Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 224945 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jessie Octavillisia
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S27853
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Trinzi Mulamawitri
"ABSTRAK
Masuknya tenaga kerja asing (TKA) ke Indonesia adalah suatu fenomena yang sudah tidak asing lagi apalagi dengan semakin maraknya globalisasi. Namun bertugas di luar negeri apalagi jika negara tersebut memiliki latar belakang budaya berbeda adalah hal yang tidak mudah. Selama tinggal di luar negeri, TKA akan mengalami akulturasi psikologis yaitu perubahan yang terjadi pada diri individu akibat kontak dengan budaya lain yang berlangsung secara terus menerus (Graves dalam Berry & Kim, 1988). Selama proses akulturasi inilah acap kali muncul berbagai sumber stres yang diakibatkan adanya perubahan tersebut (Berry, 1994). Adanya nilai-nilai budaya yang bertentangan antara negara asal dan negara yang didatanginya juga meningkatkan stres akulturatif yang dihadapinya (Adler, 1991). Penelitian ini akan melihat gambaran sumber stres akulturatif serta strategi coping yang dilakukan TKA Amerika ketika bekerja di Indonesia. Negara asal Amerika dipilih sebab jumlah ekspatriat terbanyak dari negara Barat berasal dari negara ini (Depnaker, 2002).
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif melalui wawancara dan observasi. Subyek yang diperoleh adalah 3 orang manajer Amerika yang telah tinggal di Indonesia selama 1,5 tahun hingga 2,8 tahun. Berbagai masalah dalam pekerjaan yang diakibatkan perbedaan budaya yang dikemukakan oleh Shuetzendorf (1989 dalam Ruky, 2000) serta permasalahan lainnya ternyata dialami oleh semua subyek. Sumber stres utama yang ditemukan pada ketiga subyek adalah adanya penekanan pada hubungan baik dan harmonitas kelompok saat bekerja daripada kinerja individu. Sumber stres lain adalah masalah kurangnya keterbukaan karyawan dalam berkomunikasi, kurangnya inisiatif karyawan dan kurangnya rasa tanggung jawab personal karyawan.
Berdasarkan analisis dengan menggunakan teori Hofstede (1995), Ruky (2000) dan Koentjaraningrat (1997 dalam Ruky, 2000) maka memang terbukti bahwa masalah-masalah tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan-perbedaan dimensi nilai dalam budaya kerja Amerika dan Indonesia yang mengganggu TK A saat melaksanakan pekerjaannya. Perbedaan utama terlihat dari dimensi individualisme dan kolektivisme antara dua negara yang saling bertentangan. Kemudian adanya kesenjangan power distance juga kerap menimbulkan berbagai masalah. Dalam penelitian ini berdasarkan strategi coping yang dikemukakan oleh Carver, Scheier & Weintraub (1989) ditemukan bahwa strategi coping yang sering digunakan semua subyek untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah strategi active coping.- Strategi emotion focused coping berbentuk acceptance juga sering digunakan secara bersamasama dengan active coping.
Adanya kesamaan latar belakang budaya Amerika dan budaya perusahaan asing tempat mereka bekerja kemungkinan mempengaruhi stressor akulturatif yang dihadapi. Untuk mendapatkan gambaran stressor akulturatif yang lebih kaya maka penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan subyek yang berasal dari berbagai negara dan bekerja untuk perusahaan dalam negeri. Saran terutama diberikan pada perusahaan agar memberikan informasi lebih lanjut tentang budaya kerja Indonesia pada TKA untuk mendorong keterbukaan terhadap budaya lain. Kegiatan konseling bagi TKA untuk mengatasi stres akulturatif juga akan sangat bermanfaat."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
S3101
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amrul M. S. Baroos
"Tidak diragukan lagi bahwa gangguan kesehatan mental karyawan dapat menimbulkan akibat-akibat yang serius bagi perusahaan maupun industri. Sebagai contoh: depresi, kehilangan harga diri, tekanan darah tinggi, kecanduan alkohol ataupun ketergantungan obat semuanya memperlihatkan hubungan dengan kesehatan mental (Ivancevich & Matteson,1980). Kesemua hal yang disebutkan ini berpengaruh langsung terhadap perusahaan baik dari segi sumberdaya manusia maupun keuangan perusahaan.
