Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 52811 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abdul Wahid Setia Budi Cahyono
"Fenomena underpricing saham perdana dapat diketahui dari adanya Initial Return (IR) dan Abnormal Return (AR) yang positif IR dapat dihitung dengan cara membagi selisih antara harga penutupan hari pertama diperdagangkan dan harga penawaran perdana dengan harga penawaran perdananya. Sedangkan AR didapat dengan cara mengurangkan return suatu saham dengan expected return saham itu. Dalam penelitian ini expected return diukur dengan menggunakan dua pendekatan. Pendekatan pertama disebut market adjusted. Pada pendekatan ini expected return untuk suatu saham adalah return dari keseluruhan pasar modal dimana saham tersebut diperdagangkan. Sedangkan pada pendekatan kedua, expected return diukur dengan menggunakan modified market model. Model ini adalah koreksi/modifikasi Bambang Hermanto terhadap market model yang telah ada sebelumnya. Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Jakarta dengan periode penelitian dari Januari 1996 sampai dengan Juli 2000. Populasi penelitian adalah semua saham yang melakukan Penawaran Perdana. Sementara sampelnya adalah saham-saham yang aktif diperdagangkan selama periode observasi dan periode estimasi. Agar kriteria ini tidak bersifat subyektif, maka yang menjadi sampel adalah sahamsaham yang merupakan komponen penyusun dalam indeks LQ 45. Penelitian ini tidak memasukkan unsur biaya transaksi, sehingga emiten yang melakukan dual listing pada dua bursa dengan yurisdiksi pasar modal yang berbeda (contoh listing di BEJ dan NYSE) pun dikeluarkan dari sampel. "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
S19414
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eppy Karwiyani
"Ketika Indonesia dilanda krisis keuangan dan ekonomi pada pertengahan tahun 1997, tidak sedikit perusahaan yang tidak dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya, apalagi mengembangkan kinerja perusahaannya. Hal tersebut membuktikan bahwa betapa sangat berpengaruhnya kondisi perekonomian terhadap kelangsungan hidup sebuah perusahaan.
Latar belakang permasalahan tersebut menimbulkan ide untuk melihat pengaruh variabel-variabel ekonomi terhadap tingkat pengembalian investasi saham dan membandingkannya pada dua periode penelitian, yaitu periode sebelum krisis dan periode setelah krisis ekonomi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan perubahan pengaruh (baik arah maupun nilai/besaran) variabel-variabel ekonomi terhadap tingkat pengembalian investasi saham pada dua periode penelitian. Data diperoleh dari (1) Bursa Efek Jakarta, yaitu berupa data harga penutupan saham individual (close price) 104 saham terpilih sejak bulan Januari 1992 sampai dengan bulan Maret 2004 dan data Indeks Harga Saham Gabungan; (2) Bank Indonesia, yaitu berupa data nilai tukar Rp/USD, data tingkat suku bunga deposito 3 bulanan pada bank persero dan data harga emas 24 karat di Jakarta; (3) Biro Pusat Statistik berupa data Produk Domestik Bruto (PDB) dan data tingkat inflasi. Data yang digunakan adalah data triwulanan yang dirata-ratakan dari data bulanan (kecuali data PDB yang tetap berupa data triwulanan).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa enam variabel independen yaitu variabel tingkat pengembalian pasar (IHSG), PDB, tingkat inflasi, tingkat bunga deposito, nilai tukar Rp./USD dan harga emas secara bersama-sama dapat menjelaskan atau berpengaruh terhadap tingkat pengembalian investasi saham baik pada periode sebelum krisis maupun pada periode setelah krisis yang ditunjukkan dengan koefisien determinasi sebesar 63,9% pada periode sebelum krisis dan 69,7% pada periode setelah krisis.
