Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7329 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rio Parnando
"Fenomena penurunan tarip Asuransi Kerugian/Umum, khususnya Asuransi Kebakaran telah berlangsung cukup lama. Semenjak sebelum terjadinya krisis ekonomi pada medio tahun 1997 sudah terasa, namun penurunan tarip tersebut semakin buruk ketika banyak perusahaan yang berguguran di masa krisis ekonomi yang berkepanjangan. Hal ini membawa dampak langsung kepada menurunnya jumlah obyek pertanggungan asuransi sehingga `kue' yang dinikmati industri asuransi kebakaran semakin kecil. Porsi yang semakin kecil tersebut harus diperebutkan oleh jumlah perusahaan asuransi umum yang relatif sama semenjak sebelum krisis ekonomi, yakni 105 perusahaan. Kondisi diatas direspon oleh kebanyakan perusahaan asuransi umum dengan strategi klasik, yakni menurunkan harga tarip/sulcu premi asuransi kebakaran. Sayangnya penurunan tersebut terlalu drastis dan kadangkala tidak wajar sehingga terjadilah `Perang Tarip' dalam industri asuransi kebakaran. Dalam kondisi ini terjadi juga yang disebut `neighbourhood rate' dimana pertimbangan tarip calon Tertanggung lebih berdasarkan kepada berapa rendah tarip yang sanggup diberikan sebuah perusahaan asuransi umum dibandingkan dengan perusahaan asuransi umum lainnya. Kondisi tersebut tentu jauh dari tarip yang dikeluarkan Dewan Asuransi Indonesia (DAI) melalui Biro Tarip-nya, apalagi ada opini yang mengatakan bahwa tarip yang dikeluarkan Biro Tarip-DAI terlalu tinggi, tidak sallable dan tidak kompetitif di pasar. Skripsi ini dibuat guna mengetahui perbedaan metode penetapan tarip/suku premi asuransi kebakaran, khususnya dalam kelompok kode okupasi Industrial Risks' ; perbedaan range tarip/suku premi yang dihasilkan berdasarkan metode yang digunakan, serta sejauh mana perbedaannya dengan tarip dari Biro Tarip-DAI. Penelitian dilakukan terhadap sebuah perusahaan asuransi umum swasta nasional dan sebuah perusahaan asuransi umum joint venture dengan memperbandingkan metode yang digunakan, range tarip yang dihasilkan serta perbandingannya dengan tarip DAI dan posisinya di dalam pasar asuransi kebakaran. Data primer diperoleh dari kedua perusahaan yang diuji, DAI dan Badan Pengelola Pusat Data Asuransi Nasional (BPPDAN) yang juga dilengkapi wawancara dengan beberapa praktisi asuransi kebakaran serta studi literatur. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pada kedua perusahaan yang diuji, lebih banyak kode okupasi dengan range tarip yang lebih tinggi dari tarip DAI karena terjadinya penurunan suku premi pada Property 2002 dibanding Buku Tarip 1999, range tarip yang lebih rendah dari DAI karena terjadi kenaikan suku premi pada Property 2002. Selain itu opini yang mengangggap tarip DAI terlalu tinggi dan tidak kompetitif terbukti salah ; justru dengan tarip DAI pada Property 2002 memungkinkan perusahaan asuransi menetapkan tarip/suku premi yang lebih rendah namun tetap dalam batas wajar dan aman. Dengan kondisi di atas, perusahaan asuransi umum disarankan untuk menggunakan Property 2002 dalam kebijakan penetapan tarip/suku premi asuransi kebakaran agar tarip yang ada di pasar tidak terlalu jauh jaraknya seperti yang terjadi sekarang. Selain itu pemerintah atau DAI sebaiknya segera melakukan tindakan konkret untuk memperbaiki/mencegah `perang tarip' yang berkelajutan guna mencegah dampak negatif yang mungkin terjadi. "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
S18712
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"This research aimed to give illustration of profit achievement through determination of premium income based on technical assumptions that could be controlled by the company. This model could generally be used as a management tool to take the decision and to arrange the company work planning through allocation of company’s resources. The research was carried out at BRIngin Life Syariah (BLS) company. The results of this study showed that premium income achievement to reach the break even point depended on the kind of insurance products marketed, the operational cost, the investment yield and the risk level of clients. Based on the analyses of profit testing and sensitivity, the product of Tabarru’ produced a better break even point and profit indicator than the insurance products that had the savings element. The results showed that the product of Tabarru with the operational cost between IDR 247,500.0 – IDR302,500.00 per year would reach the break even point between 3.60–5.26 a year. The savings products that had the same operational costs could reach the break even point at 3.91–5.47 a year