Demikian juga halnya dengan penyelam, adanya gangguan kesehatan mental pada penyelam akan memberikan pengaruh yang sangat serius tidak saja bagi diri penyelam itu sendiri tetapi juga kerugian pada perusahaan yang mempekerjakan penyelam tersebut secara operasional maupun moral, yang akhirnya bermuara pada kerugian finansial. Seberapa besar kemungkinan seorang penyelam mendapat gangguan kesehatan mental paling tidak dapat disimpulkan dari gambaran tentang pekerjaan serta lingkungan kerja yang digeluti seorang penyelam yang bekerja pada operasi perminyakan di lepas pantai sebagaimana yang digambarkan berikut ini.]
Penyelam adalah suatu profesi yang tidak dapat dikesampingkan dalam operasi pencarian dan pengeksploitasian lapangan minyak dan gas bumi di lepas pantai. Lingkungan pekerjaan dan cara-cara melakukan tugas yang harus dilaksanakan dengan menyelam di dalam laut sangatlah berbeda dengan lingkungan pekerjaan dan cara-cara bekerja yang dilakukan orang di darat. Lingkungan pekerjaan di dalam air menuntut ketahanan fisik dan kesehatan seorang penyelam tetap prima serta membutuhkan peralatan khusus yang harus dapat melindungi para penyelam dari pengaruh lingkungan kerja yang mengelilinginya. Beberapa perlengkapan selam yang dikenakan pada tubuh seperti pengatur aliran udara untuk bernafas, tangki cadangan udara, pakaian selam yang melindungi penyelam dari penurunan suhu badan, alat pemberat yang membantu penyelam untuk turun ke kedalaman yang lebih besar, sepatu selam dengan ship dan lain-lain peralatan, menuntut kemampuan penyelam untuk menyesuaikan diri dalam menggunakannya.
Pada pekerjaan menyelam yang membutuhkan waktu relatif lama serta kedalaman yang lebih besar, teknik dan peralatan yang digunakan lebih khusus lagi. Selain itu diperlukan pula suatu proses treatment terhadap penyelam untuk mengembalikan kondisi fisiknya kepada keadaan normal setelah baru saja mengalami tekanan-tekanan fisik ketika berada di kedalaman laut. Treatment dilakukan baik ketika sedang menyelam yaitu berupa penggunaan gas-gas campuran untuk meringankan pernafasan, maupun setelah selesai menyelam yaitu dengan proses dekompresi secara bertahap untuk mencegah kemungkinan terjadinya kerusakan pada organ tubuh penyelam seperti pecahnya paru paru, pendarahan otak, keracunan gas dan lain-lain. Demikian pula lingkungan kerja di dalam laut yang sifatnya sangat berbeda dengan kondisi lingkungan kerja di darat, seperti ombak, arus laut, suhu yang dingin, tekanan air terhadap tubuh, bouyancy, visibility, maupun ancaman dari binatang laut merupakan stresor yang dapat memberikan tekanan secara fisik maupun psikis kepada penyelam. Di samping itu dibutuhkan kemaanpuan untuk dapat bekerja sendiri di dalam air karena keterbatasan jarak pandang serta adanya hambatan-hambatan untuk dapat berkomunikasi antara seorang penyelam dengan penyelam lainnya.
