Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 197530 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Toto Pranoto
"Persaingan bisnis angkutan udara dewasa ini berlangsung sangat ketat. Hal ini terutama berlangsung sejak diberlakukannya deregulasi angkutan udara di AS dan negara-negara Eropa yang dimulai pada awal dekade 1980-an. Dengan disetujuinya perjanjian perdagangan internasional dalam GATT 1994, maka persaingan akan berjalan semakin keras. Tidak ada satu negarapun yang mampu menutup perekonomiannya dari negara lain. Open sky policy akan menjadi doktrin yang harus diterima setiap negara penandatangan GATT 1994. Dalam situasi ini, perusahaan penerbangan nasional dituntut kemampuannya untuk meningkatkan daya saing sehingga mampu tetap survive dan bahkan terus berkembang (growth). Disini penulis berusaha untuk melihat sejauh mana pengaruh dari pemacu biaya (cost drivers) terhadap aktivitas utama (primary activities) dari organisasi perusahaan penerbangan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metoda analisa statistik Korelasi-Determinasi dan analisa Hipotesa-T. Keseluruhan proses tersebut dilakukan dengan bantuan software statistik SPSS. melihat tingkat activities yang tions (mencakup biaya awak crew dan Maintenance kelompok biaya Analisa Korelasi-Determinasi digunakan untuk keeratan hubungan diantara variabel primary diteliti, meliputi kegiatan : Flight Operaaspek biaya bahan bakar biaya catering, dan cabin, serta biaya landing dan handling) . Disini ditetapkan pemacu biaya pada setiap dalam aktivitas utama, kemudian dilakukan pengujian statistik untuk melihat keeratan hubungan diantara kelompok biaya tersebut dengan cost drivers-nya. Sementara uji Hipotesa-T digunakan untuk menguji tingkat signifikansi pemacu biaya terhadap komponen biaya yang diteliti. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa untuk komponen biaya bahan bakar, maka pemacu biaya yang sangat dominan adalah trip-nya. Sementara untuk komponen biaya catering yang berpengaruh adalah jumlah penumpang dan harga rata-rata catering. Untuk komponen biaya awak crew dan cabin, pemacu biaya yang berpengaruh adalah besarnya jam terbang. Pada komponen biaya landing dan handling, maka pemacu biaya yang dominan adalah bobot pesawat terbang. Dan terakhir pada pengujian komponen biaya pemeliharaan (maintenance), maka diketahui pemacu biaya yang utama adalah jumlah jam terbang dari pesawat tersebut. Agar perusahaan dapat menentukan kebijaksanaan yang tepat pada primary activities yang kami teliti, maka perhatian terhadap pengaruh pemacu biaya sangat penting dilakukan. Pemahaman terhadap pemacu biaya ini penting dalam rangka membantu manajemen dalam melakukan analisa rantai nilai (Value Chain Analysis) untuk meningkatkan efisiensi operasi perusahaan, sehingga mampu berkompetisi dengan para pesaingnya. Dukungan informasi biaya yang akurat adalah senjata yang sangat ampuh untuk mewujudkan keinginan tersebut."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1994
S18812
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sesmaro Max Yuda
"Dalam sistem penjadwalan terdapat beberapa klasifikasi yang membedakan sistem penjadwalan yang satu dengan lainnya. Fungsi sasaran sistem penjadwalan dalam penelitian ini adalah ETwr (early-tardy dengan pembobotan) seperti yang sudah diterima pada studi atau penelitian untuk sistem penjadwalan mesin tunggal dengan fungsi sasaran yang bersifat non regular.
Sebelum menentukan due date yang merupakan jumlah waktu/lamanya pesawat mencapai standar jumlah jam terbang pemakaian pesawat untuk tiap interval perawatan dalam penelitian ini, terlebih dahulu ditentukan jumiah pemakaian pesawat persatuan waktu (hari). Sehingga dengan demikian dapat dilakukan perhitungan standar perawatan dalam satuan jam terbang kedalam bentuk satuan hari.
Berdasarkan perhitungan pemakaian pesawat untuk tiap jenis yang berbeda diperoleh jumlah pemakaian yang berbeda, maka untuk due date yang berdekatan atau bersamaan dilakukan aturan prioritas linear heuristic untuk menentukan sequence perawatannya. Dengan aturan prioritas linear heuristic pada penelitian ini didapatkan perawatan yang early serta yang rardy lebih mendekati nilai standar yang ada dibanding dengan sitem penjadwalan perawatan yang dipakai perusahaan, serta diperoleh nilai utilitas pesawat untuk tiap interval perawatan dan pemakaian fasilitas perawatan lebih optimum dengan menggunakan linear heuristic dibanding dengan sistem yang berlaku.

