Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 65442 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Situmorang, Sahala Tua Paulus
"Desakan globalisasi memaksa semua perusahaan untuk mengendalikan sumber daya yang ada di perusahaan (terutama sumber daya manusia) seefisien mungkin. Salah satu alat yang dapat membantu mengendalikan sumber daya manusia adalah sistem pengukuran kinerja manajer. Karya tulis ini bertujuan untuk mengusulkan sistem pengukuran kinerja manajer yang selaras dengan tujuan perusahaan. Dengan sistem pengukuran kinerja manajer ini diharapkan semua sumber daya manusia yang ada di perusahaan akan termotivasi untuk membantu mencapai tujuan perusahaan. Pengukuran kinerja manajer tradisional yang berdasar atas data akuntansi dirasakan tidak cocok lagi dengan yang dihadapi perusahaan saat ini. Saat ini perhatian perusahaan terfokus pada masalah kualitas, pengiriman yang tepat waktu, waktu proses produksi dan fleksibilitas. Semua hal ini bersifat non-finansial, oleh karena itu pengukuran kinerja manajer-pun diarahkan ke hal-hal yang bersifat non-finansial seperti halhal di atas. Dalam karya tulis ini, penulis mengetengahkan suatu sistem pengukuran kinerja yang baru yang dikenal dengan nama Economic Value Added. Pendekatan ini memperhitungkan secara adil harapan pemilik modal. Manajer yang mengolah dana dari pemilik modal harus dapat menciptakan nilal tambah melebihi biaya atas modal. Semakin besar nilai tambah yang dapat diciptakan oleh seorang manajer, dapat dikatakan semakin balk kinerja manajer itu. Karya tulis ini hanya bersifat teoritis, dan penulis hanya melakukan studi kepustakaan, sehingga dalam pengaplikasiannya mungkin harus disesuaikan dengan keadaan lingkungan perusahaan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1995
S18957
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yesi Mutia Basri
"This study explores managerial behavioral responses associated with performance measurement
system. Design of performance measurement system is investigated financial and non-financial
measures related to the four perspectives of Balanced Scorecard (BSC). This paper examines
whether a role conflict and procedural fairness affect the relationship between performance measure
and managerial performance. Based on a sample of 67 managers of regional Bank in Pekanbaru,
the results from a structural model tested using Partial Least Squares indicate a relationship
between performance measurement system and managerial performance is mediated by a role of
conflict. However, this study not supported that procedural fairness mediated relationship between
performance measurement system and managerial performance. These results may have important
theoretical and practical implications.
Abstrak
Penelitian ini mengamati respon perilaku manajerial dihubungkan dengan sistem pengukuran
kinerja. Desain sistem pengukuran kinerja yang diselidiki adalah pengukuran keuangan dan non
keuangan yang berhubungan dengan empat perspektif dari Balanced Scorecard (BSC). Penelitian ini
menguji apakah konflik peran dan keadilan prosedural memengaruhi hubungan antara pengukuran
kinerja dan kinerja manajerial. Berdasarkan sampel dari 67 manajer pada Bank regional di Kota
Pekanbaru, hasil pengujian model struktural menggunakan Partial Least Square menunjukkan
bahwa konflik peran memediasi hubungan sistem pengukuran kinerja dengan kinerja manajerial.
Namun, penelitian ini tidak dapat membuktikan bahwa keadilan prosedural memediasi hubungan
sistem pengukuran kinerja dengan kinerja manajerial. Hasil penelitian ini memiliki implikasi teori
dan praktik yang penting."
Universitas Riau, Fakultas Ekonomi, 2013
J-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Rotua Ratna
"Dalam perusahaan selalu terdapat hubungan atasan-bawahan, di mana mereka bekerja untuk mencapai tujuan masing masing.
Atasan memberikan kompensasi untuk memotivasi bawahan bekerja demi kepentingan perusahaan. Penelitian ini hendak melihat aspek-aspek kompensasi manajemen terhadap
motivasi mereka dalam mencapai tujuan perusahaan Metode penelitian menggunakan metode penelitian kepustakaan dan wawancara. Metode penelitian kepustakaan dilakukan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam melalui literatur. Metode wawancara untuk mendapatkan pemahaman
rencana kompensasi dalam praktek.
Rencana kompensasi PT X terdiri dari beberapa jenis kompensasi. yaitu gaji, benefit dan tantiem untuk kelompok
eksekutif dan untuk kelompok manajemen menengah dan senior.mendapat gaji dan benefit. Pemberian kompensasi untuk kelompok eksekutif berdasarkan kinerja perusahaan yang dilihat melalui laba, ROA, ROE. dan EPS. Sedangkan penilaian untuk
kelompok manajemen menengah dan senior terutama berdasarkan laba dan sasaran-sasaran yang dapat dicapai oleh manajer
tersebut. Kelompok eksekutif akan mendapatkan tantiem, yaitu bagian dari laba sebagai bonus atas tercapainya tujuan perusahaan.