Bentuk pekerjaan yang dilakukan para penyelam pada operasi eksploitasi minyak dan gas bumi di lepas pantai sebagian terbesar merupakan pekerjaan-pekerjaan yang banyak hubungannya dengan pemasangan konstruksi bawah laut. Pemasangan pipa-pipa untuk mengalirkan minyak dan gas bumi, penempatan anjungan-anjungan produksi maupun anjungan pemboran pada posisinya yang tepat di dasar laut, pemeriksaan dan perbaikan kerusakan-kerusakan yang terdapat pada fasilitas bawah air karena adanya keretakan pada sambungan las kaki-kaki anjungan, kebocoran pipa-pipa alir minyak dan gas maupun kerusakan-kerusakan yang ada pada dinding kapal yang ada di bawah permukaaan air. Jenis pekerjaan yang diutarakan di atas melibatkan ukuran maupun bentuk benda-benda yang besar dan rumit dengan berat yang tidak biasa bila dibandingkan dengan ukuran, bentuk maupun berat benda-benda yang biasa ditangani di darat? "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Patricia Y. Tunrisna
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh dyadic coping stress communication, positive dyadic coping, dan negative dyadic coping terhadap kepuasan pernikahan pada pasangan commuter marriage yang dual careers family. Sebanyak 33 pasangan suami istri 66 orang mengisi dua alat ukur yang digunakan pada penelitian ini, yaitu Dyadic Coping Inventory DCI untuk mengukur dyadic coping yang digunakan pasangan dan Couple Satisfaction Index CSI yang mengukur kepuasan pernikahan. Pada penelitian ini, ditemukan terdapat pengaruh positive dyadic coping yang terdiri dari supportive, delegated, dan common dyadic coping GFI= 0.999 > 0.9; RMSEA= 0.03< 0.05; dan p-value 0.245>0.05 terhadap kepuasan pernikahan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa positive dyadic coping suami tidak berpengaruh terhadap kepuasan pernikahan dirinya sendiri, namun persepsi suami terhadap coping istri justru berkontribusi. Di sisi lain, seluruh aspek positive dyadic coping milik istri ditemukan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasaan pernikahannya sendiri actor effect dan juga kepuasaan pernikahan suami partner effect . Hasil penelitian lainnya, tidak ditemukan adanya pengaruh stress communication dan negative dyadic coping yang signifikan terhadap kepuasan pernikahan.

This study aims to see the effect of dyadic coping stress communication, positive dyadic coping, and negative dyadic coping on marital satisfaction in couples commuter marriage that dual careers family. A total of 33 married couples 66 people filled the two measuring instruments used in this study, namely Dyadic Coping Inventory DCI to measure the dyadic coping used by couples and Couple Satisfaction Index CSI that measure marital satisfaction. In this study, there was found positive dyadic coping effect consisting of supportive, delegated, and common dyadic coping GFI 0.999 0.9, RMSEA 0.03 0.05 to marital satisfaction.
The results of this study indicated that husband's positive dyadic coping does not affect his own marital satisfaction, but the husband's perception of wife's coping actually contribute. On the other hand, all aspects of wife's positive dyadic coping are found to have a significant influence on her own marital satisfaction actor effect and also the marital satisfaction of husbands partner effect . Other research results, there was no significant effect of stress communication and negative dyadic coping on marital satisfaction.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
T51158
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Baby Ingrid
"Seiring dengan perkembangan yang terjadi di berbagai bidang kehidupan, kini wanita maupun pria memiliki kesempatan yang sama untuk mengembangkan diri. Wanita yang bekerja di luar rumah menjadi sorotan masyarakat ketika ia memutuskan untuk tetap bekerja setelah menikah dan mempunyai anak. Pandangan tradisional masyarakat menuntut wanita untuk bertanggung jawab terhadap urusan rumah tangga dan pengasuhan anak. Ada berbagai alasan mengapa seorang istri memutuskan untuk bekerja. Selain untuk memperoleh penghasilan (ekonomis) juga adanya kebutuhan untuk memperluas wawasan intelektual dan interaksi sosial (non-ekonomis).