Berdasarkan uji F diketahui bahwa model regresi yang digunakan baik pada periode sebelum krisis maupun periode setelah krisis adalah signifikan sehingga dapat memprediksi tingkat pengembalian investasi saham. Sementara dari uji t diketahui bahwa pada periode sebelum krisis hanya variabel IHSG saja yang berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengembalian investasi saham, sementara pada periode setelah krisis variabel PDB dan Harga Emas juga berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengembalian investasi saham disamping variabel IHSG.
Berdasarkan arah hubungan masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat diperoleh gambaran bahwa pada periode sebelum krisis hanya satu variabel (PDB) yang memiliki arah hubungan berlawanan arah atau negatif (-) dengan tingkat pengembalian investasi saham. Sementara pada periode setelah krisis berubah menjadi tiga variabel (PDB, Inflasi dan Harga Emas) yang memiliki arah hubungan berlawasan arah atau negatif.
Dari hasil penelitian dikaitkan dengan kontribusi secara signifikan masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat dan konsistensi arah hubungan sebelum dan setelah krisis, hanya indeks harga saham gabungan yang layak untuk dijadikan barometer dan alat estimasi bagi para investor untuk menilai tingkat pengembalian investasi.

As Indonesia suffered finance and economic crisis in the midst 1997, lots of companies incapable to survive, furthermore to improve their performance. It's proven that economic atmosphere affect a company's survival.
The background resulted an idea to scrutinize economic variables effect to stocks return and we can compare it with two periods of researches, pre-economic crisis and post-economic crisis period.
These researches concern on to find out the effect and changes of effect (either direction or value/scale) of economic variables toward stocks return within two researches periods.
Data obtained from (1) Jakarta Stock Exchange : close price data as 104 stocks selected since January 1992 through March 2004 and Composite Stock Price Index (CSPI); (2) Bank Indonesia : Rp/USD exchange rate, 3-monthly-deposit interest rate at state bank and 24-can-at-gold prices in Jakarta; (3) the Central Statistics Agency: Gross Domestic Product (GDP) and inflation rate. The data, in use, are quarterly which is on the average from monthly-data (except GDP, in quarterly, remain).
The research result shows that six independent variables : CSPI, GDP, inflation rate, deposit interest rate, exchange rate of Rp./USD and gold prices concurrently enable to explain or may affect stock return both in pre-crisis and post-crisis and indicated in determination coefficient amount to 63.9% before crisis and after crisis, 69.7%.
Pursuant to the F-test, figured that regression model in use in pre-crisis or post-crisis is significant, then it capable to predict stocks return. While of the t-test indicated that before crisis period, CSPI variable significantly affect to stocks return, only, meanwhile after crisis period, GDP variables and Gold Prices also affect significantly to stocks return besides CSPI variables.
Based on correlation of independent variables to dependent variables find that before crisis period, there shall be one variable (GDP) in possession of opposite correlation or negative (-) with stocks return. On the other hand, in post-crisis period changed into three variables (GDP, Inflation and Gold Prices) in possession of opposite correlation or negative.
Of the researches result, in sum, we can relate it to significantly-contribution from each of independent variables toward dependent variable and consistency of correlation before and after crisis, it shall Composite Stock Price Index, only, be appropriate to be barometer and estimation equipment for investors to review stocks return and situation of stock exchange market at JSX.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13957
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sautma Ronni Basana
"Penawaran Umum Perdana (Initial Public Offering, disingkat IPO) atau go publik merupakan salah satu alternatif sumber pendanaan melalui peningkatan ekuitas perusahaan dengan Cara menawarkan saham kepada masyarakat. Penetapan harga saham perdana pada IPO atau pada saat go publik sangat sulit, karena tidak ada harga pasar sebelumnya yang dapat diobservasi untuk dipakai sebagai penetapan penawaran. Selain itu, kebanyakan dari Perusahaan yang akan go publik mempunyai sedikit atau bisa juga tidak ada pengalaman terhadap penetapan harga ini. Untuk hal tersebut di atas, Perusahaan yang hendak go publik berhubungan dengan Underwriter dalam usaha bersama menetapkan harga saham.
