Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 105096 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Diana Nafri Habib
"Adanya perubahan lingkungan pasar dimana konsumen menuntut customized dan differentiated products memacu perubahan dalam lingkungan manufaktur. Perubahan proses manufaktur ini menyebabkan diperlukannya perubahan sistem akuntansi biaya agar perusahaan dapat menyediakan informasi yang relevan untuk keputusan dan pengendalian manajerial. Sistem biaya yang baru itu disebut Activity Based Costing (ABC). ABC didasarkan pada prinsip bahwa aktivitas merupakan penyebab biaya. Sistem baru ini tidaklah merupakan sistem akuntansi biaya yang terbaik bagi suatu perusahaan dibandingkan dengan akuntansi biaya tradisional karena masih ada beberapa asumsi dasar yang harus dipenuhi agar sistem baru ini dapat menetapkan biaya produk yang Iebih akurat. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran yang jelas tentang sistem ABC dalam penentuan biaya produk yang Iebih akurat sehingga dapat membantu manajemen perusahaan dalam proses pembuatan keputusan yang lebih baik mengenai biaya produknya. Karena itu akan membandingkan perhitungan biaya produksi ABC dengan perhitungan biaya produksi tradisional. Sebagai studi kasus, maka penulis akan membandingkan penghitungan penetapan biaya tersebut pada suatu industri pembuatan botol, yaitu PT "K". Data diperoleh penulis dengan cara melakukan studi literatur, catatn dan laporan yang berhubungan dengan biaya produk dan melakukan wawancara, ovservasi dengan bagian-bagian terkait dalam organisasi. Tiga bidang kunci ABC adalah product cost differentiation, aktivitas dan cost drivers. ABC mengarahkan kepada pembiayaan transaksi (transaction costing) yang didasarkan pada premis atau asumsi dasar, yaitu aktivitas mengkonsumsi sumber daya dan produk mengkonsumsi aktivitas. Pada akhirnya, skripsi ini yang hanya menghitung biaya produk dari aktivitas yang product driven menunjukkan bahwa dengan data yang ada sistem penghitungan biaya ABC tidal dapat diterapkan dalam waktu dekat pada PT "K"."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1995
S18892
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Selina Agustina Santoso
"Perubahan teknologi yang sangat pesat mendorong perusahaan untuk ikut mengembangkan kemampuan produksinya, baik kualitas maupun kuantitasnya. Dengan demikian banyaknya perusahaan yang mengandalkan otomatisasi teknologi, mengakibatkan terjadinya persaingan yang sangat ketat, khususnya dalam meningkatkan efisiensi dan efektifitas produksi yang pada akhirnya bertujuan untuk meningkatkan laba perusahaan. Pencapaian laba optimal dapat dilakukan dengan cara melakukan perhitungan harga pokok produksi yang akurat.
Untuk tujuan perhitungan harga pokok produksi yang akurat salah satu metode yang banyak diterapkan adalah sistem Activity Based Costing. Sistem Activity Based Costing menggunakan lebih dari satu pemicu biaya yaitu berdasarkan luas lantai (m2), jam kerja mesin, jam tenaga kerja tidak langsung, dan persentase pemakaian bahan kimia. Berbeda dengan sistem akuntansi biaya tradisional, biaya overhead pabrik yang terjadi hanya dialokasikan dengan menggunakan satu pemicu biaya yaitu berdasarkan total unit produksi. Dengan demikian ketepatan perhitungan harga pokok produksi akan dapat lebih tercapai dengan penerapan sistem Activity Based Costing.
Sistem activity based costing meningkatkan akurasi pembebanan biaya karena pertama kali melakukan penelusuran biaya aktivitas dan kemudian biaya produk atau pelanggan yang mengkonsumsi berbagai aktivitas tersebut. Tujuannya adalah untuk menemukan cara melakukan aktivitas dengan lebih efisien dan menghilangkannya apabila tidak menciptakan nilai pelanggan.
