Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9603 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Naskah ini terdiri atas dua jilid, berisi sastra roman Islam dari siklus Menak. Teks ini merupakan bagian akhir dari kisah heroik Amir Hamzah yang terangkai dalam beberapa episode. Isi teks menceritakan gugurnya Amir Hamzah oleh Raja Lakad dan Jenggi serta pernikahan antara Ali dengan Dewi Kuraisin. Bandingkan deskripsi naskah CI.55 untuk keterangan dan acuan selanjutnya. Redaksi teks Lakad masih lain dengan versi-versi yang diuraikan oleh Poerbatjaraka (1940), merupakan versi tersendiri. Dua pupuh pertama dalam naskah ini (jilid I), masing-masing terdiri dari satu bait dhandanggula dibingkai dalam wadana yang sangat indah. Isi kedua bait tersebut memuat purwaka yang menyatakan tentang sikap penyalin kepada rajanya dan pencantuman titimangsa dimulainya penyalinan, yakni pada hari Selasa, 1 Rejeb, Ehe, 1836 (25 Agustus 1906). Keterangan kolofon belakang menyebutkan selesainya penyalinan pada hari Kamis Pahing, 3 Rabiulakhir, Be 1840 (14 April 1910). Masa penyalinan empat tahun cukup lama. Kertas yang digunakan dalam nakah ini, yaitu semacam kertas kop, sangat khas untuk kota Yogyakarta pada masa 1905-1915an. Nama penyalin tidak ada. Pada naskah ini juga banyak ditemui cap atau stempel dengan identifikasi nama B.H. Lie yang diperkirakan adalah nama orang yang pernah memiliki nakah ini (atau memprakarsai penyalinannya?). Keterangan lebih lanjut mengenai korpus ini dapat diperiksa dalam FSUI/CI.55. Naskah ini dibeli Pigeaud dari R. Tanaya di Surakarta pada bulan Oktober 1933. Kondisi naskah pada bagian depan (CI.56) sudah sangat rapuh dan banyak kertas yang sudah hancur, maka naskah ini tidak dimikrofilm."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CI.57-NR 260
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini terdiri atas dua jilid, berisi sastra roman Islam dari siklus Menak. Teks ini merupakan bagian akhir dari kisah heroik Amir Hamzah yang terangkai dalam beberapa episode. Isi teks menceritakan gugurnya Amir Hamzah oleh Raja Lakad dan Jenggi serta pernikahan antara Ali dengan Dewi Kuraisin. Bandingkan deskripsi naskah CI.55 untuk keterangan dan acuan selanjutnya. Redaksi teks Lakad masih lain dengan versi-versi yang diuraikan oleh Poerbatjaraka (1940), merupakan versi tersendiri. Dua pupuh pertama dalam naskah ini (jilid I), masing-masing terdiri dari satu bait dhandanggula dibingkai dalam wadana yang sangat indah. Isi kedua bait tersebut memuat purwaka yang menyatakan tentang sikap penyalin kepada rajanya dan pencantuman titimangsa dimulainya penyalinan, yakni pada hari Selasa, 1 Rejeb, Ehe, 1836 (25 Agustus 1906). Keterangan kolofon belakang menyebutkan selesainya penyalinan pada hari Kamis Pahing, 3 Rabiulakhir, Be 1840 (14 April 1910). Masa penyalinan empat tahun cukup lama. Kertas yang digunakan dalam nakah ini, yaitu semacam kertas kop, sangat khas untuk kota Yogyakarta pada masa 1905-1915an. Nama penyalin tidak ada. Pada naskah ini juga banyak ditemui cap atau stempel dengan identifikasi nama B.H. Lie yang diperkirakan adalah nama orang yang pernah memiliki nakah ini (atau memprakarsai penyalinannya?). Keterangan lebih lanjut mengenai korpus ini dapat diperiksa dalam FSUI/CI.55. Naskah ini dibeli Pigeaud dari R. Tanaya di Surakarta pada bulan