Terdapat Anomali dalam IPO ini yang dapat difragmentasikan menjadi tiga : Pertama, Underpricing / Positive Initial Return (IR), adapun yang dimaksud Underpricing adalah harga perdana (IPO) berada di bawah harga Pasar Sekunder yang terjadi setelah Pasar Perdana berakhir. Kondisi ini juga menyebabkan terjadinya Positive Initial Return (IR) ). Perhitungan dilakukan lewat : (Aftermarket Price - Offer Price)/Offer Price * 100%].Bukti empiris di berbagai negara menunjukkan bahwa Anomali ini terjadi juga di berbagai bursa negara lain. Kedua, Kinerja Jangka Panjang yang jelek ( Long Term Underperfbmance of IPO Shares). Ketiga, Pasar Hot dan Cold, Pada saham- saham IPO pada periode Hot mempunyai kinerja jangka panjang yang lebih jelek dibanding sahamsaham IPO pada periode Cold.
Penelitian ini mencoba menjelaskan fenomena Anomali IPO tersebut pada Pasar Modal Indonesia yang ada di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Studi yang dilakukan untuk menjelaskan fenomena tersebut menggunakan penjelasan Withdrawn IPO (WIPO) Model yang dikembangkan Roy Sembel(1996) sebagai penjelasan atau model terbaru dalam menjelaskan fenomena Anomali IPO. Model ini berpijak pada lima konsep dasar: (1) IPO dapat dilakukkan penundaan; (2) Reputasi Underwriter jadi penting; (3) Terdapat dua grup Investor: Pertama, Frequent Investor (Investor yang berpengalaman), Kedua, Occasional Investor (Investor yang tidak berpengalaman) ; (4) Keheterogenan penilaian Investor ; (5) Faktor Random dan Sistematis yang mempengaruhi Excess Demand saham IPO. Pengamatan dilakukan dari tahun 1992 hingga Maret 1998. Sampel yang digunakan adalah Perusahaan yang melakukan IPO selama kurun waktu tersebut dan ditemukan sebanyak 153 Perusahaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama periode 1996 hingga Maret 1998, dengan menggunakan metode Weighted Average Model, WIPO Model mampu menjelaskan 7,83% dari 13,79 % (56,78 %) fenomena anomali pada rata-rata positif IR terhadap IPO yang dapat terobservasi, sedangkan dengan menggunakan The Truncated a - Left Tail Model dan Gradually Decreasing Probability of Withdrawal Model menjelaskan 5,6328 % dan 3,6 % dari 13,79 % rata-rata positif Initial Return (IR).
Selanjutnya, Penelitian menghasilkan faktor Offer price, Age dan Risk sebagai Proxy yang baik dari Uncertainty. Hasil ini berarti ketiga faktor tersebut dalam WIPO Model dapat digunakan untuk menunjukkan tingkat/level keheterogenan penilaian Investor. Penelitian juga melihat adanya hubungan positif yang signifikan antara positif Initial Return (IR) dengan Excess Demand.
Untuk Penelitian terhadap Kinerja Jangka Panjang yang jelek sebagai fenomena Anomali yang kedua, diambil sampel sebanyak 81' Emiten yang melakukan IPO pada tahun 1992,1993 dan 1994 agar Kinerja Jangka Panjang selama I tahun, 2 tahun dan 3 Tahun secara konsisten dapat teramati. Hasil menunjukkan bahwa dalam jangka panjang saham IPO berkinerja jelek, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa dalam jangka panjang, Kinerja Jangka Panjang saham-saham IPO (termasuk IR disertakan) adalah not hanya berada di tahun pertama saja.
Pada fenomena Anomali ketiga, Penelitian juga memperoleh hasil bahwa pada Pasar saham Hot, kinerja jangka panjangnya sesudah tahun kedua lebih jelek dibandingkan dengan kinerja jangka panjang saham Cold , hasil ini juga konsisten dengan WIPO Model."
