piwulang Arung Binang. Selain ajaran-ajaran yang disebutkan di atas, juga terdapat mantra-mantra pasirepan, ngelmu pirasat, dan perhitungan hari bagi petani."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
PR.101-NR 116
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah berisi aneka macam petangan, penanggalan (almanak), pengobatan, watak bayi yang berdasarkan neptu, pawukon, pranata mangsa, ramalan, dan sebagainya, yang disusun secara tidak teratur. Isi selengkapnya naskah ini adalah: 1) Penanggalan (h.1, 3-5, 115-120); 2) Pawukon (h.6-7,12, 57-87); 3) Berbagai petangan mengenai: membuat sumur dan regol (2a-2), membangun rumah dan mendirikan gandhak (20), memberi jamu pada kuda (20), hari perkawinan (22), mempunyai hajat (24,35), hari dan waktu baik atau buruk (8,30-31), naas dan sangar (15,17,27), aras dan sangat (11,32-35,42), taliwangke dan samparwangke (14), jatingarang (16), kalaguru (17), pati dina dan naga dina (13, 23-24), neptu hari, pasaran, bulan tahun pengobatannya berdasarkan hari kelahiran (25,36-41), mencari pekerjaan yang cocok (28), selamatan orang meninggal (27), dan watak dewa astagina (35-36); 4) Pranata mangsa 987-90, 121-123); obat-obatan (42-55); dan 5) ramalan dengan kartu domino (91-113). Pada h.90 terdapat keterangan berkaitan dengan pranata mangsa, yakni menyebutkan bahwa pengetahuan mengenai mangsa disusun oleh Empu Artati. Tetapi orang sering menyebut Raja Jayabaya di Kediri sebagai penyusun pranata mangsa. Pada jaman Pajajaran muncullah sisitem mangsa bendhet. Sisitem ini kemudian diubah oleh seorang pujangga Belanda yang menjadi juru basa pada jaman Sunan Pakubuwana VII, dan sejak itu mangsa bendhet diberi nama pranata mangsa. Di samping isi teks sebagaimana tersebut di atas, dalam naskah ini terdapat catatan peristiwa (pengetan) dan daftar sejumlah orang berikut alamatnya. Contoh pengetan misalnya meninggalnya seseorang, kemungkinan besar adalah ayahnya si penyalin naskah, pada hari Selasa Pon 19 Sawal, Jimakir 1834 (19 Desember 1904) (56). Sedang contoh mengenai daftar nama (122), misalnya, Mas Ajeng Genawati, putri B.R.Aj. Sabrug. Pada h.122 terdapat tulisan berbahasa dan beraksara Arab, yang di duga semacam isim atau jimat. Demikian pula pada h.125-126, terdapat teks pendek beraksara dan berbahasa Arab. Tidak dijumpai mengenai keterangan apa pun yang berhubungan dengan penulisan maupun penyalinan naskah ini. Menurut keterangan yang terdapat pada h.i, naskah ini diperoleh Th. Pigeaud pada bulan Mei 1939 dari R. Ruwiya, Sala. Dugaan penyunting berdasarkan gaya tulisan serta jenis kertas yang dipergunakan, naskah disalin sekitar tahun 1930."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
PR.40-NR 366
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini merupakan salinan dari Serat Primbon asal Cirebon, yang disalin oleh R. Mandrasastra, pada Agustus 1932, di Yogyakarta. Teks menguraikan tentang: 1) Nama kekuatan kerbau, yang meliputi kekuatan pramana di kaki, kekuatan mahara di telinga, kekuatan sakti di badan, kekuatan mangkurat di ekor; 2) Hari-hari naas tiap bulan; 3) Tahun orang bertani; 4) Rezeki masing-masing hari; 5) Donga ujungan; 6) Puji dina; 7) Kehidupan berumah tangga; 8) Hari-hari naas bulan Jawa. Keberadaan naskah babon asal Cirebon yang disalin oleh Mandrasastra ini, tidak diketahui secara pasti. Menurut salinan h.7, naskah tersebut dibuat di desa Kanduruan pada tanggal 19 Rabingulakir, Ehe 1764 (18 Juli 1836)."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