Sistem akuntansi biaya tradisional yang menggunakan dasar alokasi tingkat unit seperti banyaknya unit produksi, jam tenaga kerja langsung dan jam mesin sudah kurang relevan apabila perusahaan menghasilkan produk yang beraneka ragam dan memanfaatkan teknologi modern, Penelusuran biaya ini sebaiknya dilakukan terhadap aktivitas yang teriadi. Perhitungan biaya overhead pabrik per unit yang tidak tepat dapat mengakibatkan konsekuensi yang serius untuk perusahaan. Contohnya, dapat mengakibatkan keputusan yang salah mengenai penetapan harga, bauran produk atau penawaran kontrak.
Sistem Activity Based Costing berusaha untuk memperbaiki kelemahan dalam sistem akuntansi biaya tradisional dengan menghubungkan biaya overhead pabrik yang iimhtil Dada proses produksi melalui aktivitas yang dilakukan untuk produk tersebut.
Dari hasil perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan sistem Activity Based Costing dan sistem akuntansi biaya tradisional menunjukkan bahwa perhitungan harga pokok produksi dengan akuntansi biaya tradisional menyebabkan terjadinya distorsi, yaitu menentukan biaya terlalu tinggi (over cost) untuk produk susu kental manis dan terlalu rendah (under cost) untuk susu cair indomilk.
Pada PT. Indomilk diketahui harga pokok produksi per unit untuk produk susu kental manis sebesar Rp. 1.452,79 per unit dan produk susu cair indomilk sebesar Rp. 1.607,50 per unit. Sedangkan dengan sistem akuntansi biaya tradisional diperoleh harga pokok produksi per unit untuk susu kental manis sebesar Rp. 1.483,89 per unit dan untuk susu cair indomilk sebesar Rp. 1.592,67 per unit. Hal ini menunjukkan bahwa sistem akuntansi biaya tradisional menentukan biaya terlalu tinggi (over cost) sebesar Rp. 31,1 atau sebesar 2,05 % untuk produk susu kental manis dan terlalu rendah (under cost) sebesar (Rp. 14,83) atau (1%) untuk produk susu cair indomilk."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T17503
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisha Zoraya
"Tesis ini menganalisis penerapan system Activity Based Costing pada PO. Gardena. Penerapan system Activity Based Costing akan dilakukan untuk menghitung biaya pelayanan masing-masing jurusan bus pada PO. Gardena. Penelitian ini adalah studi kasus di PO.Gardena yang sumber datanya adalah data keuangan dan data non-keuangan perusahaan pada tahun 2013. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan, penelitian lapangan, dan metode deskriptif.
Hasil penelitian mengindentifikasikan bahwa terdapat perbedaan biaya yang dihasilkan dari perhitungan secara tradisional dengan System Activity Based Costing. Hasil perhitungan menggunakan system Activity Based Costing menunjukan bahwa untuk pelayanan pariwisata memiliki biaya yang lebih tinggi sedangkan untuk jurusan Bandung-Jakarta dan Bandung-Bogor memiliki biaya yang lebih rendah jika dibandingkan dengan perhitungan menggunakan metode tradisional.

This research analyses the application of Activity Based Costing system in bus service company. The Activity Based Costing system will be used to calculate the service cost of each bus line in PO. Gardena. The research is conducted at PO. Gardena by using the firm financial and non-financial data in 2013. The research comprises literature review, observation, and descriptive research methods.
From the research, it is evident that differences do occurs between traditional costing and Activity Based Costing system. In comparison to the cost estimation using the traditional system, the overall costs for chartered bus service are higher when being calculated using the Activity Based Costing system, while the overall costs for Bandung-Jakarta and Bandung-Bogor routes service tend to be lower.
"
New York, NY: Jurnal Antropologi Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hadi Sunardi
"Dalam suatu produk, bahan baku dan upah langsung dengan mudah dapat ditelusuri, sedangkan biaya tidak langsung sangat sulit untuk ditelusuri. Salah satu konsep yang dikembangkan untuk membebankan atau mengalokasikan biaya tidak langsung secara lebih akurat ke dalam suatu produk adalah system Activity Based Costing (ABC).