Kelompok manajemen menengah dan senior akan mendapat kenaikan gaji dan parigkat bila sasaran-sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya tercapai.
Komisaris menentukan rencana kompensasi dan menilai kinerja kelompok eksekutif. Untuk kelompok manajemen menengah rencana kompensasi ditentukan oleh direktur operasi dan penilaian kinerja dilakukan oleh atasan masing-masing.
Pemberian kompensasi PT X kebanyakan berupa kompensasi jangka pendek, terutama untuk kelompok manajemen menengah dan senior. Kompensasi untuk kelompok. ini yang bertanggung jawab atas suatu pusat laba tidak mendapat bagian dari laba yang dapat dihasilkan divisinya untuk lebih memotivasi
manajer tersebut dalam menghasilkan laba perusahaan. Pemberian kompensasi kelompok eksekutif telah menghubungkan laba
sebagai alat untuk memotivasi dengan penilaian kinerja perusahaan.
Untuk kelompok manajemen menengah dicari alternatif tambahan jenis kompensasi yang dapat lebih memotivasi dan menghubungkan dasar penilaian kinerja dengan jenis kompensasi yang diberikan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1994
S18664
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faridz Akhmad Mauludin
"Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk mengetahui sistem pengukuran kinerja saat ini, analisis implementasi balanced scorecard dan analisis indikator kinerja di Sekretariat Jenderal Kementerian Perdagangan. Penelitian ini menggunakan metodologi kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Hasil analisis menyimpulkan bahwa Sekretariat Jenderal memiliki dua alat ukur kinerja yaitu LAKIP dan balanced scorecard dimana keduanya menghasilkan output yang sama. Balanced scorecard memiliki keunggulan karena dapat memberikan gambaran kinerja setiap empat bulan. Implementasi balanced scorecard di Sekretariat Jenderal sudah baik namun masih ditemukan indikator kinerja yang tidak tepat atau penetapan target yang terlalu rendah. Berdasarkan pemahaman dan pengetahuan yang dimiliki, penulis berusaha memberikan saran-saran guna memperbaiki kelemahan-kelemahan atas implementasi balanced scorecard tersebut.

The aim of the paper is to discover the performance measurement system at this moment in time, balanced scorecard analysis implementation and performance indicator at the Secretariat General of Ministry of Trade. The research applied the qualitative methodology using case study approach. The analysis result concludes that the Secretariat General has two means of performance measurement systems, which are LAKIP and balanced scorecard, where both systems produce the same output. Balanced scorecard has the superiority for it's ability to provide the report every four months. The balanced scorecard implementation at the Secretariat General has been well performed but there are still several performance indicator that are not appropriate or the target is too low. Based on the writer's understanding and knowledge, the writer tries to provide some suggestions to overcome the shortcomings on the balanced scorecard implementation."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Presetyo
"ABSTRAK
Balanced Scorecard (BSC) adalah suatu metode pengukuran kinerja yang terintegrasi baik dari aspek keuangan dan non keuangan yang dapat memberikan umpan balik kepada perusahaan. Sebelum merancang BSC, maka perusahaan harus mendefinisikan dahulu visi dan misinya untuk menentukan arah yang dituju oleh perusahaan. Kemudian visi dan misi ini dijabarkan menjadi tujuan dan ukuran scorecard. Tujuan dan ukuran ini memandang kinerja perusahaan dari 4 perspektif yaitu: keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan. Tujuan BSC adalah untuk memberikan ukuran terhadap kinerja perusahaan, karenanya dibuat sebuah matrik tolak ukur kinerja yang terdiri dari lag indicator sebagai ukuran hasil dari pengukuran kinerja perusahaan. Perancangan BSC, PT. Fokus Bina Relasi dimulai dari penerjemahan visi dan misi perusahaan ke dalam tujuan - tujuan strategis perspektif keuangan (meningkatkan pengembalian investasi, keuntungan, asset turnover) ; perspektif pelanggan (meningkatkan pangsa pasar, kepuasan pelanggan) ; perspektif proses bisnis internal (meningkatkan ketepatan waktu prayek, pengendalian biaya proyek, dan pengendalian beban usaha) ; perspektif pembelajaran dan pertumbuhan (meningkatkan keahlian dan ketrampilan karyawan, kepuasan karyawan). Kemudian menentukan inisiatif strategis yang akan dilakukan dan membuat model BSC PT Fokus Bina Relasi. Perancangan BSC yang telah dibuat, digunakan sebagai kerangka untuk membantu pengukuran kinerja PT Fokus Bina Relasi pada tahun 2005. Hasil perhitungan rnenunjukkan bahwa perusahaan mempunyai permasalahan dalam mendapatkan profit margin yang lebih baik, hal ini disebabkan proses bisnis internal perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari laporan BSC tahun 2005, hasil perhitungan aplikasi sederhana BSC, tidak ada satupun lag indicator yang memperoleh hasil seperti apa yang telah ditargetkan sebelumnya.