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Wayan Thirtha M. K.
"Pada akhir tahun 2005 di Bursa Efek Jakarta telah tercatat 432 emiten, dimana dari semua saham yang ada memiliki nilai kapitalisasi dan tingkat likuditas, serta menawarkan tingkat pengembalian dan tingkat risiko yang berbeda-beda. Nantinya hal-hal tersebut akan menjadi pertimbangan investor ketika memilih saham dan menginvestasikan dananya.
Investor dapat meminimalkan risiko yang ditanggungnya dan memaksimalkan tingkat keuntungan yang diperolehnya dengan Cara membentuk portofolio optimal. Periode dalam penelitian ini adalah Januari 2004-Oktober 2006, penelitian akan menggunakan model indeks tunggal untuk membentuk portofolio optimal dari seluruh saham yang telah dan masih tercatat selama periode penelitian (portofolio I) dan membentuk portofolio optimal dari sahamsaham yang konsisten terpilih sebagai penyusun I,Q45 selama periode penelitian (portofolio II). Sesuai dengan model indeks tunggal, pembentukan portofolio optimal dilakukan dengan memasukan saham-saham yang memiliki nilai excess return to beta (ERB) diatas cut-off rate.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan single index model dalam pembentukan portofolio optimal dan menganalisis kinerja dari portofolio tersebut. Model indeks tunggal yang dipergunakan yaitu apabila short sales tidak diperkenankan, sesuai dengan peraturan BE.T. Hipotesis yang hendak diuji adalah apakah kinerja portofolio II akan mengungguli portofolio I. Perbandingan kedua portofolio ini akan dilakukan berdasarkan return portofolio (In), beta portofolio (J) dan Treynor Measure. Penelitian juga akan melihat apakah ada saham yang masuk dalam portofolio optimal II tetapi tersisih dalam portofolio I.
Dari hasil penelitian, portofolio I terbentuk dengan komposisi 33 saham. Dimana saham Bank NISP tbk (NISP) memiliki proporsi dana terbesar yaitu 9303%. Portofolio II terbentuk dengan komposisi 8 saham, dimana saham Astra Argo Lestari tbk (AALI) memiliki proporsi dana terbesar yaitu 27.992%, sedangkan saham Astra International tbk (ASII) memiliki proporsi dana terkecil yaitu 0.473%. Terdapat 5 saham dalam portofolio 11 yang tidak masuk ke dalam saham penyusun portofolio I, yaitu United Tractors tbk (UNTR), Aneka Tambang tbk (ANTM), Bumi Resources tbk (BUMI), Tambang Batubara Bukit Asarn tbk (PTBA) dan Astra International tbk (ASH). Hal ini terjadi dikarenakan dalam perhitungan portofolio I ketiga saham tersebut mempunyai nilai ERB < unique cut-off point portofolio I. Sehingga dapat disimpulkan tidak selalu saham-saham yang berada dalam Indeks LQ45 dapat mengungguli saham-saham di luar LQ45.
Dari basil perbandingan, tingkat pengembalian portofolio II mengungguli portofolio I sebesar 2.4169%. Dan resiko portofolio II juga lebih tinggi dari portofolio II sebesar 0.341235. Hal ini menunjukkan hubungan antara risk dengan return, dimana semakin tinggi return yang diharapkankan maka akan semakin tinggi juga risiko yang harus diambil.
Nilai Treynor Measure portofolio II (0.034528032) lebih besar dart portofolio I (-0.005277947), sehingga slope (kemiringan) garis portofolio II dengan R f lebih besar daripada garis portofolio I dengan R f yang menandakan perbandingan antara return dan risk portofolio II lebih bail( dari portofolio I, sehingga dapat disimpulkan portofolio II lebih unggul kinerjanya dart portofolio I.