Perbedaan mendasar antara system ABC dengan sistem tradisional terletak kepada tahapan pembebanannya atau pengalokasiannya. Dalam sistem tradisional pengalokasian biaya tidak langsung hanya dilakukan dengan satu tahapan saja, yaitu dari biaya atau sumber daya kepada unit produk. Dalam system ABC pembebanan biaya tidak langsung dilakukan dengan dua tahapan. Tahap pertama adalah mengalokasikan biaya atau sumber daya ke dalam aktivitas-aktivitas. Tahap kedua adalah mengalokasikan aktivitas-aktivitas ke dalam suatu cost pool, yang bisa berupa unit produk, customer atau jenis produk dan sebagainya. Dengan system pengalokasian secara dua tahap, diyakini pembebanan akan menjadi jauh lebih akurat, yang pada gilirannya akan berpengaruh kepada perhitungan harga pokok produksi suatu produk.
Manfaat dalam hal keakuratan sistem ABC dibandingkan dengan sistem tradisional itulah yang membuat karni merasa perlu untuk mengusulkan aplikasinya di PT X. PT X adalah sebuah perusahaan manufaktur dan eksportir produk produk furniture terbuat dari rotan dan kayu. Perubahan lingkungan eksternal yang ditandai dengan tingkat persaingan global yang semakin ketat, memaksa PT X untuk melakukan langkah-langkah strategic guna menjamin eksistensinya di kemudian hari. Langkah peningkatan kualitas produk yang mampu bersaing secara global telah dilakukan oleh PT X dengan mengarah kepada system manajemen mutu ISO. Sedangkan dalam hal perhitungan harga jual, PT X belum melakukan langkah apapun. Pada titik inilah system ABC dapat merupakan salah satu alternatif yang mungkin dapat mengisi kekosongan langkah strategic dari PT X tersebut di atas.
Dengan jumlah item produk yang mencapai ribuan, maka penerapan system ABC akan sulit seandainya langsung mengacu kepada item per item produk. Oleh karena itu dalam tulisan ini, cost pool bukanlah item produk melainkan jenis produk yang dihasilkan oleh PT X, yaitu jenis produk mebel terbuat dari rotan, jenis produk mebel terbuat dari kayu dan jenis produk keranjang rotan. Alokasi biaya tidak langsung ke dalam ketiga jenis produk tersebut selama ini belum dilakukan dengan cara perhitungan yang sistematis akan tetapi masih berdasarkan kepada pengalaman semata.
Hasil perhitungan dengan menggunakan metode ABC menunjukkan perbedaan mencolok dengan sistem tradisional yang sedang eksis sekarang ini, untuk jenis produk mebel kayu. Sedangkan untuk jenis produk mebel rotan dan keranjang rotan menunjukkan hasil yang hampir setara dengan perhitungan berdasarkan system ABC."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T15691
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
William Aliaman
"Tesis ini mengusulkan penerapan sistem Activity Based Costing di Pabrik plastik dengan mengambil ruang lingkup pada departemen produksi. Penerapan sistem Activity Based Costing akan dilakukan untuk menghitung biaya per kg masing-masing produk PT Tomang Plastindo Utama serta untuk menganalisis perbedaan penerapan sistem Activity Based Costing dan sistem biaya standar.
Penelitian ini adalah studi kasus di PT Tomang Plastindo Utama yang sumber datanya adalah data keuangan dan data non-keuangan perusahaan pada tahun 2011. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan, penelitian lapangan, dan metode deskriptif.
Hasil penelitian menyatakan bahwa ada perbedaan mengenai perhitungan biaya secara sistem biaya standar dengan sistem Activity Based Costing. Sistem Activity Based Costing menyediakan informasi mengenai aktivitas yang menimbulkan biaya yang cukup signifikan sehingga dapat diperoleh informasi pembebanan yang lebih akurat dibandingkan sistem biaya standar.

This thesis proposes an implementation of the Activity Based Costing in a plastic manufacturing by taking the scope on the production department. Application of activity based costing system will be carried out to calculate the cost per kg of each product of PT Tomang Plastindo Utama to analyze the differences in the implementation of Activity Based Costing systems and standard cost systems.
