Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 45005 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arum Mustika Harti
"Pantai merupakan kenampakan muka bumi yang bersifat dinamis disebabkan oleh proses-proses yang berasal dari daratan maupun lautan. Perubahan garis pantai merupakan pergeseran letak garis pantai dari kedudukan semula. Jenis perubahan garis pantai berupa abrasi dan akresi yang disebabkan oleh faktor alami dan manusia. Pesisir Teluk Jakarta terdapat banyak muara sungai, diantaranya tiga sungai besar yaitu Ci Sadane dibagian barat, Ci Liwung dibagian tengah dan Ci Tarum dibagian Timur, serta berkembang berbagai aktivitas manusia sepanjang pesisir Teluk Jakarta. Permasalahan yang dikaji yaitu bagaimana perubahan garis pantai di Teluk Jakarta.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui perubahan garis pantai dan faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut serta penggunaan tanah pada wilayah yang mengalami abrasi dan akresi. Dengan metode overlay peta, selanjutnya melakukan analisis perubahannya pada zona barat, zona tengah dan zona timur. Secara keseluruhan berdasarkan hasil pengolahan data tahun 1970-2009 (39 tahun) proses perubahan yang terjadi adalah akresi sebesar 2000 - 2100 Ha dan abrasi sebesar kurang dari 1000 Ha. Akresi dengan luasan yang besar berada di zona timur yaitu pantai sekitar muara Ci Beel dengan kondisi laut yang dangkal yaitu di daerah Babelan, Bekasi. Penggunaan tanah di wilayah yang mengalami abrasi dan akresi umumnya adalah tambak.

The coastline is a land form that is dynamic because of the processes which come from the sea as well as from the land. Change in the coastline is the shifting position of the beach from its former place. There are many types of changes in the movement of coastlines that are caused by many factors whether they are natural or human factors. The coastline of Jakarta Bay consists of many estuaries from streams, which includes the Ci Sadane in the west, Ci Liwung in the center, and Ci Tarum in the east, as well as developments of human activity across the coastline. The problem at this research is how the coastline changes in Jakarta Bay.
The aim of this study is know the changes of the coastline and the influencing factors and the land use in areas that are experiencing abrasion and accretion. Using the overlay mapping method, the study is then continued by analyzing the changes in the west zone, central zone, and east zone. Overall, according to the results of the data processing from 1970-2009 (39 years) the change occurring indicates accretion as large as 2000-2100 hectares and abrasion less than 1000 hectares. The largest accretion process with the largest area is in the east zone that is the coast around outfall Ci Beel with the condition of shallow sea in the Babelan area, Bekasi. Land use in the area that experiences abrasion and accretion in general is the pond area.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S34023
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Retno Minarni
"Pantai merupakan salah satu kenampakan muka bumi yang bersifat dinarnis karena
dapat mengalami perubahan baik dalam waktu relatif cepat maupun lambat. Dinamika
perubahan garis pantai disebabkan oieh proses-proses yang berlangsung, baik yang
berasal dari daratan ataupun yang berasal dari lautan. Pantai Teluk Jakarta yang
terletak di bagian utara P. Jawa berbentuk landai dan sebagian besar wilayahnya
termasuk ke dalam wilayah DKI Jakarta. Pengaruh alarn dan pesatnya pembangunali
yang terdapat di sepanjang pantai Teluk Jakarta menyebabkan pantai mi mengalami
perubahan garis pantal.
Untuk mengetahui perubahan garis pantai Teluk Jakarta selama kurun waktu 53
tahun dilakukan perbandingan peta antara peta topografi tahun 1996 dengan peta
topografi tahun 1943, selisih perubahan garis pantai dihitung dengan menggunakan
planimeter sekala 1:50.000. Langkah selanjutnya yaitu menganalisis faktor-faktor
yang diduga mempengaruhi perubahan garis pantai dengan rnenggunakan data-data
yang diperoleh baik dari instansi terkait ataupun survei lapang. Faktor-faktor tersebut antara lain sedimentasi, arus taut, sungai dan muara sungai, mangrove, penggalian
pasir dan rekiamasi pantai.