Keputusan istri untuk bekerja mendatangkan konsekuensi pada tiga aspek dalam lingkungannya, yaitu pada hubungan perkawinan, pada anak serta pada dirinya sendiri. Penelitian-penelitian yang dilakukan selama ini cenderung berfokus pada konsekuensi negatif tanpa lebih dalam melihat pandangan obyektif, dari pihak istri dan suami. Oleh karena itu, penelitian ini ingin mengetahui gambaran yang lebih mendalam mengenai persepsi kedua pihak terhadap tujuan dan konsekuensi istri yang bekerja penuh waktu. Adapun yang dimaksud persepsi adalah interpretasi secara selektif oleh individu untuk memberi arti pada Iingkungannya Dengan demikian permasalahan dalam penelitian ini ialah : Bagaimanakah persepsi suami dan istri terhadap istri yang bekerja sebagai karyawati penuh waktu ?
Penelitian ini menggunakan pengumpul data berupa kuesioner dan wawancara sebagai pelengkap. Subyek penelitian ialah pasangan suami-istri yang bekerja penuh waktu sudah mempunyai anak, berpendidikan minimal SLTA. Istri berusia 22-45 tahun dan bekerja di instansi swasta.
Hasil yang diperoleh dari 57 pasang suami-istri menunjukkan bahwa istri dan suami mempersepsi adanya tujuan ekonomis dan non-ekonomis dari bekerja. Adapun terhadap konsekuensi, suami mernpersepsi konsekuensi yang positif dari istri yang bekerja sedangkan istri mempersepsi adanya konsekuensi yang positif dan sekaligus negatif pada hubungan perkawinan, anak dan diri istri yang bersangkutan. Hasil tambahan menyatakan bahwa semakin positif persepsi suami terhadap konsekuensi istri bekerja semakin negatif persepsi istri, sebaliknya semakin positif persepsi istri semakin negatif persepsi suami. Hasil wawancara mendukung hasil di atas dan memberi data tambahan bahwa pasangan suami istri cenderung rnenjalankan peran tradisional.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa istri bekerja untuk tujuan ekonomis dan non-ekonomis, dimana hal ini dipersepsi sama pentingnya oleh suami maupun istri. Berkaitan dengan konsekuensi istri bekerja, ternyata persepsi suami Iebih positif dibandingkan dengan persepsi istri bekerja yang bersangkutan. Sebagai tambahan, hasil penelitian ini juga mengungkapkan bahwa pasangan suami-istri mempersepsikan peran masing-masing dalam rumah tangga yang masih cenderung tradisional."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
S2484
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Grisdy Mahardikana
"Beberapa tahun terakhir, masyarakat dihadapakan oleh kondisi pandemi COVID-19 yang sedang melanda dunia. Kondisi ini mengganggu seluruh aktivitas di berbagai sektor tak terkecuali sektor informal, seperti ojek online. Hal ini dipicu oleh kebijakan-kebijakan pemerintah yang menyebabkan terbatasnya pergerakan ekonomi masyarakat tak terkecuali pada sektor informal seperti ojek online. Dengan adanya kebijakan tersebut mengakibatkan menurunnya penghasilan pengemudi ojek online. Hal ini menggambarkan bagaimana tertekananya pengemudi ojek online, dimana kondisi ini dapat memicu terjadinya stres. Stres merupakan gangguan kesehatan mental yang sangat berbahaya karena dapat mengganggu produktivitas, fisik dan psikologis. Pada skripsi ini akan dicari faktor-faktor yang signifikan memengaruhi tingkat stres pada pengemudi ojek online di DKI Jakarta dan untuk mengetahui profil pengemudi ojek online yang mempunyai tingkat stres tinggi berdasarkan faktor-faktor yang signifikan. Faktor yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dukungan sosial, religiusitas, kepuasan kerja, umur, status nikah, jumlah tanggungan, masa kerja, lama kerja dan pendapatan. Metode yang digunakan dalam penyelesaian masalah penelitian ini yaitu metode Partial Least Square (PLS) dan metode Classification and Regression Tree (CART). Data yang digunakan adalah data primer sebanyak 271 pengemudi ojek online di DKI Jakarta yang diambil menggunakan purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan dukungan sosial, kepuasan kerja, lama kerja, dan masa kerja berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat stres. Selain itu, diperoleh pula bahwa profil pengemudi ojek online yang memiliki tingkat stres tinggi yaitu pengemudi dengan tingkat kepuasan kerja rendah, memiliki lama waktu bekerja >8 jam/hari, serta memiliki dukungan sosial rendah dan juga pengemudi dengan tingkat kepuasan kerja rendah, memiliki lama kerja > 8 jam/hari, memiliki dukungan sosial tinggi, serta memiliki masa kerja > 2 tahun