PR.72-A 29.02
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini berisi berbagai teks primbon dan suluk yang juga terdapat dalam naskah primbon majemuk lainnya. Selain itu berisi beberapa teks suluk dan ajaran Islam, termasuk Pustaka. Rancang, Suluk Malang Sumirang, kutipan Tajusalatin, Dewa Ruci, Suluk Purwaduksina, Suluk Malangkarsa, Siti Jenar, dan lain-lain. Naskah disalin oleh R. Riya Wiryapraja pada tahun 1858 di Yogyakarta, dari bahan yang diberikan oleh almarhum ayahnya, Pangeran Mayor K.P.H Natadiningrat. Naskah ini diterima oleh Dr. Th. Pigeaud dari Ir. Moens pada bulan April 1933 (h.i). Naskah dibuat dalam bentuk macapat sebanyak 270 pupuh. Untuk masing-masing pupuh tidak dikutip, karena tulisannya sulit dibaca. Tulisan juga sudah tembus dari balik halaman, banyak halaman dilaminasi dan sobek-sobek. Kondisi naskah yang sudah parah ini, menyebabkan naskah ini tidak dimikrofilmkan."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
PR.57-NR 240
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini berisi bermacam-macam teks primbon dan wejangan. Rincian isinya, berdasarkan ringkasan yang dibuat oleh Mandrasastra pada tahun 1930, sebagai berikut: 1) Kawontenanipun dinten ingkang sae kangge salaki-rabi (h.1-32); 2) Serat wewatekipun mangsa (33); 3) Serat wewatekipun wulan (33); 4) Serat rubuk sekawan (36); 5) Serat namaning tulis (36), ialah semacam uraian mengenai istilah-istilah tulisan; 6) Serat wewatekipun manahipin tiyang (36-37); 7) Wiraos manembah 5 prekawis (37); 8) Dasanamaning ratu (37); 9) Candraning para Nata Jawi (37); 10) Serat jangka Jayabaya (39-42); 11) Kadis Rasulullah (42-43); 12) Artining agama sukci (44); 13) Suluk markum (44); 14) Jaka Burhan (45); 15) Namaning para Raja Pajang dumugi ing Mantaram (45-46); 16) Pratelanipun para nabi ingkang mengku agami (46-47); 17) Wejangan ngelmi raos saking wirid hidayat jati (47-77); 18) Serat widya karana (78-113); 19) Ngelmu gagawanipun tiyang badhe pejah (114-115). Naskah ini menurut catatan Th. Pigeaud (h.i), dibeli dari R.T. Purbadipura di Surakarta tahun 1930. Nama penyalin naskah, berdasarkan keterangan (h.i), adalah Mas Kartasuwarna, di Surakarta, pada tahun 1918. Pada tahun 1932, naskah ini telah dibuatkan ringkasannya oleh Mandrasastra, di Yogyakarta."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
PR.90-NR 60
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah berisi teks yang menerangkan tentang berbagai hal, termasuk: katuranggan perkutut; pengetan lampah-lampah jumenengan dalem Nata Sinuhun PB VII ing Surakarta, pada tahun 1757 Jawa (1830 Masehi); jampi kapal; carakabasa; serat dasanama; candranipun tiyang nginum; candraning tahun miturut angka sirah; candraning taun miturut angka sirah karangkepan kaliyan dhawahing pasaran; ngalamat ratu jumeneng manut satunggal-tunggaling sirah angka taun; aksara repa; rapal warni-warni; petangan dintenkangge ngedegi damel; sengakalan taun pinten-pinten minangka titimangsa; wiwit adegipun Candi Sewu Prambanan dumugi Kraton Surakarta; petangan warni-warni; suluk Seh