This study is a case study conducted at PT Tomang Plastindo Utama by using the firm financial and non-financial data in 2011. The research methods used in this study are literature review, observation, and descriptive research.
The results of the study shows that there is a difference between allocating overhead cost with standard costing system and activity based costing system. Activity based costing system provides information on the activities that give rise to significant cost so as to obtain more accurate information than standard cost system.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T33634
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Filemon Calvin Sucandra
"Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan perhitungan biaya per pelanggan dengan sistem ABC konvensional dan TDABC, membandingkan perhitungan profitabilitas per pelanggan dengan sistem ABC konvensional dan sistem TDABC, dan menyarankan tindakan apa yang dapat dilakukan PT XYZ setelah mengetahui besarnya biaya per pelanggan. Penelitian merupakan studi kasus dengan metode penelitian berupa studi literatur, wawancara, dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa PT XYZ memiliki pelanggan yang menguntungkan dan tidak menguntungkan. PT XYZ juga dapat mengklasifikasikan pelanggan berdasarkan jenisnya: passive, yaitu rumah sakit, pelanggan high cost-to-serve, yaitu apotik, pelanggan price-sensitive, yaitu institusi/tender, PBF, dan toko obat, dan pelanggan aggresive, yaitu supermarket.

This study aimed to compare the calculation of cost per customer with conventional ABC and TDABC system, calculation of profitability per customer compared with the conventional ABC system and TDABC system, and suggest what actions to do for XYZ after finding out the cost per customer. The research is a case study with research methods such as literature studies, interviews, and documentation.
The results showed that XYZ has customers which are profitable and unprofitable. XYZ also can classify customers by type: passive, ie hospitals, high customer cost-toserve, namely pharmacies, price-sensitive customers, namely institutional / tender, PBF, and drug stores, and customers aggresive, namely supermarkets.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harianja, Mian Christy
"Karya Akhir ini membahas pengalokasian kembali biaya pemasaran yang disebut sebagai biaya distribusi menurut aktivitas-aktivitas pada kegiatan distribusi dengan menggunakan sistem Activity-Based Costing. Activity-Based Costing diberlakukan bagi pengalokasian biaya distribusi karena sumber daya yang dipakai untuk mengalokasikan biaya didasarkan pada penggerak biaya (cost driver) yang berbeda-beda. Dengan metode analisis ini, manajemen akan mendapatkan informasi yang lebih akurat bila dibandingkan dengan analisis sederhana pada laporan keuangan karena pengalokasian lebih relevan dengan didasarkan pada aktivitas yang terjadi di lapangan. Hasil penelitian ini menyarankan bahwa Activity-Based Costing perlu untuk diterapkan pada perusahaan yang memiliki biaya tidak langsung (indirect cost) yang cukup besar dan bagi perusahaan yang memiliki varietas produk yang beragam.

The focus of this study is to allocate the distribution cost that widely known as marketing cost regarding to the distribution activities by using Activity-Based Costing. Activity-Based Costing is used as the allocation base because the resource used are driven by unique activities which drives the cost. By using this analysis, top management will get information which held on daily basis in more accurate way. This research suggestion is to use the Activity-Based Costing especially for the Company which had a big proportion of indirect cost compared by the direct cost within company that has product variety that distinguished from one another."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
I Gusti Ayu Astri Pramitari
"Tesis ini mengusulkan penerapan sistem Activity Based Costing di Rumah Sakit BaliMed dengan mengambil ruang lingkup pada instalasi radiologi. Penerapan sistem Activity Based Costing akan dilakukan untuk menghitung unit cost masing-masing tindakan di instalasi radiologi serta untuk mengetahui analisis profitabilitas dari tindakan tersebut. Hasil penelitian menunjukkan perhitungan unit cost dengan menggunakan sistem activity based costing menghasilkan informasi yang berbeda dengan metode yang saat ini digunakan perusahaan yakni metode double distribution, selain itu analisis profitabilitas yang dilakukan menunjukkan penetapan tarif di rumah sakit saat ini belum sesuai dengan unit cost untuk melakukan tindakan tersebut.