"
Bisnis & Birokrasi: Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi, 16 (2) Mei-Agustus 2009: 59-67, 2009
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Hakam
"Tenaga listrik telah menjadi kebutuhan yang tak terhindarkan bagi sebagian besar masyarakat den bisa dikatak an rnenguasai hajat hidup orang banyak, oleh karena itu Pemerintah yang diwakili Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN) harus menyediakan dalam jumlah yang cukup, kehandalan dan mum yang balk, dan harga yang tepat. Harga yang tepat di sini berarti memenuhi kriteria yang ditetapkan undang-undang den sekaligus rnemungkinkan PLN untuk menghasilkan laba. Dengan demikian, penetapan tarif dalam perusahaan ini menjadi sangat komplek dan menjadi masalah yang sangat penting. .Berdasarkan observasi dan studi kepustakaan, penulis berusaha menyusun skripsi mengenai masalah ini. Proses penetapan tarif pada perusahaan kelistrikan bisa dibagi dalam dua tahap yaitu menentukan harga pokok pelayanen (cart of service/ yang ekuivalen dengan pendapatan yang dibutuhkan, kemudian merancang struktur tarif yang akan memenuhi pendapatan tersebut dengan memperhatikan kriteria yang ditetapkan pemerintah. Dalam tahap pertarna perusahaan harus memperhatikan kontribusi masing-masing pelanggan terhadap biaya yang ditanggung perusahaan yang bisa dibagi dalam tiga kelompok yaitu karakteristik permintaart, jumlah pemakaian, dan karakteristik pelayanan dari masing-masing pelanggan. Sedangkan dalam tahap kedua, faktor yang paling menentukan adalah judgement PLN melakukan tahap pertama dengan menghitung harga pokok penjualan untuk tiap jenis tegangan yang disalurkan dan harga pokok untuk suatu golongan pelanggan ditentukan sesuai dengan tegangan yang dimintanya. Jadi PLN mengalokasikan biaya bukan kepada pelanggan akan tetapi kepada jenis tegangan. Di sini berarti PLN tidak memperhatikan faktor yang menyebabkan biaya (cost driver) dalam mengalokasikan biaya kepada pelanggan sehingga menyebabkan alokasi biaya yang tidak adil. Di samping itu, perhitungan PLN ini menghasilkan HPP hanya per kWh yang mana hal ini tidak konsisten dengan tarif yang ditetapkannya yaitu per kVA (biaya beban) dan per kwh (biaya pemakaian). Sedangkan pada tahap kedua, PLN telah mempertimbangkan kriteria-kriteria yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Oleh karena itu, dalam proses penetapan tarif ini, PLN perlu meninjau kembali metode perhitungan harga pokok penjualan yang dipakainya. Mengingat masalah ini cukup penting dan juga rumit, PLN perlu membentuk bagian tersendiri dalam struktur organisasinya untuk melaksanakan tugas ini. "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1994
S18650
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wawan Maryanto
"Skripsi ini membahas masalah dalam asuransi kerugian mobil, yaitu mencari nilai tingkat premi bagi suatu group peserta yang bergabung dengan group lain membentuk konsorsium Asuransi Kolektif. Proses penawaran tingkat premi yang kemudian diikuti dengan penertapan tingkat premi bagi suatu group peserta Asuransi Kolektif diselesaikan dengan bantuan Teori Game.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panjaitan, Mery Natacha
"Risiko kerugian yang disebabkan oleh kebakaran sudah tidak dapat dipandang ringan lagi saat ini. Disamping kerugian moril, material, bahkan jiwa juga mengakibatkan terkendala bahkan terhentinya proses produksi maupun kerusakan lingkungan sekitar kebakaran. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kebakaran DKl Jakarta, kebakaran yang terjadi di 1bukota 10 tahun belakangan ini mengalami kenaikan yang cukup tajam. Penyebabnya beragam, dan sebagian besar kehancuran itu menimpa bangunan konstruksi.
