Ditemukan 165728 dokumen yang sesuai dengan query
Juliet Esther Michiko Runturambi
"Sebelum mengeluarkan suatu kebijaksanaan pemeritah harus mengerti benar kondisi yang terjadi di Indonesia agar kebijaksanaan yana dikeluarkan dapat meningkatkan kesejahteraan bangsa. Salah satu kondisi yang perlu diketahui adalah ada tidaknya tradeoff yang terjadi antara tingkat output dan laju inflasi dan berapa besar nilai tradeoff tersebut berdasarkan alasan ini maka, penulis ingin menguji hipatesa ada tidaknya hubungan antara. tingkat output dan laju inflasi, khususnya tradeoff yang terjadi antara tingkat output dan laju inflasi di Indonesia. Untuk dapat mengamati hubungan antara laju inflasi dan tingkat output digunakan dua model yaitu model Lucas dan model Hanson. Struktur umum kedua madel tersebut diperoleh dari keseimbangan antara kurva penawaran agreqat dan kurva permintaan agregat. Hipotesa yang akan diuji pada kedua model tersebut adalah ada tidaknya hubungan positif antara tingkat output dan perubahan harga. Hasil penelitian model Lucas dan Hanson membuktikan bahwa Pada waktu-waktu tertentu tradeoff antara output dan inflasi memang terjadi di indonesia. Bahkan kebijaksanaan yanq .dilakukan pemerintah dalam rangka meningkatkan pendapatan nominal memiliki efek awal yang besar pada laju inflasi. Juga diperoleh hasil bahwa Indonesia termasuk kategori negara dengan inflasi antara sedang dan sanqat tinggi dan termasuk negara berkembang. Perbandingan yang dilakukan antara hasil regresi model Lucas dan Hanson denqan kebijaksanaan Indonesia yanq sudah dijalankan.
menunjukan bahwa. pada momen-momen tertentu kebijaksanaan-kebijaksanaan yang sifatnya besar dalam mempenqaruhi harga dan dilakukan secara mendadak (seperti devaluasi) perlu dilakukan untuk memperbaiki kondisi perekonomian yanq kuranq baik. Namun kebijaksanaan-kebijaksanaan tersebut jangan digunakan untuk jangka panjang karena efeknya yang cukup besar terhadap inflasi. Untuk jangka panjang kebijaksanaan yang perIu dilakukan adalah kebijaksanaan yang dapat menghilanqkan distorsi ekonomi dan dilakukan secara berkesinambungan (konsisten). Contohnya adalah kebijaksanaan penghematan pengeluaran pemerintah, pening katan penerimaan pajak, peningkatan peran operasi pasar terbuka, kebijaksanaan sektor riil dan lain-lain. Studi ini masih memiliki kelemahan karena determinan Pertumbuhan moneter serta masalah-masalah lain seperti restriksi impor, kegagalan panen, hutang, tidak dimasukan ke dalam estimasi model akibat kekurangan data. Karena itu apabila ingin melakukan penelitian lebih lanjut kelemahan-kelemahan ini harus diperhatikan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1994
S18728
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Sugiharso Safuan
"Mencapai cita cita menuju Indonesia Emas 2045 akan menjadi tantangan, tetapi itu adalah tujuan yang patut diperjuangkan. Dengan berinvestasi di bidang pendidikan, infrastruktur, teknologi, dan pembangunan berkelanjutan, Indonesia dapat menciptakan masa depan yang lebih baik bagi semua warganya. Selain itu, untuk mewujudnya membutuhkan upaya bersama dari pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil. Ini juga akan membutuhkan komitmen yang kuat untuk reformasi dan inovasi. Dari sisi kebijakan (moneter), salah satu elemen penting dalam jangka kaitannya dengan independensi bank sentral adalah komitmen untuk stabilisasi harga (price stability). Tingkat harga yang stabil akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja yang maksimum."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
PGB 0616
UI - Pidato Universitas Indonesia Library
BEMP 2 (1-2) 2009
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
BEMP 9(1-2) 2006
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
BEMP 2:4 (2000)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Menneapolis : University of Minnesotta Press , 1953
339.43 SAV
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Leo Putera Rinaldy
"Pengalaman inflasi Indonesia yang tinggi dan tidak efektifnya penerapan nominal anchor menggunakan besaran moneter telah membuat Bank Indonesia untuk beralih kepada kerangka kebijakan moneter menggunakan nominal anchor target inflasi (inflation targeting framework). Proses ini diawali oleh perubahan UU No. 13 tahun 1968 tentang Bank Indonesia menjadi UU No.23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Dalam undangundang tersebut secara eksplisit dinyatakan bahwa Bank Indonesia diarahkan untuk mencapai sasaran inflasi yang telah ditetapkan. Sejalan dengan itu, sejak tahun 2000 Bank Indonesia mulai menempuh langkah-langkah penerapan kerangka kerja kebijakan moneter berdasarkan suatu kerangka yang dikenal dalam literatur ekonomi dan praktek-praktek bank-bank sentral lain dengan sebutan Inflation Targeting Framework. Penelitian ini menguji variabel-variabel makro ekonomi ( government external debt, narrow money (M1), stock market capitalization, inflasi, PDB riil dan nilai tukar Rupiah terhadap US dollar (RP/$US)) yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap perkembangan Inflation Targeting Framework Indonesia. Diharapkan penelitian ini dapat memberi pengaruh terhadap perkembangan Inflation Targeting Framework Indonesia menjadi lebih baik."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
"This paper analyzes the impact of regional fiscal and monetary, economic crisis and local-government autonomy on the inflation and regional economic growth in North Moluccas, from the period of 1995:I-to the period of 2007:IV...."
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Kacaribu, Febrio Nathan
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
S19374
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Sitanggang, Natalia Magdalena
"Dengan ditetapkannya Undang-undang No. 23 tahun 1999, maka tujuan Bank Indonesia menjadi lebih terfokus untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah tersebut mencakup kestabilan terhadap barang dan jasa yang tercermin dari perkembangan laju inflasi dan kestabilan terhadap mata uang negara lain yang diukur dengan perkembangan nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara lain. Sudut pandang term structure theory mengatakan bahwa ekspektasi masyarakat terhadap inflasi di masa akan datang dapat dilihat dari perkembangan suku bunga nominal perbankan. Secara umum, dikatakan bahwa suku bunga nominal mencerminkan suku bunga riil ditambah ekpektasi inflasi. Dengan demikian, perkembangan suku bunga nominal dapat digunakan sebagai indikator ekspektasi inflasi masyarakat. Oleh karenanya, penelitian ini bertujuan untuk menilai kemungkinan penerapan pergerakan suku bunga untuk dijadikan sebagai indikator ekspektasi inflasi di masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif grafik yield curve suku bunga deposito dan metode kuantitatif makro sederhana untuk memperoleh informasi suku bunga yang memiliki kemampuan menjelaskan pergerakan ekspektasi inflasi. Hasil analisa menunjukkan spread suku bunga deposito 6 dan 1 bulan, spread suku bunga deposito 6 dan 3 bulan, dan spread suku bunga deposito 6 dan SBI 1 bulan memiliki kemampuan menjelaskan ekspektasi inflasi, dengan kemampuan koreksi (penyesuaian) tercepat dimiliki oleh suku bunga deposito 6 dan 3 bulan. Namun, model ini belum dapat digunakan untuk proyeksi ekspektasi inflasi."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
S19432
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library