Oktober 1933. Kondisi naskah pada bagian depan (CI.56) sudah sangat rapuh dan banyak kertas yang sudah hancur, maka naskah ini tidak dimikrofilm. Berikut adalah daftar pupuhnya: (Jilid I) 1) dhandanggula; 2) asmaradana; 3) mijil; 4) sinom; 5) dhandanggula; 6) asmaradana; 7) sinom; 8) dhandanggula; 9) pangkur; 10) asmaradana; 11) dhandanggula; 12) durma; 13) sinom; 14) dhandanggula; 15) asmaradana; 16) pucung; 17) dhandanggula; 18) sinom; 19) dhandanggula; 20) asmaradana; 21) sinom; 22) maskumambang; 23) dhandanggula; 24) asmaradana; 25) dhandanggula; 26) kinanthi; 27) dhandanggula; 28) pangkur; 29) asmaradana; 30) pangkur; 31) dhandanggula; 32) asmaradana; 33) sinom; 34) asmaradana; 35) dhandanggula; 36) asmaradana; 37) pangkur; 38) megatruh; 39) kinanthi; 40) pangkur; 41) asmaradana; 42) dhandanggula; 43) kinanthi; 44) megatruh; 45) pangkur; 46) durma; 47) pangkur; 48) sinom; 49) asmaradana; 50) pangkur; 51) dhandanggula; 52) mijil; 53) durma; 54) pangkur; 55) asmaradana; 56) dhandanggula; 57) sinom; 58) durma; 59) asmaradana; 60) sinom."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CI.56-NR 259
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Sastra roman Islam dari siklus Menak. Teks ini mengisahkan ketika Amir Hamzah mengalami kekalahan perang dari Raja Hirman yang dibantu oleh Raja Lakat dan Raja Jenggi. Dalam pertempuran tersebut Amir Hamzah gugur. Kekalahan Amir Hamzah ini menyebabkan Nabi Muhammad harus mengungsi ke luar Madinah dan bersembunyi dalam sebuah gua. Ali yang mendengar kematian pamannya dan kekalahan tentara Islam, segera membalas. Raja Lakat dan Jenggi kemudian dapat dikalahkan. Mereka takluk dan menyatakan bersedia memeluk agama Islam. Pada bagian akhir diceritakan tentang pernikahan antara Ali dengan Dewi Kuraisin. Keduanya dikaruniai seorang putra yang diberi nama Muhammad Hanafiyah. Teks naskah ini setelah dibandingkan dengan resensi naskah dengan judul Serat Menak yang dikerjakan oleh Poerbatjaraka 1940, maupun dengan Menak Lakad edisi Balai Pustaka 1937 dan edisi Van Dorp & Co (1883-1889, 8 jilid, lihat Pratelan I: 229-336), ternyata berbeda. Struktur pupuh dan gaya bahasa dalam teks ini tidak sama dengan semua redaksi tersebut. Dilihat dari bahasa dan pupuh pertamanya, teks ini kemungkinan berasal dari daerah Pasisir, karena bahasanya sangat sederhana dan pupuh pertamanya adalah tembang asmaradana yang memuat gagasan tentang pengagungan kepada Allah, Nabi Muhammad beserta para sahabat dan keluarganya. Sebagai pembanding, selain yang terdapat dalam edisi Poerbatjaraka, Balai Ppoestaka dan Van Dorp, Menak Lakad dapat pula diperiksa dalam FSUI/CI.53, CI.56-57; LOr 1984, 4900, 5771, 9013; DFT S 227-8, 240/280-17; MSB/L.193; SMP/KS.461-463. Pada kolofonnya terdapat penanggalan dari akhir penyalinan, yaitu: Jumat Pahing, 1 Ruwah, Wawu 1793 (30 Desember 1864). Teks ini menjadi bagian koleksi Pigeaud setelah dibeli dari R.Tanaya pada bulan Oktober 1933 di Surakarta. Berikut adalah daftar pupuhnya: 1) asmaradana; 2) pangkur; 3) sinom; 4) kinanthi; 5) megatruh; 6) pangkur; 7) durma; 8) pangkur; 9) sinom; 10) asmaradana; 11) pangkur; 12) dhandanggula; 13) mijil; 14) durma; 15) pangkur; 16) asmaradana; 17) dhandanggula; 18) durma; 19) asmaradana; 20) sinom; 21) dhandanggula; 22) pangkur; 23) asmaradana; 24) durma; 25) pangkur; 26) durma; 27) pangkur; 