At the end of 2005, there had been 432 stocks that listed in Bursa Efek Jakarta (BEJ). Which from all the stock that listed, they had a different value of capitalization and liquidity, they also offered different rate of return and risk. Which this will be a factor for investor in choosing stocks for their investment.
Investor could reduce the risk they take and maximize the return they have by making an optimum portfolio. The periods of this research is January 2004 - October 2006, the research will use single index model for making optimum portfolio. Portfolio I will be selected from all the stocks that had and still active in BEJ in the period of research, while Portfolio II will be selected from the stocks that had been selected in LQ45 in the period of research. Based on single index model, the making of optimum portfolio will be executed by selecting the stocks that have excess return to beta (ERB) above the cut-off rate.
The goal of this research is to know how to use single index model in making an optimum portfolio, and to analyze the portfolio performance. The using of the model is based on the rule of BEJ, which there are no short sales allowed. The hypothesis that will be tested is; is portfolio II will outperformed portfolio I? The comparison of portfolio will be conducted based on the return of portfolio (R.p), beta portfolio (Op), and Treynor Measure. And in this research we will see if there is a stock that listed in portfolio II but not listed in portfolio I.
The result from the research, portfolio I is formed by 33 stocks, which Bank NISP tbk (NISP) has the largest proportion of funds with 9.303%. Portfolio II is formed by 10 stocks, which Astra Agro Lestari tbk (AALI) has the largest proportion of fund with 27.992%, while Astra International tbk (ASII) has the lowest proportion with 0.473%. There are 5 stocks in portfolio II that not included in portfolio I; they are United Tractors tbk (UNTR), Aneka Tambang tbk (ANTM), Bumi Resources tbk (BUMI), Tambang Batubara Bukit Asam tbk (PTBA) and Astra International tbk (ASII). This is because in they all had a value of ERB lower than the unique cut of point portfolio I. So, not all the stocks in LQ45 can outperform other stocks in BEJ.
From the comparison of portfolio, the return of portfolio II outperform portfolio I with 2.416%. And the risk of portfolio II is also bigger than portfolio I with 0.341235. This result showed that there is a connection between risk and return, the higher ther return we expected, the higher the risk we must take.
Portfolio II has a higher Treynor Measure than portfolio I with 0.0398059 (0.034528032-(-0.0052779), which this can showed that portfolio II have a better risk and return ratio than portfolio I. So the conclution of the research is; portfolio II is outperformed portfolio I."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
T19730
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sijabat, Heber P.
"For investor, stock return is very important. They only interested in stocks that has promised positive returns. Trend analysis, moving average method, seasonal method, and error factor are factors that are greatly affected cycles. This conclusion is backed up by calculation using methods, formulas, regression technique quantitative approach and descriptive methods. In a short period of time, constant trend in moving average itself caused the stock cycle. For LQ-45 stocks, two years period of cycles are affected by seasonal factors. Stock return greatly affected stock price?s ups and downs. However, these techniques only provide prediction, not an exact result."