In recent years, society has been faced with the COVID-19 pandemic that is sweeping the world. As a result of this condition, it disrupts all activities in various sectors, including the informal sector, such as online motorcycle taxis. This is triggered by government policies that limit the economic movement of the community, including the informal sector such as ojek online. This is the pressure experienced by ojek online which can trigger stress. Stress is a mental health disorder that is very dangerous because it can interfere with productivity, physically and psychologically. In this research, the researcher wants to know the factors that significantly affect the stress level of online in DKI Jakarta and to find out the profile of ojek online who have high stress levels based on significant factors. The factors used in this research are social support, religiosity, job satisfaction, age, marital status, number of dependents, years of service, length of work and income. The methods used in solving this research problem are Partial Least Square (PLS) method and Classification and Regression Tree (CART) method. The data that are used in this research is primary data as many as 271 ojek online in DKI Jakarta taken using purposive sampling. The results showed that social support, job satisfaction, length of work, and year of service had a significant effect on stress levels. In addition, it was also found that the profiles of online who have high stress levels are drivers with low levels of job satisfaction, have a long working time of > 8 hours/day, and have low social support and are also drivers with a low level of job satisfaction, have long working hours/day, have high social support, and have a year of service > 2 years"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhtar Efendi
"ABSTRAK
Pekerjaan sebagai polisi adalah sebuah profesi yang sangat potensial menimbulkan stres. Hal ini dimungkinkan karena profesi ini khususnya polisi Sabhara mempunyai tugas yang sangat kompleks, yaitu tugas pokoknya sebagai pelayan dan pelindung masyarakat Keseharian tugas yang dilaksanakan antara lain dalam bentuk pengaturan, penjagaan, pengawalan dan patroli. Hal ini sangat potensial menimbulkan stres yang timbul dari tugas-tugas tersebut maupun sumber stres lain yang ikut berperan dalam pelaksanaan tugasnya. Menurut penelitian yang dilakukan sebelumnya stres dapat mempengaruhi kepuasan kerja seseorang. Sehingga untuk meningkatkan kepuasan kerja karyawan perlu dilakukan pengelolaan stres kerja agar dicapai hasil kerja yang optimal. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara tingkat stres dan kepuasan kerja anggota Polri khususnya pada fungsi Sabhara. Sampel terdiri dari 106 anggota Sabhara yang dipilih dengan menggunakan metode non probability sampling dari wilayah Jakarta dan sekitarnya meliputi Polda Metro Jaya, Mabes Polri, Polres Jakarta Selatan, Polres Jakarta Timur, Polres Jakarta Barat, Polres Jakarta Utara dan Polres Depok. Untuk melihat hubungan stres dan kepuasan kerja tersebut dilakukan perhitungan nilai rata-rata dan korelasi pearson product moment pada kedua alat ukur. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan negatif yang signifikan antara stres dan kepuasan keija hygiene. Disamping itu juga ditemukan hubungan negatif antara stres dengan kepuasan kerja motivator namun tidak signifikan pada level 0,05. Hal ini berarti ada hubungan terbalik antara tingkat stres dengan kepuasan keija faktor hygiene dan faktor motivator pada anggota polri Sabhara. Dengan perkataan lain, makin tinggi tingkat stres anggota Sabhara maka makin rendah kepuasan kerja (baik faktor hygiene dan motivator) yang dirasakan. Sebaliknya, makin rendah tingkat stresnya maka makin tinggi kepuasan kerja (hygiene dan motivator) yang dirasakannya. Mayoritas dari sampel penelitian ini terbatas pada anggota Sabhara dengan pangkat Bintara. Untuk mengatasi keterbatasan ini disarankan untuk melakukan penelitian pada sampel yang mencakup beibagai fungsi dan pangkat yang ada di Kepolisian. Dengan demikian diharapkan dapat diperoleh hasil penelitian yang dapat digeneralisasikan pada organisasi Kepolisian. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini, setidaknya dapat memberikan gambaran hubungan stres dan kepuasan kerja pada anggota Sabhara. Mengingat bahwa pada akhirnya kepuasan keija dan tingkat stres akan mempengaruhi produktifitas keija, disarankan agar dapat dikembangkan semacam pelatihan untuk mencegah dan mengelola stres yang mungkin dialami anggota Polri. Disamping itu, hasil tentang kepuasan kerja dapat menjadi masukan bagi organisasi Polri untuk dapat lebih meningkatkan kesejahteraan anggotanya."