28) durma; 29) pangkur; 30) sinom; 31) pangkur; 32) durma; 33) pangkur; 34) asmaradana; 35) dhandanggula; 36) durma; 37) pangkur; 38) durma; 39) asmaradana; 40) dhandanggula; 41) sinom; 42) durma; 43) pangkur; 44) durma; 45) asmaradana; 46) sinom; 47) mijil; 48) kinanthi; 49) megatruh; 50) dhandanggula; 51) sinom; 52) mijil; 53) asamaradana; 54) kinanthi; 55) sinom; 56) mijil; 57) dhandanggula; 58) asmaradana; 59) sinom; 60) dhandanggula; 61) asmaradana; 62) sinom; 63) dhandanggula; 64) asmaradana; 65) dhandanggula."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CI.55-NR 258
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini berisi tiga cerita, masing-masing ditulis oleh orang yang berbeda. Cerita pertama adalah sempalan dari cerita Raden Sejada. Roman Islam ini mengisahkan Raden Sejada yang memiliki kesaktian berupa sisir yang terbuat dari besi purasani (magnet) dan dapat terbang bersama perahunya. Diuraikan pengembaraan Raden Sejada dan pertemuannya dengan putri Selan, Dewi Kumalawati. Kolofon depan cerita ini menyebutkan hari Jumat Legi, 15 Saban, Je (tanpa angka tahun), dan nama penulis, ialah Mas Saliman yang berasal dari Ngemplak. Daftar pupuh: 1) asmaradana; 2) sinom; 3) pangkur; 4) sinom; 5) durma; 6) asmaradana; 7) pangkur. Cerita kedua adalah Serat Bandaralim, menceritakan Prabu Jaka dari Jong Beraji. Lihat Behrend 1990: 248-249 untuk ringkasan cerita dan keterangan lain. Urutan cerita dalam teks ini sangat kacau, mungkin karena penjilidan yang tidak tepat, terutama pada halaman 20-39. Kolofon depan cerita ini menyebutkan hari Saptu Kliwon, 13 Sela, Wawu, tanpa angka tahun. Daftar pupuh: 1) sal; 2) sinom; 3) asmaradana; 4) dhandhanggula; 5) asmaradana; 6) durma; 7) asmaradana; 8) sinom; 9) dhandhanggula; 10) pangkur; 11) sinom; 12) asmaradana; 13) durma; 14) pangkur; 15) asmaradana; 16) pangkur; 17) durma; 18) sinom; 19) asmaradana; 20) dhandhanggula; 21) sam; 22) sinom; 23) pangkur; 24) dhandhanggula; 25) pangkur; 26) asmaradana; 27) sinom; 28) kinanthi; 29) durma; 30) pangkur; 31) dhandhanggula; 32) asmaradana; 33) durma; 34) pangkur; 35) asmaradana; 36) sinom; 37) dhandhanggula; 38) sam; 39) durma; 40) sam; 41) durma; 42) mijil; 43) pangkur; 44) asmaradana; 45) dhandhanggula; 46) asmaradana; 47) sinom; 48) durma; 49) dhandhanggula; 50) sinom; 51) pangkur; 52) durma; 53) asmaradana; 54) durma; 55) sam; 56) durma; 57) asmaradana; 58) sinom; 59) asmaradana; 60) dhandhanggula; 61) durma; 62) asmaradana; 63) pangkur; 64) asmaradana; 65) pangkur; 66) durma; 67) sinom; 68) asmaradana; 69) durma; 70) asmaradana; 71) durma; 72) asmaradana; 73) sinom; 74) dhandhanggula; 75) durma; 76) asmaradana; 77) durma; 78) kinanthi. Cerita ketiga adalah Serat Mursada, tentang pengembaraan Jaka Mursada dan pertemuannya dengan raja ikan. Jaka Mursada adalah putra raja Ngerum yang mengembara bersama ibunya, ia mengembara karena dituduh membuat sakit ibu tirinya. Padahal penyakit ini disebabkan karena ulah ibu tirinya. Cerita berakhir dengan kembalinya Jaka Mursada ke Ngerum dan menyembuhkan penyakit ibu tirinya dan menjadi raja. Keterangan bibliografis lihat MSB/L.226 atau FSUI/CI.26. Kolofon depan menyebutkan hari Saptu Paing, 3 Rabiulawal, Dal, tetapi sekali lagi tanpa angka tahun. Nama penulis adalah Perna, dari kampung Mranggon. Daftar pupuh: 1) asmaradana; 2) pangkur; 3) sinom; 4) durma; 5) dhandhanggula; 6) asmaradana; 7) sinom; 8) durma; 9) dhandhanggula; 10) asmaradana; 11) pangkur; 12) durma; 13) asmaradana."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CI.100-NR 317