Banyak faktor pendukung penyebab kebakaran pada bangunan, khususnya bangunan tinggi di DKI Jakarta. Sehingga dapat dikatakan hampir semua pemilik maupun pemakai bangunan gedung tinggi di DKI Jakarta telah mengasuransikan gedungnya.
Saat ini, penetapan premi asuransi kebakaran menjadi masalah yang rumit bagi pihak asuransi kebakaran karena begitu banyaknya faktor-faktor yang harus diperhitungkan yang sebahagian besar menggunakan penilaian secara kualitatif. Sehingga yang paling dibutuhkan oleh pihak asuransi khususnya kebakaran, adalah ketelitian dan pengalaman mereka dalam menetapkan premi asuransi.
Dari data survei risiko yang penulis peroleh, dapat diketahui faktor-faktor pendukung bangunan tinggi yang harus diperhatikan dalam melawan api.
Walaupun setiap asuransi dan pihak surveyor tidak memiliki acuan yang resmi untuk dijadikan sebagai bahan penilaian mereka di lapangan. Dengan menggunakan program statistik, diperoleh 3(tiga) variabel penentu yang diperhitungkan memiliki pengaruh yang besar dalam melawan api. Diantara masing-masing komponen memberikan kontribusi sebagai berikut, 40,9% disebabkan oleh sistem struktur tiang, 22,2% disebabkan oleh struktur lantai, dan 22,4% disebabkan oleh PML(Probability Maximum Loss)."
2002
T5670
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penulisan ini dilakukan untuk mengkaji penetapan tarif premi pada beberapa perusahaan asuransi yang ada di Indonesia. Metode yang dilakukan adalah menggunakan perhitungan-perhitungan aktuaria. Perbandingan mengenai pembentukkan tarif premi pada beberapa perusahaan asuransi tersebut, juga dilakukan analisa tentang kesesuaian antara tarif premi, dengan manfaat yang akan diterima tertanggung, biaya yang dikeluarkan perusahaan asuransi dan keuntungan yang diperoleh perusahaan asuransi. Dari analisa tersebut dapat dilakukan penilaian tentang penetapan tarif premi pada beberapa perusahaan asuransi tersebut. "
Universitas Indonesia, 2007
S27720
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Kesehatan, 2001
368.382 IND j
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Haryanto
"[Tesis ini dilatarbelakangi oleh diterbitkannya regulasi Otoritas Jasa Keuangan Nomor SE-06/D.05/2013 pada tanggal 31 Desember 2013. Kebijakan ini mengatur mengenai tarif premi batas atas dan tarif premi batas bawah. Tarif batas atas ditetapkan dengan tujuan untuk melindungi kepentingan masyarakat dari pengenaan premi yang berlebihan, sedangkan tarif batas bawah untuk mencegah tarif premi yang tidak memadai, yang dapat menyebabkan perusahaan asuransi
tidak mampu membayar kewajibannya. Selain itu, penetapan tarif batas atas dan tarif batas bawah ini diharapkan dapat memberikan ruang bagi perusahaan asuransi untuk bersaing secara lebih sehat, karena akan difokuskan pada pelayanan. Tujuan Tesis ini adalah untuk menganalisis implikasi perubahan kebijakan tarif premi terhadap beban pajak penghasilan pada perusahaan asuransi, perusahaan pembiayaan dan kedua sektor industri tersebut. Untuk menguji apakah kebijakan
tarif premi ini memengaruhi beban pajak penghasilan digunakan alat uji statistik. Berdasarkan interpretasi hasil pengolahan data menunjukan bahwa kebijakan tarif premi tidak menimbulkan perbedaan signifikan terhadap beban pajak penghasilan, baik pada perusahaan asuransi, perusahaan pembiayaan dan kedua sektor industri tersebut;The background of this thesis was the issuance of Financial Services Authority regulation number SE-06/D.05/2013 on December 31st, 2013. This policy regulates the upper limit premium rate and lower limit premium rate. Upper limit rates for the purpose to protect the interests of the community from imposing excessive premium, while the lower limit rates to prevent an inadequate premium rates, which may cause the insurance company is unable to pay its obligations. Moreover, the upper limit and the lower limit tariff setting is expected to create healthtier competition between insurance companies, because it will make companies more focus on services.