2004
S3506
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lugina Prativi
"Skripsi ini membahas faktor yang mempengaruhi stres kerja di fungsi Operasi dan Produksi PT. Pertamina Geothermal Energy area Kamojang tahun 2012. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain studi kasus. Penelitian ini menggunakan teori Cox, Griffith, dan Rial-Gonzales tahun 2000 dengan variabel yang digunakan yaitu Bahaya Fisik berupa kebisingan, Konten Pekerjaan (Beban Kerja dan Desain Kerja) dan Konteks Pekerjaanyaitu (Hubungan Interpersonal, Peran di Organisasi dan Pengembangan Karir). Data primer diperoleh dengan wawancara mendalam kepada informan dan observasi langsung ke area kerja, sedangkan data sekunder didapatkan dari data perusahaan dan studi literatur terdahulu. Hasil yang didapat, faktor yang mempengaruhi stres kerja adalah bahaya fisik dari kebisingan, sedangkan bahaya psikososial pada konten pekerjaan yaitu beban kerja dan kontek pekerjaan yaitu hubungan intepersonal.

This research is the factors that influence job stress in the worker of Operations and Production PT. Pertamina Geothermal Energy Kamojang area in 2012. This research is a qualitative case study design. This study using the theory of Cox, Griffith, and Rial-Gonzalez in 2000 with the variable is a Physical Hazards such as noise, Content to Works (Workload and Work Design) and Context to Work (Interpersonal Relationships, Role in Organizations and Career Development). The primary data obtained by the informant in-depth interviews and direct observation to the work area, while the secondary data obtained from the company's data and previous literature. The results, factors affecting job stress is physical hazards of noise, whereas psychosocial hazards on the job content and context of the work load and the intepersonal relationships."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S43975
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lumban Gaol, Nova M.
"Stres mengakibatkan masalah pada kondisi fisik dan kesehatan psikologis pekerja, bahkan dapat membuat produktivitas pekerja menurun. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kondisi perjalanan ke tempat kerja yang tidak kondusif dapat memicu terjadinya stres. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan tingkat stres kerja dan jenis mekanisme koping pada pekerja, dan melihat hubungannya dengan karakteristik pekerja yang menggunakan jasa Kereta Listrik dari Bogor-Jakarta setiap hari. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dan sampel kelompok pekerja sebesar 106 orang yang dipilih dengan teknik quota sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pekerja (56,6%) mengalami stres kerja dalam tingkat sedang dan memiliki distribusi frekuensi yang hampir sama antara pekerja yang memiliki mekanisme koping adaptif (50,9%) dan maladaptif (49.1%). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tingkat penghasilan pekerja (p=0,006) dan lama menjadi pekerja (p=0.006) memiliki hubungan dengan tingkat stres kerja dan status pernikahan pekerja (p=0,022) memiliki hubungan dengan mekanisme koping.

Stress effected physical and psychological problems of workers health, even decreasing worker productivity. Several studies have shown that the un-conducive journey to workplace lead to stress. This study aims to describe stress levels, types of coping mechanism, and both relationship with characteristic’s workers who use the services of Electric Trains at Bogor-Jakarta route every day. This study used cross-sectional design, using a sample group by 106 people that chosen by quota sampling technique.