Bisnis & Birokrasi: Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi, 2009
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Akhmad Muthosim
"Dalam pasar modal prinsip keterbukaan berlaku secara universal. Prinsip keterbukaan ini amat diperlukan oleh investor untuk menyakinkan dirinya mendapatkan informasi yang benar dan lengkap. Suatu pasar modal dikatakan fair dan efisien apabila semua pemodal memperoleh informasi dalam waktu yang bersamaan disertai kualitas informasi yang sama. Dari segi yuridis adanya keterbukaan ini merupakan jaminan bagi investor untuk terus mendapatkan informasi. Salah satu teori yang berkaitan dengan informasi yang mempengaruhi harga saham adalah hipotesis pasar modal yang efisien (efficient capital market hypothesis/ECMH). Suatu harga saham harus didasarkan pada pernyataan yang akurat dari manajemen perusahaan. Penyampaian informasi yang tidak akurat dapat mengakibatkan pasar yang tidak efisien. Salah satu kasus mengenai keterbukaan informasi adalah penghentian sementara (suspend) perdagangan saham PT. Suryainti Permata Tbk oleh PT. Bursa Efek Jakarta dikarenakan SlIP belum menyampaikan prosedur administratif etas rencana pembagian dividen saham sesuai dengan Peraturan IX.D.5. Akibat lain adanya pelanggaran keterbukaan informasi, SIIP juga dikenakan sanksi administratif berupa membayar denda kepada Bapepam--LK dan nilai sahamnya menjadi turun."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
T19630
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Astuti
"Penelitian ini mencoba untuk membahas mengenai determinan struktur modal pada perusahaan yang saham-sahamnya masuk dalam LQ45.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji apakah beberapa determinan struktur modal tertentu seperti tangibility, profitability, growth, dan ownership structure dapat mempengaruhi struktur modal perusahaan di Bursa Efek Jakarta., dan apakah perilaku struktur modal perusahaan sesuai dengan teori struktur modal yang ada.
Penelitian menggunakan leverage (total debt to total assets) sebagai proxi dari struktur modal. Sampel penelitian diarnbil dan saham-saham yang secara konsisten tercatat pada lndeks LQ45 periode 2003-2004 serta merupakan perusahaan yang bergerak pada industri non keuangan. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan metode regresi linier berganda.
Hasil dari penelitian memperlihatkan hasil yang signifikan antara leverage dan tangibility (+) untuk data cross section tahun 2003 dan 2004, sama seperti hasil panel data. Profitability (-) pada tahun 2003 untuk data cross section dan panel data. Ownership (+) untuk data cross section tahun 2003 dan 2004 dan data panel, sedangkan variabel growth tidak memberikan hasil yang signifikan pada periode 2003 dan 2004.

This paper try to explain about the determinant of capital structure from the company which are listed in index LQ45.
The purpose of this paper is to examine how the detemiinant of capital structure like tangibility, profitability, growth and ownership structure effect the capital structure of listed companies in the Jakarta Stock Exchange and to examine whether the behavior of companies? capital structure follows the theory of capital structure.
In this paper the capital structure is proxied by leverage (total debt to total assets). The sample was derived from stocks that is consistently listed in Index LQ45 from 2003-2004 and non tinance industry. The data was examined using cross section and panel method.
The result suggest a significant correlation between leverage and tangibility (+) in 2003 and 2004, profitability (-) in 2003, and ownership (+) in 2003 and 2004, where panel data give the same result. Growth variable didn?t give a significant result in 2003-2004."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T17002
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Augustina Kurniasih
"Dalam upaya memaksimalkan nilai perusahaan, ada tiga keputusan penting yang perlu diambil perusahaan yaitu keputusan investasi, pendanaan, dan dividen. Kebijaksanaan dividen yang diambil suatu perusahaan publik akan mempengaruhi harga saham perusahaan tersebut. Selama ini kajian kebijaksanaan dividen perusahaan-perusahaan publik yang listed di Bursa Efek Jakarta lebih banyak ditujukan terhadap dividen tunai. Padahal pembagian dividen dalam bentuk saham termasuk pemberian saham bonus cukup banyak dilakukan perusahaan publik di bursa tersebut.
Pemberian saham bonus merupakan salah satu bentuk corporate action di Bursa Efek Jakarta. Adanya informasi resmi mengenai pemberian saham bonus secara material dapat mempengaruhi harga saham yang selanjutnya juga akan mempengaruhi aktivitas perdagangan saham di bursa.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pengumuman pemberian saham bonus mengandung informasi yang berpengaruh terhadap harga saham dan volume perdagangan di Bursa Efek Jakarta. Jika pengumuman pemberian saham bonus mempunyai kandungan informasi yang relevan, maka akan terjadi perubahan harga dan aktivitas perdagangan di sekitar waktu pengumumannya.