Pada Teluk Jakarta terdapat dua jenis wilayah pantai yang mengalami perubahan
I garis pantai, yaitu wilayah pantai yang mengalami perubahan garis pantai maju (akresi)
dan perubahan garis pantai mundur (abrasi). Akresi terdapat di Pantai Kamal - Kapuk
Muara dan, Muara Jingkern - Muara Bungin dengan terbentuknya delta barn Ci
Herang (faktor alam) dan Pantai Mutiara, Pantai Pluit, Pantai Ancol (rekiamasi
pantai). Abrasi terdapat di Pantai Tanjung Pasir - Tanjung Glatik (faktor alam) dan
Pantai Kalibaru - Segara Makmur (faktor manusia).
Perubahan garis pantai karena faktor-faktor alam adalah sebagai berikut; pada -
pantai berbentuk lurus dan 'terbuka', tidak terdapat penglalang pantai, tidak terdapat
mangrove, sehingga arus lebih kuat, terdapat sedikit muara sungai, sedimen yang
diendapkan kecil, maka pantai tersebut akan mengalami abrasi seperti Pantai Tanjung
Pasir - Tanjung Glatik. Pada pantai berbentuk cekung dan 'tersembunyi', terdapat
penghalang pantai, terdapat mangrove, sehingga arus lebih lemah, terdapat banyak
muara sungai, sedimen yang diendapkan besar, maka pantai tersebut akan mengalami
akresi seperti yang terjadi pada Delta Ci Herang.
Perubahan garis pantai karena campur tangan manusia adalah rekiarnasi pantal,
yang terdapat di Pantai Mutiara, Pantai Pluit , Pantai Ancol dan penggalian pasir
pantai, yang terdapat di Pantai Kalibaru - Segara Makrnur."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2006
S33939
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andrian Libriyono
"ABSTRAK
Analisis perubahan garis pantai merupakan hal yang fundamental dalam melakukan investigasi di daerah pesisir baik oleh peneliti, perekayasa, maupun pengambil kebijakan. Strategi yang efektif dalam pengelolaan daerah pantai bergantung adanya tingkat ketelitian dalam pola dan rata-rata perubahan dalam jangka waktu yang lama atas perubahan garis pantai. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan bentuk model spasial perubahan garis pantai melalui hasil identifikasi dan kuantifikasi berdasarkan kronologi perubahan garis pantai yang telah terjadi dan prediksi posisi garis pantai berkaitan dengan adanya rencana reklamasi dan pembangunan tanggul laut di kawasan Teluk Jakarta.
Hasil pemodelan untuk merepresentasikan kurun waktu 1972 ? 2015 menunjukkan rata-rata laju perubahan -2,24 meter/tahun. Secara umum menunjukkan sebagian besar garis pantai mengalami pergeseran atau perubahan ke arah daratan (erosi) untuk bagian barat dan selatan, sedangkan kejadian akresi/penambahan terjadi sebagian besar di bagian timur Teluk Jakarta. Prediksi posisi garis pantai di tahun 2035 dengan kondisi area rencana RTRW di Teluk Jakarta direalisasikan, maka beberapa pulau reklamasi akan mengalami deposisi sedimen dan terjadi penggabungan pulau-pulau tersebut, baik antar pulau reklamasi maupun dengan daratan utama (Pulau Jawa). Rata-rata pergeseran adalah -79.08 meter/tahun (Zona 1), -56.46 meter/tahun (Zona 2), dan 16.70 meter/tahun (Zona 3).

ABSTRACT
Analysis of shoreline change is fundamental in conducting investigations in the coastal area both by researchers, engineers, and policy makers. An effective strategy in the management of coastal areas depend the level of accuracy in the pattern and the average change in the long term on shoreline change.This study was conducted to obtain the form of spatial models of shoreline change through the identification and quantification based on the chronology of shoreline change has occured and the prediction of shoreline position with regard to the planned reclamation and construction of sea dikes in the Jakarta Bay.
Modeling results coastline changes in the period 1972 - 2015 shows the dominance of erosion in most parts of the study area with an average rate of change of -2.24 meters/year. Most of the coastline experienced a shift or change in inland (erosion), whereas the incidence of accretion occurs mostly in the eastern part of Jakarta Bay. Prediction shoreline position in 2035 with condition of the plan area in Jakarta Bay realized, the reclaimed island will experience some sediment deposition and merger of these island, both inter-island reclamation and to the mainland (Java island). The average shift is equal to -79.08 meters/year (Zone 1), -56.46 meters/year (Zone 2), and 16.70 meters/year (Zone 3)."