Scheduling system has some classification which differ one scheduling system from the others. In this research the objective function of the scheduling systems is the ETwr (weighted early-tardy objective) that has received by far the most study for single machine scheduling system with non regular objective function.
Before determine the due date that indicate the time or duration of the aircraft to get the standard of the flight hours for every interval maintenance, first have to determine the sum of flight per day. So that can be done converse of maintenance standard unit from flight hours to time (day) unit.
On the basis of calculation in using aircraft for every different type found the different sum of using aircraft, so the due date that closed can be done linear heuristic priority in examination its maintenance sequence. With linear heuristic priority procedure in this research can be found the early and the tardy jobs more closed with the standard value instead of the scheduling system that used by the company, also can be gotten the utility of the aircraft for every interval maintenance and using of the maintenance facilities more optimum then what company used.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
T 10371
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Yanti Demsina
"PT ABC merupakan salah satu importir dan distributor alat kesehatan di Indonesia. Pasca pandemi covid-19 banyak pengusaha baru tertarik melakukan impor sehingga menimbulkan tingkat persaingan harga pada produk alat kesehatan yang semakin tinggi.
Selain faktor persaingan, tingginya biaya-biaya operasional juga membuat laba
perusahaan menurun. Oleh karena itu, dibutuhkan kerja keras manajemen untuk
melakukan tindakan-tindakan yang dapat melakukan strategic cost atau manajemen
biaya untuk setiap aktivitas perusahaan sehingga mampu memaksimalkan profitabilitas. Mengacu pada situasi tersebut, penelitian ini ditujukan untuk mengidentifikasi dan menganalisis aktivitas yang tidak bernilai tambah dalam peningkatan efisiensi biaya operasional perusahaan. Analisis Value Chain dan Activity-Based Management digunakan sebagai kerangka penelitian ini. Studi kasus dengan metode analisis kualitatif
dan dalam rangka memperkuat hasil analisis dilakukan observasi, analisis dokumen,
wawancara mendalam (in-depth interview) dan diskusi internal dengan tim manajemen PT ABC. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat hambatan atas supplier terkait minimal quantity order, annual target dan minimal amount order serta hambatan dari logistik berupa lokasi gudang dan proses pengiriman produk yang menggunakan berbagai jenis ekspedisi pilihan pelanggan. Hambatan-hambatan tersebut menyebabkan
terdapat aktivitas yang tidak bernilai tambah (non-value added activity) pada rantai nilai PT ABC yang dapat dilakukan penghapusan, pengurangan, seleksi dan sharing aktivitas yang tidak bernilai tambah sehingga menghasilkan penghematan yang dapat mengurangi biaya operasional perusahaan untuk memaksimalkan profitabilitas.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa dengan menggunakan penerapan Value Chain Analysis dan Activity-Based Management maka PT ABC dapat melakukan manajemen biaya dan efisiensi biaya untuk memaksimalkan profitabilitas.