This thesis proposes an implementation of activity based costing system in Radiology Department of BaliMed Hospital. The implementation of activity based costing system is designed to calcute unit cost of each service which is given by Radiology Department and made a profitability analysis from the result of the calcution. The result shows that activity based costing gives different information about unit cost as compared with the double distribution method. The profitability analysis show that the pricing which set by the management is not in accordance with the unit cost of the service in Radiologi Department.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T35148
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lilisusanti
"Pengalokasian biaya overhead kepada produk dengan sistem akuntansi biaya tradisional dapat mengakibatkan distorsi dalam pengukuran dan pembebanan biaya produksi. Makin tinggi tingkat diversifikasi produk, distorsi yang timbul akan semakin parah. Hal ini merupakan alasan mengapa masalah ini perlu ditelaah dan diteliti. Tujuan dari penelitian adalah untuk menjelaskan sistem Activity- Based Costing (sistem ABC) sebagai pendekatan cost management yang lebih relevan dengan kondisi bisnis yang semakin kompleks dan dipandang mampu menjawab keterbatasan dari sistem akuntansi biaya tradisional. Untuk memperoleh data yang dibutuhkan, penulis menggunakan metode penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan berupa questionaire, diskusi dengan pihak yang berwenang, kunjungan pabrik, analisa atas catatan-catatan dan laporan produksi perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem akuntansi biaya PT.FCM dirancang menurut konsep sistem akuntansi biaya tradisional. Biaya-biaya diakumulasikan pada setiap departemen untuk dialokasikan kepada produk berdasarkan jumlah unit produksi yang dihasilkan dan prosentase jumlah material yang digunakan. Dalam menghadapi situasi persaingan yang semakin tajam, penerapan sistem ABC pada PT. FCM yang merupakan perusahaan multi produk dengan biaya overhead yang cukup tinggi sangat tepat karena lebih relevan untuk pengukuran biaya produksi yang lebih akurat, guna menghasilkan penentuan harga produk yang lebih kompetitif. Untuk menunjang keberhasilan dari penerapan sistem ABC, maka dalam perancangan dan penerapannya haruslah dianggap sebagai sistem manajemen bukan hanya sebagai sistem keuangan, sehingga orang-orang yang telibat dalam penyusunan sistem bukan hanya dari bagian akuntansi raja, tetapi harus berasal dari setiap bagian yang terlibat dalam perusahaan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1994
S18849
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tommy Widjaja
"ABSTRAK
Perubahan teknologi yang sangat pesat dewasa ini, mendorong perusahaan untuk ikut mengembangkan kemampuan produksinya baik secara kualitas maupun kuantitas. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa banyak perubahan yang berdampak pada ketatnya persaingan dunia usaha yang dikarenakan semakin banyaknya perusahaan yang mengandalkan otomatisasi teknologi khususnya dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas produksi yang pada akhirnya bertujuan untuk meningkatkan laba perusahaan.
Hal ini sangat dirasakan terutama oleh industri manufaktur kimia yang
memanfaatkan teknologi dalam membuat kimia sintetik untuk memperoleh hasil yang sama bahkan cenderung lebih baik tanpa menggunakan bahan-bahan dasar mentah dari hasil bumi yang semakin lama semakin mahal karena semakin menipisnya persediaan material bumi. Sejalan dengan meningkatnya persaingan, menjadikan informasi biaya yang akurat semakin penting, agar kebijaksanaan penetapan harga jual sesuai dengan tujuan atau sasaran perusahaan, maka manajemen membutuhkan informasi yang akurat tentang biaya produksi yang menjadi dasar dalam penetapan harga.