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini tentang roman Islam dalam dua jilid (CI.27 dan CI.28) mengisahkan Jaka Mursidik yang jatuh cinta kepada Sumirat dan berusaha menguasainya dengan mencari cincinnya yang hilang. Dyah Sumirat, dikawal oleh kedua abdinya Abduljali dan Abdulgapul, juga mengembara dan berupaya menemukan kembali cincin itu. Teks tidak lengkap dalam dua jilid, melainkan putus di pertengahan teks. Naskah ini disalin oleh Mas Ngabehi Padmawacana, abdi dalem Keparak Tengen di Kraton Surakarta. Tahun penyalinan tidak disebutkan. Pigeaud memperoleh naskah ini dari W.J.S. Purwadarminta di Yogyakarta. Nama pemilik naskah sebelumnya dapat diketahui dari cap nama, yang menyebutkan R.Rio Prajodirdjo (lihat Gbr. 1, h.2). Naskah pernah dialihaksarakan oleh staf Panti Boedaja pada tahun 1934. Untuk transliterasi ketikan tersebut, lihat CI.29-31 dan MSB/L.146 dan L.146a."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CI.28-NR 188
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Set lima naskah ketikan ini, merupakan alih aksara dari naskah KBG 613 yang dikerjakan oleh M. Kusrin tahun 1930an. Berisi saduran cerita Menak yang digubah di Kraton Kartasura pada akhir abad ke-17 atau awal abad ke-18 (?). Oleh karena itu, oleh Poerbatjaraka dinamakan Menak Kartasura untuk membedakannya dari versi Menak yang lain, termasuk versi Yasadipuran dan pelbagai redaksi pasisiran. Menurut Poerbatjaraka (1964: 110) babon transliterasi ini adalah naskah Menak tertua yang masih bertahan. Disebutkan ceritanya sangat dekat dengan Hikayat Amir Hamzah dalam tradisi naskah Melayu. Rincian isi kelima naskah ini sebagai berikut: Cerita Menak Kartasura ini bertokohkan Amir Hamzah yang juga disebut dengan nama Wong Agung Jayengrana; Prabu Nursewan raja di Medayin; dan Dewi Muninggar, putri Prabu Nursewan. Lihat Poerbatjaraka (1940a: 9-33) untuk ringkasan maupun cuplikan pupuh selengkapnya teks ini. Dari kolofon depan dapat diketahui bahwa naskah babon disalin pada tahun 1715, atas prakarsa permaisuri Sinuhun Pakubuwana I yang bergelar Kanjeng Ratu Balitar. Sedangkan orang yang mengerjakan penyalinannya bernama Ki Carik Narawita."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CI.76-G 134
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
R.Ng. (Raden Ngabehi) Yasadipura I
"Menak Kalakodrat II adalah salah satu bagian dari ringkasan Serat Menak terbitan Bale Pustaka tahun 1936 gubahan Yasadipura I. Adapun ringkasan isinya: 16. Lanjutan Patih Baktiyar berdusta kepada Prabu Irman; 17. Prabu Gulangge dan Prabu Salsal menyerang Wong Agung; 18. Prabu Irman bersekutu dengan Prabu Gulangge dan Prabu Salsal, hendak melawan Wong Agung; 19. Prabu Urmas dijadikan Senapati Wong Agung; 20. Pembahasan dalam rangka akan berperang; 21. Berbohong menemui kesengsaraan; 22. Raja Unukmarjaban berperang; 23. Prajurit raja Unukmarjaban banyak yang tewas; 24. Prabu Unukmarjaban siap berperang; 25. Seh Wahas menemui Prabu Unukmarjaban; 26. Raja berperang melawan raja; 27. Prabu Unukmarjaban pulang ke Kalakodrat; 28. Prabu Irman bertobat; 29. Prabu Irman ?disahadatkan? lagi (diIslamkan lagi?)."