The results showed that majority of workers (56.6%) experiencing moderate levels of stress work, and have nearly the same frequency distribution among workers who have adaptive coping mechanisms (50.9%) and maladaptive (49.1%). The results also showed that the level of labor income (p = 0.006) and duration become a worker (p = 0.006) had a relationship with the level of work stress, and marital status of workers (p = 0.022) had a relationship with coping mechanisms.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S46004
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silaen, Ratna Nurlely
"Latar belakang. Nyeri haid yang berkaitan dengan kerja gilir, stres kerja merupakan salah satu gangguan haid yang mengganggu aktivitas sehari-hari wanita pekerja yang memerlukan pengobatan. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi faktor-faktor tersebut.
Metode. Penelitian ini di unit produksi pabrik sepatu PT `H' di Tangerang bulan Mei-Juni 2004. Analisis memakai pendekatan rasio odds.. Kasus adalah subyek yang mengeluh nyeri haid yang memerlukan pengobatan (NHMO). Kontrol adalah subyek yang mengeluh nyeri haid tetapi tidak memerlukan pengobatan, Kasus dan kontrol diidentifikasi melalui survei.
Hasil. Kasus sebanyak 80 orang dan kontrol 80 orang. Kaitan stresor kerja dengan keluhan NHMO tidak dapat dibuktikan secara statistik. Sedangkan, keluhan NHMO lebih kecil sebanyak 67% di antara yang berpendidikan SLTA/Akademi dibandingkan pekerja berpendidikan SMP [rasio odds (OR) suaian = 0,33; 95% interval kepercayaan (CI) = 0,09-1,13]. Pekerja yang sudah melahirkan anak 59% lebih kecil mengalami keluhan NHMO (OR suaian = 0,41; 95% CI = 0,20-0,82) dibandingkan dengan yang belum pernah melahirkan. Lebih lanjut, wanita pekerja yang bekerja secara gilir 43% lebih kecil untuk mengalami keluhan NHMO (OR suaian = 0,57; 95% CI = 0,25-1,31) bila dibandingkan dengan yang tidak bekerja gilir. Bila dibandingkan dengan yang hanya untuk membantu keluarga, pekerja yang berperan sebagai pencari nafkah utama keluarga 5 kali lebih besar untuk mengalami keluhan NHMO (OR suaian=5,34; 95%CI=1,01-28,32).
Kesimpulan: Perhatian khusus perlu diberikan kepada pekerja yang berpendidikan SMP, yang bekerja tidak gilir, pencari nafkah utama keluarga, atau yang belum mempunyai anak terhadap keluhan nyeri haid yang memerlukan pengobatan.

The Relationship Between Work Stressors And The Dysmenorrhoea With Therapy Among Of Shoes Employees At PT 'H' In TangerangBack ground Dysmenorrhoea is one of menstrual dysfunction which can found and makes problems, among others related to shift work, job stress. Therefore, the objective of this study was to identify the relationship those risk factors.
Methods. This study was carried out among workers at PT in Tangerang during May to June 2004. The analysis using odds ratio to ident the risks, Case was those who had dysmenorrhoea who needed medication (DIVM), whiles control was those who did not need medication.
Result. There were 80 cases and 80 controls. There was noted that no relationship between job stressors and DMv!.. The factors related to DNM were education, parity. shift work, and the function in the family. Compared to lower junior high school workers, senior high school or undergrade had a lower risk being DNM for 67% /adjusted odds ratio (OR) = 0.33; 95% confidence interval (CI) ; 0.09-1.13]. In addition, those who had baby had 59% lowered being DNM than who did not have baby (OR = 0.41; 95% CI 0.20-0.82), and shift workers also had a lower risk of being DNM for 43% (OR 0.57; 95% CI 0.25-1.31). however, the main earners for family worker had higher risk DNM for 5.3 times than who work to increase their family income (OR = 5,34; 95% CI 1.01-28.32).
Conclusion. The workers who had lower education, no parity, and who were not in shift workers need special attention to lower DNM."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T13654
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>