Perhitungan biaya produksi yang selama ini menggunakan metode tradisional costing dapat menimbulkan distorsi biaya produksi karena sistem tersebut hanya menggunakan satu macam basis pembebanan biaya untuk pemakaian sumber daya. Untuk mengatasi keterbatasan ini maka dikembangkan sistem biaya yang berdasarkan pada aktivitas yang disebut Sistem Activity Based Costing (selanjutnya disebut sistem ABC). Sistem ABC merupakan suatu metode atau alat untuk memperoleh informasi biaya yang akurat karena pembebanan biaya didasarkan pada aktivitas yang mengkonsumsi sumber daya dalam proses pembuatan suatu produk. Dengan demikian sistem ini menyediakan informasi yang lebih terperinci mengenai penyebab
timbulnya suatu biaya dibandingkan dengan sistem tradisional.
PT. M-I Production Chemicals Indonesia (selanjutnya disingkat dengan
PT. MIPCI) bergerak di bidang industri pemasok kimia untuk pengeboran minyak pantai maupun lepas pantai yang berskala besar dan sudah menggunakan peralatan teknologi maju dalam kegiatan produksinya, dan bersifat job order production (berdasarkan pesanan). Dalam menentukan biaya produksinya, perusahaan
membebankan biaya produksi tidak langsungnya secara rata pada seluruh unit produk yang dihasilkan. Sampai saat ini manajemen merasa bahwa tanpa memperhatikan sistem biaya yang digunakan, perusahaan telah memperoleh keuntungan, namun akibatnya harga jual yang cukup tinggi dibadingkan dengan biaya-biaya yang ditimbulkan oleh organisasi dalam membuat produk-produknya.
Oleh karena itu, PT. MIPC membutuhkan perhitungan biaya produksi dan penetapan harga pokok yang akurat. Dari hasil perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan sistem ABC dan sistem akuntansi biaya tradisional menunjukkan bahwa perhitungan harga
pokok produksi dengan akuntansi biaya tradisional menyebabkan terjadinya distorsi, melalui perbandingan hasil perhitungan harga pokok produksi (HPP) antara Sistem akuntansi biaya tradisional dengan Sistem ABC. Perhitungan harga pokok per produk
dengan menggunakan sistem ABC untuk produk EB-8132 adalah US$ 901.53 / drum, PI-7142 adalah US$ 216.26 / drum, PI-7212 adalah US$ 863.96 / drum, EB-8548 adalah US$ 592.61 / drum, EB-8501 adalah US$ 328.57 / drum, PI-7235 adalah US$ 380.41 / drum, SI-475 adlah US$272.06 / drum, WT-510 adalah US$ 3,333.99 / drum, WT-1400 adalah US$ 2,138.76, KI-3015 adalah US$ 1,010.72 / drum.
Penentuan harga pokok produksi berdasarkan aktivitas menyatakan bahwa Sistem akuntansi biaya tradisional menentukan biaya terlalu rendah (undercost) untuk produk WT-510 sebesar US$ 2,679.69 atau sebesar 410%, WT-1400 sebesar US$ 916.5 atau sebesar 75%, KI-3015 sebesar US$ 309.34 atau sebesar 44% sedangkan untuk produk EB-8501 terlalu tinggi (overcost) sebesar US$ 70.67 atau sebesar 18%, PI-7142 sebesar US$ 22.47 atau sebesar 9%. Terjadinya perbedaan
harga pokok produksi disebabkan karena adanya perbedaan dalam alokasi biaya overhead pabrik kepada masing ? masing produk, dimana pada Sistem akuntansi biaya tradisional hanya digunakan satu pemicu biaya untuk mengalokasikan biaya overhead pabrik yang terjadi, yaitu berdasarkan total unit produksi. Kesimpulan yang dapat diambil adalah perhitungan harga pokok menggunakan sistem ABC akan lebih menghasilkan informasi biaya yang akurat bila dibandingkan dengan menggunakan sistem tradisional, karena dalam sistem ABC produk hanya dibebani biaya dari aktivitas yang digunakan dan tidak dibebani oleh biaya dari aktivitas yang tidak digunakan. Pendekatan ini menyebabkan biaya per unit yang lebih stabil dan konsisten dengan tujuan pembebanan biaya ke produk yang mengkonsumsi aktivitas. Biaya untuk melakukan aktivitas itulah yang dibebankan ke
produk yang mengkonsumsi aktivitas tersebut. "
2008
T 25276
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>