Betawi Sentrem: Bale Pustaka, 1936
BKL.0646-CP 42
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah yang berisi teks Serat Yusup ini merupakan alih aksara yang dibuat di Panti Boedaja pada tahun 1935, disalin dari sebuah naskah lontar asal Sampang, Madura, yang diidentifikasikan sebagai ?lontar Th.P. NR 404?, yaitu naskah yang dikoleksikan oleh Pigeaud untuk KBG, dengan ciri no. 404. Di dalam koleksi FSUI tidak terdapat lagi lontar Jawa. Keberadaan dan identifikasi naskah babon tidak diketahui. Salinan ketikan ini dibuat rangkap empat. Selain FSUI/CI.119 ini, lihat eksemplar lain pada MSB/L.360, G 83, dan Lor 6690. Daftar pupuh: 1) asmaradana; 2) sinom; 3) sal; 4) pangkur; 5) sinom; 6) durma; 7) sinom; 8) durma; 9) pangkur; 10) sinom; 11) pangkur; 12) asmaradana; 13) durma; 14) sinom; 15) pangkur; 16) sinom; 17) asmaradana; 18) sinom; 19) pam; 20) durma; 21) sinom; 22) pangkur; 23) durma; 24) sinom; 25) durma; 26) sinom; 27) durma; 28) pangkur; 29) asmaradana. Yusuf diceritakan sebagai putra kedelapan dari sepuluh bersaudara, anak Nabi Yakub. Ia bersama Bunyamin dan Jaina adalah saudara lain ibu dari ketujuh orang kakaknya: Yahuda, Sarigul, Lawi, Yasuhul, Jabulun, Samangun, dan Nusi. Sedari kecil Yusuf telah mendapat perlakuan kasar dari kakak-kakaknya yang senantiasa merasa iri, karena di samping kasih sayang yang diterima Yusuf dari ayahnya lebih hangat daripada kepada mereka, juga ketampanan wajah Yusuf yang sering menjadi buah bibir sehingga membuat mereka merasa tersaingi. Tatkala niat untuk membunuh Yusuf dilaksanakan oleh ketujuh orang kakaknya di sebuah sumur, Allah memberikan pertolongan kepada Yusuf melalui saudagar yang bernama Malik. Setelah itu Yusuf diangkat anak oleh Malik yang untuk selanjutnya dijual dengan nilai tukar yang sangat tinggi kepada Raja Mesir yang tengah membutuhkan seorang anak laki-laki. Arkian sebelum Yusuf dijual kepada Raja Mesir, tersebutlah seorang putri raja Temas bernama Jaleka yang bermimpi bertemu dengan seorang pemuda cakap lagi tampan. Putri Jaleka kemudian pergi ke Mesir, namun ia tidak menjumpai pemuda impiannya tersebut tetapi justru lalu ia ? dengan terpaksa ? diperisteri oleh Raja Mesir yang tidak dicintainya. Suatu ketika Permaisuri Jaleka bersemuka dengan Yusuf secara tidak disengaja, maka seketika teringatlah ia akan mimpinya dahulu. Mulai saat itu mulailah ia berusaha merebut perhatian Yusuf, baik dengan cara yang halus maupun secara terang-terangan. Yusuf menolak dengan tegas keinginan Permaisuri Jaleka, akhirnya difitnah dan selanjutnya dipenjarakan dengan dakwaan ingin berbuat nista terhadap Permaisuri Jaleka. Yusuf yang dikaruniai kelebihan dari Allah, yakni mampu membaca arti mimpi seseorang, menolong menjelaskan mimpi dua orang tahanan lainnya yang ternyata mantan pelayan istana. Ramalannya yang jitu