Tekawardi mumulang dhateng anak putu ing bab angawula; pepali Ki Ageng Sela; tedhakan Asthabrata (Rama mulang ing Wibisana); serat candrasengkala; sambetipun Rama mulang dhateng Wibisana; piwulang angawula anjawekaken saking kitab Sipatul Nitra; angger-angger Nagari Surakarta, dadamelanipun K.R.M.P. Sasradiningrat mupakat kaliyan K.T. Residen pan Prin; Pasatuwan tumrap kangge nagsa adeg-adegan miwah jumenengan; orek-orekan miwah cathetan nama-nama wulan Jawi miwah Welandi; petangan falak; mantra-mantra pangasihan; pasatuwan. Naskah ini memiliki urutan yang sangat kacau, terutama dalam penyusunannya: beberapa teks ditulis dengan aksara Jawa, ada lagi yang ditulis dengan aksara Arab; sebagian teks disusun dalam posisi yang terbalik-balik sehingga mempersulit pembacaan. Naskah disalin oleh banyak orang pada waktu yang berbeda-beda. Berdasarkan gaya tulisan serta jenis kertas yang dipergunakan, penyalinan bagian-bagian pokok diperkirakan di Surakarta pada pertengahan abad ke-19."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
PR.61-NR 295
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini berisi bermacam-macam teks, yaitu sebagai berikut: 1) Japa mantra, beraksara pegon: dipergunakan oleh manusia untuk mengetahui/melihat makhluk halus (h.1); 2) Japa mantra beraksara pegon: dipergunakan oleh manusia supaya dapat berganti/berubah rupa (masih h.1); 3) Rajah tutulak beraksara pegon: dipergunakan oleh manusia untuk mengobati sakit karena cacing dan berikut diberikan mantranya (2); 4) Gambar rajah berupa manusia dan beberapa keris; dilanjutkan rangkaian donga yang tidak jelas maksud dan kegunaannya (3); 5) Teks aksara Jawa, tembang sinom satu bait, memuat cerita ketika Sultan Rum memerintah kepada patihnya tentang rencananya akan mengisi manusia di Tanah Jawa (4); 6) Babad sengkala bercerita tentang keadaan di Tanah Jawa, dimulai dari pembukaan tanah dengan pembabadan hutan di Gunung Kendeng pada tahun 0001 Saka, sampai terbukanya Wirasaba pada tahun 1568 (5-11); 7) Suatu catatan atau coretan berisi mengenai nasehat kehati-hatian dalam hidup dan pengakuan dari Ki Citra, barangkali pemilik naskah, bahwa ia telah menerima surat memo Kyai Lurah R.Ng. Citradipura (11); 8) Keterangan yang menyatakan hari dan pawukon yang jatuh tanggal 1 di setiap bulan terhitung dalam waktu 4 windu (12-31); 9) Tembang dhandanggula yang berisi mengenai pawukon, dilanjutkan dengan hal mangsa wuku (31-34); 10) Keterangan pawukon lagi, namun pada bagian akhir hanya sampai wuku kulawu tidak sampai pada wuku watugunung (35-60); 11) Tembang mijil, berisi semacam piwulang di mana Ki Ageng Butuh tengah mengajar kepada Raden Jaka Tingkir (61); 12) Gambar manusia bersenjata, sebagian dengan anggota tubuh yang lepas, yang rupanya ada kaitan dengan petangan, dikaitkan dengan tanggal-tanggal tertentu (62-68). Data penyalinan naskah ini tidak ditemukan, namun dari jenis kertas yang dipergunakan serta gaya tulisannya, maka dapat diduga naskah berasal dari Surakarta (?), mungkin pada pertangahan abad ke-19. Pigeaud memperoleh pada bulan Desember 1929 di Surakarta, ringkasan dibuat oleh Mandrasastra pada bulan November 1930."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
PR.104-NR 58
Naskah  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>