Pemberian saham bonus serupa dengan pembagian dividen saham. Penelitian yang dilakukan Foster 111 dan Vickrey (1978) menemukan bahwa pasar menggunakan informasi stock dividend dalam membentuk keseimbangan harga sekuritas. Pada penelitian tersebut reaksi pasar terjadi tidak lama dari declaration date, dan informasi tersebut cenderung menghasilkan abnormal return yang positif, Selanjutnya pada penelitian ini juga dilihat pengaruh size perusahaan terhadap abnormal return dan abnomal volume. Kemudian juga diteliti keberadaan hubungan antara perubahan harga dengan perubahan aktivitas perdagangan.
Penelitian ini merupakan event study, dengan menggunakan periode pengamatan tahun 1990 sampai dengan tahun 1993. Periode tersebut diambil dengan pertimbangan pada tahun-tahun itu Bursa Efek Jakarta berada pada kondisi bearish maupun bullish. Perusahaan yang dijadikan sampel penelitian adalah perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dan memenuhi beberapa kriteria seleksi yang telah ditetapkan.
Dalam penelitian ini untuk penghitungan abnormal return digunakan tiga pendekatan, yaitu pendekatan market model, market adjusted return, dan mean adjusted return. Sedangkan untuk penghitungan abnormal volume digunakan pendekatan median dan mean.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama periode 1990-1993, dengan menggunakan tiga pendekatan pengukuran abnormal return ternyata pengumuman pemberian saham bonus mengandung informasi yang relevan sehingga mempengaruhi harga saham yang menyebabkan investor memperoleh abnormal return.Hal ini terlihat dari terjadinya nilai abnormal return yang positif dan signifikan di sekitar waktu pengumuman pemberian saham bonus, baik pada pengamatan sampel secara keseluruhan maupun terhadap saham-saham yang aktif diperdagangkan. Demikian pula halnya dengan volume perdagangan. Informasi pemberian saham bonus digunakan investor untuk melakukan transaksi di pasar modal sehingga di sekitar waktu pengumuman saham bonus terjadi perubahan aktivitas perdagangan saham, yang terlihat dari terjadinya abnormal volume yang signifikan.
Selanjutnya, pada penelitian ini ditemukan bahwa size perusahaan mempengaruhi besar/kecil abnormal return dan abnormal volume yang terjadi. Setelah melakukan kontrol terhadap variabel beta (risiko) ditemukan bahwa hubungan antara abnormal return dengan size perusahaan adalah terbalik. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi yang negatif dan signifikan. Kondisi yang sama dijumpai pada hubungan antara abnormal volume dengan size perusahaan.
Kemudian dengan menggunakan uji korelasi Pearson maupun rank Spearman ditemukan bahwa antara perubahan harga dan perubahan volume perdagangan terdapat korelasi yang positif dan signifikan."
Depok: Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ery Sukoco
Depok: Universitas Indonesia, 2007
T24488
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"This research examines the behavior of stock returns and trading volumes around the ex-dates of rights issue offerings by firms listed in Jakarta Stock Exchange (now is known as Indonesia Stock Exchange, after the merger with Surabaya Stock Exchange) in the period of 2002-2007. This research describes the effect of warrants issue which is combined with some rights issue. The methods of research used are event study, to examine the behavior of abnormal returns and trading volumes around the ex-dates of rights issue; and regression, to help discriminate among various hypotheses and identify factors that explain the abnormal stock returns associated with rights issue. The results are categorized in three sample groups: (1) a group of firms issuing rights with warrant, (2) a group of firms issuing rights without warrants, and (3) a group of firms issuing rights in between 2001-2006. Abnormal returns in this research are associated negatively with the amount of capital raise relative to existing capital, and positively with the stock returns variance and the offer price as a fraction of firm’s stock price
"
Bisnis & Birokrasi: Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi, 16 (3) Sept–Des 2009: 188-203,
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>