terhadap mimpi kedua pelayan tersebut akhirnya akan membawanya keluar dari rumah para pesakitan yang telah lama dihuninya. Salah seorang pelayan yang pernah ditolong oleh Yusuf, menyampaikan saran kepada Raja Mesir tatkala Raja Mesir tersebut tengah dilanda kesulitan untuk menemukan jawaban dari mimpi yang dialaminya. Yusuflah yang akhirnya mampu memberikan makna mimpi yang dimaksud. Setelah dibebaskan tidak berapa lama Yusuf dinobatkan menjadi Raja Mesir. Berkat kekuasaan dan kemurahan Allah, Jaleka yang usdah lanjut usia kembali dimudakan lahir dan batinnya untuk dipersandingkan dengan Yusuf. Yusuf yang telah menjadi Raja Mesir juga tidak melupakan orang-tua dan saudara-saudaranya. Mereka semua diajak ikut merasakan kenikmatan yang dianugerahkan Allah kepadanya. Teks cerita Yusuf dalam naskah ini dibandingkan dengan edisi cetakan yang dikeluarkan oleh Balai Pustaka, maupun berbagai redaksi dalam koleksi Van der Tuuk yang dikemukakan oleh J.A. Brandes (III: 361-370) menunjukkan adanya perbedaan, yakni jumlah pupuhnya lebih banyak (29 buah). Namun demikian adapula beberapa buah pupuh yang sama di antara keduanya. Lihat Serat Yusup edisi cetakan yang diterbitkan Bale Poestaka (Batavia Centrum, 1941). Bandingkan pula dengan kupasan tentang Serat Yusup dalam analisis dalam Titik Pudjiastuti berjudul Peranan Serat Yusup di dalam Kehidupan Masyarakat Jawa (Jakarta: FSUI, 1984)."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CI.119-G 83
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini merupakan deskripsi enam buah naskah lontar berjudul Carita Yusup yang terdapat di Bataviasch Genootschap, koleksi J.A. Brandes. Deskripsi yang dikerjakan oleh Van Mullen ini hanya menyebutkan keadaan fisik dan keterangan singkat naskah. Van Mullen tidak mengemukakan perihal nomor koleksi masing-masing naskah tersebut. Untuk dapat mengetahui nomor-nomor naskah koleksi Brandes, periksa Jaarboek 1933, h.313-315. Keterangan bibliografi tentang Serat Yusup dapat dilihat pada FSUI/CI.119. Naskah ini didapat Pigeaud dari Van Mullen pada bulan April 1925. Tidak ada catatan lain yang menginformasikan tentang titimangsa penyalinan, namun berdasarkan kertas yang digunakan teks ini diperkirakan disalin pada satu sampai dua dasawarsa pertama awal abad ke-20"
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CI.121-L 10.06
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini merupakan ringkasan atau cuplikan daftar pupuh dari sebuah lontar asal Sampang yang dimiliki oleh Dr. Klaverweiden, Surabaya. Teksnya persis sama dengan FSUI/CI.119, yang memang diturun dari lontar Madura yang sama. Lihat deskripsi naskah CI.119 tersebut untuk keterangan selanjutnya."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CI.122-L 13.01
Naskah  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>