ABSTRAK
Balanced Scorecard (BSC) is a method to measure the performance which is well integrated from financial aspect and non financial that also gives feed back for its strategic planning. Before designing BSC, the company must define the vision and mission for determine the direction which is pointed by company. Then vision and mission will be translated into objective and scorecard measure. This objective and measurement will measuring the company performance from 4 perspectives: financial, customer, internal business process, learning and growth. BSC aim is to give measurement of the company performance, therefore is made as a metric of measurement of the company performance, which divide in lag indicator as the outcome measurement. The Balance Scorecard design of PT. Fokus Bina Relasi was began by interpreting the company's vision and mission into the strategic goal of the financial perspective (increase return on investment, profit, and asset turnover) ; costumer perspective (increase market share, customer satisfied) ; internal business process (increase projects time, control project expenditure, control company expenditure) ; learning and growth (increase skill and expertise to employee, employee satisfied). Afterwards, decide what the initiative strategic must be done and make a Balance Scorecard model for PT Fokus Bina Relasi. The Design of BSC which has already made, is used as framework to measuring performance of PT Fokus Bina Relasi at year 2005. The result tell the company have problem to get better profit margin because its internal business process. We can see it in BSC report 2005, from simple application that had made, there's no lag indicator in PT Fokus Bina Relasi's internal business process has achieve what had been targets by company.
"
2007
T19689
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R.A. Supriyono
Yogyakarta: BPFE, 1985
657 SUP t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Monika Handojono
"The literature shows that leniency has negative impact on employee performance and firm
productivity. However, there has been limited empirical research of how to mitigate the bias. This
study examines if leniency is mitigateable by availability of subjective evaluation criteria and
group rater. Using experimental method with sixty-nine undergraduate students as subjects, we
find that process within group is effective to reduce individual subjective rating, even when there
was no subjective criteria. However, we find group rating does not have effect on rating accuracy.
Additionally, consistent with general assumption of leniency, we find that inflated rating is affected
by altruistic traits of raters. With the inherent limitations associated with experimental method,
our finding suggests that, in order to have subjective rating accurately, firm should promote sound
rating process by defining more relevant criteria to complement the evaluation process.
Abstrak
Literatur menunjukkan bahwa bias kemurahan hati berdampak negatif terhadap kinerja karyawan
dan produktivitas perusahaan. Meskipun demikian, hanya terdapat sedikit penelitian empiris
mengenai cara memitigasi bias ini. Penelitian ini menguji apakah bias kemurahan hati dapat
dimitigasi melalui ketersediaan kriteria evaluasi subjektif dan penggunaan grup penilai. Dengan
menggunakan pendekatan eksperimen yang diikuti oleh 69 mahasiswa S1 sebagai subjek, kami
menemukan bahwa proses yang terjadi dalam grup efektif untuk menurunkan penilaian kinerja
subjektif yang diberikan secara individual, bahkan ketika tidak tersedia kriteria subjektif. Namun,
kami juga menemukan bahwa kriteria subjektif tidak berpengaruh terhadap keakuratan penilaian
kinerja. Selain itu, konsisten dengan asumsi umum mengenai bias kemurahan hati, kami menemukan
bahwa penilaian kinerja yang ditinggikan dipengaruhi oleh kepribadian altruistis penilai. Dengan
berbagai keterbatasan yang melekat pada desain eksperimen, temuan kami menyarankan bahwa
untuk menghasilkan penilaian kinerja subjektif yang akurat, perusahaan harus mendorong proses
penilaian yang lebih baik melalui penetapan kriteria yang lebih relevan dalam mendukung proses
evaluasi kinerja."
Politeknik Negeri Ambon, 2014
J-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Sutanto
"Pengelolaan lingkungan hidup pada dekade I990-an mulai diperhatikan oleh berbagai perusahaan di dunia mengingat semakin pedulinya stakeholder terhadap perusakan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh kegiatan operasional perusahaan. Informasi mengenai pengelolaan lingkungan hidup dan kinerja keuangan perusahaan merupakan kebutuhan stakeholder dalam mencermali perusahaan sebagai salah sate aspek untuk pengambilan keputusan. Tesis ini mengakomodasi usaha untuk mengetahui pengaruh informasi kinerja pengelolaan lingkungan terhadap kinerja keuangan dan sebaliknya.