PT ABC is one of Indonesia's importers and distributors of medical equipment. After the
Covid-19 pandemic, many new entrepreneurs became interested in importation,
resulting in increased price competition for medical device products. Additionally,
excessive operational costs contributed to the company's profit decline. Therefore, it
requires a commitment of management to implement strategic costs or cost management
for each company's activities in order to maximize profitability. This study seeks to
identify and analyze non-value-added activities that contribute to increasing the
operational cost efficiency of the company. This study employs Value Chain Analysis
and Activity-Based Management as its framework. To strengthen the results of the
analysis, observations, document analysis, in-depth interviews, and internal discussions
with PT ABC's management team were conducted. The results of the analysis indicate
that there are obstacles for suppliers associated with the minimum order quantity,
annual target, and minimum order amount, as well as obstacles from logistics in the
form of warehouse locations and product delivery processes employing a variety of
customer-selected expedition types. These obstacles cause non-value-added activities in
PT ABC's value chain that can be eliminated, reduced, selected, and shared in order to
generate savings that can reduce the company's operational costs and increase its
profitability. This study concludes that by applying Value Chain Analysis and Activity-
Based Management, PT ABC can maximize profitability through cost management and
cost efficiency.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erry Hartanto
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S36766
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
S10336
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sari Setiyowardhani
"ABSTRAK
Laporan magang ini membahas dan menganalisis tentang perlakuan akuntansi untuk pendapatan dan piutang usaha pada perusahaan katering pesawat PT X Jakarta. Analisis dilakukan dengan membandingkan praktek nyata di perusahaan dengan PSAK dan IFRS. Pada laporan ini ditemukan bahwa perusahaan mengakui dan melaporkan pendapatan sesuai dengan standar akuntansi. Ditemukan juga bahwa perusahaan memiliki piutang jatuh tempo sebesar setengah dari total piutangIn-flight Service, dan perusahaan tidak menggunakan aging schedule untuk memperkirakan piutang tak tertagih dikarenakan piutang tak tertagih ditentukan hanya ketika pelanggan menyatakan bangkrut atau pailit. Saran yang bisa diberikan kepada perusahaan adalah menggunakan aging schedule untuk memperkirakan piutang tak tertagih sesuai dengan standar akuntansi, memperketat penagihan piutang agar piutang yang sudah jatuh tempo bisa tertagih, dan memproses writeoffyang masih tertunda.

ABSTRACT
This internship report discusses and analyze about the accounting treatment applied to revenue and trade receivables of 2015 in an in flight catering service Company X Jakarta. The analysis is done by comparing real practice in the company with PSAK and IFRS. It is found that the company recognize and report their revenue according to accounting standard. It is also found that the company have overdue receivables amounting to half of the total receivables of In flight Service, and the company do not use aging schedule to estimate uncollectibles since uncollectibles are determined only when their customer declare bankruptcy. Recommendations for the company are to use their aging schedule to estimate their uncollectibles, to tighten their receivables collection to collect the mounting overdues, and to process the delayed write off."
2016
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kasiki Winata
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1982
S16756
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eddy Prayitno
"ABSTRAK
Dalam dunia penerbangan sipil, keselainatan penerbangan
adalah hal yang tidak dapat ditawar lagi. Karena itu
perawatan pesawat terbang pada suatu airline adalah
kegiatan yang tidak dapat dihindarkan.
Kegiatan perawatan pesawat terbang adalah gabungan
kegiatan yang padat modal, padat teknologi dan padat karya
secara sekaligus. Dengan demikian kegiatan ini cukup unik
dan memerlukan biaya yang tidak sedikit, karena itu
kemampuan untuk meramalkan biaya yang dibutuhkan akan
sangat menolong perencanaan baik dibidang produksi maupun
dibidang keuangan.
Biaya perawatan dapat dibagi dalam dua golongan besar
yaitu biaya langsurìg dan biaya tidak langsung (Direct dan
Indirect Cost). Biaya langsung terdiri dari biaya tenaga
kerja dan biaya material.
Untuk perusahaan penerbangan di-Indonesïa seperti Garuda
Indonesia dimana sebagian besar dari suku cadang yang
diperlukan masih harus didatangkan dari luar negeri maka
untuk menjaga kesinambungan operasi harus mempunyai
persediaan yang cukup, dengan kata lain pengelolaan
inventory suku cadang harus baik. Besarnya inventory akan
mempunyai dampak langsung texhadap net income perusahaan.
Karena itu harus diambil kebijaksanaan yang tepat dalam
menentukan tingkat persediaan.
Untuk meramalkan kebutuhan jumlah material secara global
dapat dilakukan dengan membuat model yang dapat
menerangkan hubungan antara spesifikasi pesawat terbang
dan beberapa data operasional lainnya dengan jumlah
kebutuhan material. Terdapat beberapa metoda yang
dikembangkan oleh pabrik pesawat terbang, NASA dan badan
penerbangan lainnya, model yang dibuat berdasarkan metoda
ini adalah merupakan base line dan kemudian dibandingkan
dengan data aktual dan airline bersangkutan untuk mencari.
airline factor, sehingga model tersebut dapat digunakan
sebagai model airline tertentu. Berdasarkan informasi yang
diperoleh dan perhitungan tersebut diharapkan dapat
diambil berbagai keputusan mengenai kebijaksanaan tingkat
persediaan dalam sistem inventory untuk mendukung operasi.
perawatan pesawat terbang pada suatu airline.
"
1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>