2016
T46191
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"After completion of the shore protection works, the structural and the sand fill components are susceptible to damage. Therefore, continuing monitoring needs to be programmed comprehensively. Operational monitoring consists of periodic inspection and measurement performed to obtain information necessary to make an updated assessment of the project state on a periodic basis. Periodic inspection includes visual survey, terrestrial photograph, and walking inspection, while measurement includes shoreline and cross-section of structures. Based on the result of the data analysis of Sanur beach year 2004-2006, the shoreline suffers deterioration and loss of beach fill from the condition before the handing over of the project compared to the monitoring result on September 2006. The average loss of beach fill is 15.52% (49.747 m3) compared to year 2004 (before handing over the project). The greatest shoreline recession happened at area L84-G32 with the rate of 8.65 m from shoreline when the project was finished (2004). The recession is estimated due to an offshore transport of material beach fill because of the presence of a trough in front of the coastal structure. Entirely, the rate of shoreline recession at Sanur beach reaches 1.28 m per year."
551 BKMIKPK 1:1 (2008)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"After completion of the shore protection works, the structural and the sand fill components are susceptible to damaga. Therefore, continuing monitoring needs to be prpgrammed comprehensively...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2003
S33671
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hario Wicaksono
"`"
Depok: Universitas Indonesia, 2006
S33947
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Rafli
"Pesisir Bali Selatan secara geografis menghadap Samudra Hindia dengan garis pantai yang cukup luas merupakan daerah yang rawan terjadinya perubahan garis pantai. Garis pantai didefinisikan sebagai batas pertemuan antara permukaan daratan dan permukaan air laut, batas itu dapat bervariasi bentuknya dan dapat berubah dari tahun ke tahun karena sifatnya yang dinamis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh karakteristik litologi, perubahan tutupan lahan, geomorfologi serta arah arus dan tinggi gelombang laut terhadap laju perubahan garis pantai di Bali Selatan tahun 1995-021. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan memanfaatkan Remote Sensing dan teknologi GIS. Citra satelit yang digunakan adalah Landsat 5 TM, Landsat 7 ETM+, Landsat 8 OLI/TIRS dan Sentinel 2A. Interpretasi otomatis dilakukan melalui pemanfaatan rasio band dan perubahan garis pantai diperoleh dengan analisis digital shoreline analysis system (DSAS). Abrasi pantai rata-rata terjadi di Kabupaten Tabanan bagian barat, Gianyar bagian timur dan Badung bagian selatan dengan karakteristik wilayah pesisir dengan gelombang yang cukup tinggi, dekat batuan asal vulkanik dengan karakteristik pantai berwarna hitam karena kandungan zat besi dan tidak terdapat mangrove serta terjadi pada wilayah dengan pengelolaan pantai yang kurang baik. Akresi pantai rata-rata terjadi di leher Bali Selatan yaitu di bagian tengah Kabupaten Badung dan Kota Denpasar, hal ini karena karakteristik aluvial yaitu wilayah yang dekat dengan ekosistem mangrove sehingga sedimentasi yang terbawa arus laut terputus di wilayah ini dan ditambah dekat dengan muara sungai yang banyak membawa sedimen.

The South Bali coast is geographically facing the Indian Ocean with a reasonably vast coastline, which is an area that is prone to shoreline changes. The coastline is defined as the boundary between the land surface and sea level, and the edge can vary in shape and can change from year to year because of its dynamic nature. This study aimed to determine the effect of lithology, land cover change, geomorphology, current direction, and sea wave height on the shoreline change rate in South Bali in 1995-2021.  The method used in this study was to utilize Remote Sensing and GIS technology. The satellite images used are Landsat 5 TM, Landsat 7 ETM+, Landsat 8 OLI/TIRS and Sentinel 2A. Automatic interpretation is carried out using band ratios and shoreline changes obtained by digital shoreline analysis system (DSAS) analysis. Changes in the coastline on the coast of South Bali from 1995 - 2021 are spatially and temporally influenced by several variables. On average, coastal abrasion occurs in the western part of Tabanan Regency, eastern Gianyar and southern Badung with the characteristics of a coastal area with high waves, near rocks of volcanic origin with black beach characteristics due to iron content and no mangroves and occurs in areas of volcanic origin. with poor coastal management. On average, coastal accretion occurs in the neck of South Bali, namely in the central part of Badung Regency and Denpasar City, this is due to alluvial characteristics, namely areas close to mangrove ecosystems so that sedimentation carried by ocean currents is interrupted in this area and added close to the mouth of many rivers. carry sediment. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>