This thesis has objective to analyze the implications of changes in the policy premium rates to income tax expense on insurance companies, finance companies and those two industry sectors. To analyze whether premium rate policies affect income tax expense, statistical test equipment is used. Based on the interpretation of the data processing results show that the policy premium rates do not pose a significant difference to income tax expense, either in insurance companies, finance companies and both of industrial sectors., The background of this thesis was the issuance of Financial Services Authority
regulation number SE-06/D.05/2013 on December 31st, 2013. This policy
regulates the upper limit premium rate and lower limit premium rate. Upper limit
rates for the purpose to protect the interests of the community from imposing
excessive premium, while the lower limit rates to prevent an inadequate premium
rates, which may cause the insurance company is unable to pay its obligations.
Moreover, the upper limit and the lower limit tariff setting is expected to create
healthtier competition between insurance companies, because it will make
companies more focus on services.
This thesis has objective to analyze the implications of changes in the policy
premium rates to income tax expense on insurance companies, finance companies
and those two industry sectors. To analyze whether premium rate policies affect
income tax expense, statistical test equipment is used.
Based on the interpretation of the data processing results show that the policy
premium rates do not pose a significant difference to income tax expense, either in
insurance companies, finance companies and both of industrial sectors.]"
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
T44467
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Saputra
"ABSTRAK
Untuk menetapkan tarifpremi asuransi kebakaran yang wajar, perlu dilakukan evaluasi data pengalaman masa lalu berupa data pengalaman klaim yang telah terjadi. Karena data pengalaman klaim masa lalu merupakan faktor utama yang mempengaruhi penetapan tarif premi yang akan dikenakan pada periode tarif masa datang.
Salah satu cara untuk mengevaluasi data pengalaman klaim yang telah teijadi dalam rangka penetapan tarif premi adalah dengan menggunakan teori kredibilitas. Pada teori kredibilitas, data klaim masa lalu yang merupakan data acak dapat dihitung faktor kredibilitasnya, untuk kemudian dipakai sebagai faktor pembobotan bagi perhitungan tarif premi periode masa datang. Tarif premi periode masa datang merupakan hasil kombinasi antara tarif premi tahun sebelumnya dan nilai tertimbang dari tarif premi tahun evaluasi dengan mempertimbangkan faktor kredibilitas.
Dalam karya akhir ini, penetapan tarif premi asuransi kebakaran dengan menggunakan teori kredibilitas dilakukan dengan metode yang telah dikemukakan oleh Hans Buhlmann. Penelitian dilakukan pada 4 (empat) kelompok jenis resiko asuransi kebakaran yang selama ini banyak dikelola oleh PT ISM sebagai salah satu perusahaan asuransi kerugian di Indonesia. Penetapan tarif.
Dengan menggunakan teori kredibilitas, dapat diperoleh perhitungan tarif premi yang mempunyai tingkat kewajaran yang lebih baik dibandingkan dengan tarif yang telah dipakai oleh PT ISM selama ini, sehingga dapat menjadi pedoman dalam melakukan proses underwriting."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Connie Budiharjo
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1984
S17026
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>