Penelitian ini menggunakan content analysis dalam membuat indeks informasi lingkungan perusahaan dalam laporan tahunan selama 1999-2003 yang merupakan indikator kinerja pengelolaan lingkungan perusahaan. Penelitian ini juga menggunakan 2 tipe indikator dalam mengukur kinerja keuangan perusahaan yaitu accounting based return dan market based return. Analisa dalam penelitian ini menggunakan metode kausalitas Granger untuk accounting based return dan event study untuk market based return dalam meneliti pengaruh dari variabel kinerja pengelolaan lingkungan terhadap kinerja keuangan perusahaan dan sebaliknya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh kinerja pengelolaan lingkungan terhadap lanerja keuangan perusahaan baik menggunakan accounting based return dan market based return. Hasil penelitian juga menyimpulkan tidak ada abnormal return untuk kelompok yang menginformasikan kinerja pengelolaan lingkungan dan kelompok yang tidak menginformasikan kinerja pengelolaan lingkungan dalam laporan tahunan pada tanggal pengumuman. Penelitian juga menghasilkan kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan abnormal return untuk kelompok yang menginformasikan kinerja pengelolaan lingkungan dan kelompok yang tidak menginformasikan kinerja pengelolaan lingkungan dalam laporan tahunan.

In 1990 decade, many firms in the world became more seriously to manage the environment because stakeholders more care to act of damaging the environment by firm's activity. Information about corporate environment performance and corporate financial performance are stakeholders' need to analyze firms as aspects for decision-making. This thesis tries to explore relationship between corporate financial performance and corporate environment performance,
This thesis using content analysis for environment information index in annual reports during 1999-2003 as an indicator for corporate environment performance. There are two indicators for corporate financial performance: accounting based return and market based return. Granger causality test is used for analysis relationship between environment information index and accounting based return. Another analysis is an event study for test the influence environment information to market return in 236 firms
The result is the corporate environment performance not influence the corporate financial performance using market based return and accounting based return, and the other side. Another result is no significant abnormal returns in the event date for firms, which are disclose and not disclose about corporate financial performance in annual reports. There is no significant difference abnormal returns between firms, which are disclose and not disclose about corporate financial performance in annual reports.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T 20356
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sebayang, Haga Badia
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui model pengukuran manajemen laba yang lebih baik antara model pengukuran modified Jones (Dechow et al., 1995); peformance matched (Kothari et al., 2005) dan revenue (Stubben, 2010). Pengujian atas model pengukuran dilakukan berdasarkan persentase dari hasil regresi model pengukuran tersebut berdasarkan nilai signifikansi serentak (F-Stat), koefisien determinasi (adjusted R2), nilai signifikansi variabel independen, dan kesesuaian arah koefisien dari tiap variabel independen pengujian. Penelitian ini menggunakan 2862 sampel perusahaan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia, yang terbagi kedalam 8 kategori industri, dengan periode penelitian dimulai dari tahun 2002-2012. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa model revenue (Stubben, 2010) sebagai model pengukuran manajemen laba, mampu mengungguli model pengukuran modified Jones (Dechow et al., 1995) dan model performance matched (Kothari et al., 2005).

This study aims to examine which measurement model of earnings management that perform better, which are modified Jones (Dechow et al., 1995), performance matched (Kothari et al., 2005), and revenue (Stubben, 2010). The measurement models were tested by calculating the percentage level from reggresion using F-Stat, coefficient of determination (adjusted R2), significance of independent variables, and the suitability of the direction for each independent variabels that been tested. This research use 2.858 sample of company that listed on Bursa Efek Indonesia, consist of 8 industry category, with the research period of 2002-2012. The result of this research shows that the revenue model (Stubben, 2010) perform better than the other models of modified Jones (Dechow et al., 1995) and performance matched (Kothari et al., 2005).
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
S57639
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prihat Assih
"Managers manage their earnings because they want to influence the investors perception about firm s performance, subsequently the firms could extract low cost exsternal fund. Managers have incentive to practice income-increasing earnings management before they make initial public offerings (1PO) in order to get high offering price. However, these practice could decrease the opportunity of managers to manage their earnings in the future periods. If earnings management before public offering cause investors to be over optimistic about future earnings, investors will be disappointed with firm s performance after IPO and the firm value tend to decrease in the periods after the IPO. This study investigates the effect of earnings management on the firm's value and performance in the periods before and after the initial public offering.
Results of (his study show that managers practice income-increasing earnings management before their initial public offerings. Earnings management have positive impact on firm value in the initial public offering period, but this has negative impact in the periods after IPO. Firms 'values in the end of IPO are lower than firms 'values in the IPO period. Firms' performances in the years after the initial public offering were higher than firms 'performances in the year of IPO, but the average of return of asset decreases in the periods after IPO.
"
2005
JAKI-2-2-Des2005-125
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>