Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 60657 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mursilatun
"Pengaruh medan listrik terhadap sel kanker ada dua macam yaitu menghambat pertumbuhan tumor dan menghancurkan sel kanker yang sedang mengalami pembelahan. Penelitian ini menggunakan Capasitif Elektroterapi dengan frekuensi 100 KHz dari sumber arus listrik bolak-balik dengan tegangan -8.5 V sampai +85 V. Pemberian medan listrik dilakukan secara in vitro selama 72 jam berturut-turut terhadap sel kanker payudara MCP-7 dan sel normal Fibroblast Vero.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa medan listrik mampu menghambat pertumbuhan sel kanker MCF-7 dan medan listrik ini terbukti tidak menimbulkan efek yang berbahaya bagi sel-sel normal.

There are two types effect of electrics field towards cancer cells, that is inhibiting tumor growth and destroy cancer cells undergoing division. This research uses Electrotherapy Capacitive with 100 KHz frequency of the source of alternating electrical current with voltage -8.5 V to +85 V. Electric field was tested in vitro for 72 hours in a row against breast cancer MCF-7 cell line and normal cells fibroblast Vero.
The results showed that the electric field could inhibit the growth of cancer cells MCF-7 and the electric field is proven not cause harmful effects to normal cells.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S29500
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ikrimah
"Terapi kanker mennggunakan medan listrik telah dikembangkan sebelumnya. Terapi ini bekerja berdasarkan prinsip polarisasi sel kanker yang sedang membelah ketika diberi medan listrik dalam waktu tertentu. Dalam penelitian ini telah dilakukan uji in-vitro pada sel kanker raji dan sel normal limfosit. Sel ditanam pada 96 microplate kemudian diberi perlakuan input medan listrik dengan variasi frekuensi (250 Hz & 100 kHz), tegangan (20V, 30V, 50V), jenis sinyal (kotak dan sinusoidal) dana lama perlakuan (0 jam, 48 jam, 96 jam dan 144 jam). Setelah sel diberi perlakuan, jumlah sel dihitung menggunakan Hemocytometer untuk morfologi sel dan MTT untuk pewarnaan sel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa medan listrik berpengaruh pada pertumbuhan sel (menginduksi). Pada sel limfosit pengaruh medan listrik dapat terlihat secara signifikan pada jam ke-48. Akan tetapi, pada sel raji pengaruh medan listrik baru dapat terlihat setelah perlakuan 96 jam. Input medan listrik optimal untuk dapat memberi efek letal (cidera) pada sel raji tanpa berpangaruh toxic pada sel normal yaitu medan listrik sinyal kotak 20 volt dengan frekuensi 100 kHz.

Cancer therapy using electric fields have been developed previously. It works based on polarized division cancer cells when exposed by electric field in a certain time. In this study, raji and lymphocyte cells in-vitro exposed to an external electrical field has been done. Cultured cells on 96 microplate then given electric field treatment with variety input of frequency (250 Hz and 100 kHz), voltage (20 V, 30 V, and 50 V), the signal type (square and sine), and time treatment (0 hours, 48 hours, 96 hours, and 144 hours). Calculation of number cells method using Hemocytometer and MTT for cell morphology and cell staining absorption, respectively. The results show that electric field can induce cells. The influence of an electric field in lymphocyte cells show significant effect after 48-hours treatment, yet raji cells can only be seen after 96-hours treatment. The optimal treatment of the electric field to be able provide lethal effects in raji cells without toxic effect in normal cells is input square signal 20 Volt and 100 kHz.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
T41410
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Qolby Sabrina
"Electro Capacitive Cancer Therapy (ECCT) telah dikembangkan untuk terapi kanker payudara dengan medan elektrostatik dari gelombang sinyal yang berasal dari elektroda kapasitif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perubahan nilai beda potensial dan output gelombang sinyal yang dihsilkan ECCT terhadap pertumbuhan sel kanker dan cidera sel yang menyebabkan kematian sel. Dilakukan eksperimen in vitro menggunakan cell line MCF-7 (kanker payudara manusia) selama 24, 48 dan 72 jam perlakuan. Kemudian dilakukan perhitungan jumlah sel dengan hemocytometer dan pengukuran kapasitansi sel sebelum dan sesudah diberikan perlakuan. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa ECCT standar sinyal kotak 18 Volt dan ECCT non standar sinyal kotak 31.2 Volt dapat menghambat pertumbuhan sel dan hasil morfologi sel tampak cidera yang mengindikasi adanya kematian, sedangkan ECCT standar sinyal sinusoidal 18 Volt mampu menginduksi pertumbuhan sel sehingga jumlahnya semakin banyak jika dilihat dari koefisien pertumbuhan yang tinggi. Pengukuran nilai kapasitansi sel menunjukkan korelasi antara banyaknya jumlah sel dengan besarnya nilai kapasitansi yang terukur. Peningkatan nilai kapasitansi dapat menunjukkan penambahan aktifitas kelistrikan sel dan tingkat keganasan dari sel kanker.

Electro Capacitive Cancer Therapy (ECCT) has been developed for breast cancer therapy that generated electrostatic field from electrical wave in capacitive electrode. The purpose of this research is to find out the effect of potential difference and signal wave output ECCT to cancer cell growth and cell injury that leads to lethal cell. In this study, in vitro experiment use MCF-7 cell line (human breast cancer) during 24, 48 and 72 hours treatment and than measured the number of cell with hemocytometer and value of capacitance after and before treatment. The results showed that potential ECCT square signal wave standard 18 Volt and square signal non-standard 31.2 Volt can inhibit cancer cell growth and cell morphology results seem to indicate the existence of injury deaths. While, from growth coefficient, ECCT sinusoidal signal wave standard 18 Volt can increase of cancer cell growth. Measurement of cell capacitance values showed correlation between the number of cells with the value of the measured capacitance. Increase of capacitance indicate of high activity of cancer cell and showed the malignancy of cancer cell levels.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
T41568
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Dwi Kurniasari
"Kanker kolorektal merupakan suatu tumor ganas yang menyerang kolon dan menjadi penyebab kematian terbanyak kedua di Indonesia. Sementara, hingga saat ini, belum ada pengobatan yang efektif. Makroalga Gracilaria verrucosa merupakan salah satu spesies yang belum banyak diteliti, tetapi diduga memiliki efek sitotoksik dan antioksidan. Penelitian terhadap Gracilaria verrucosa ini bertujuan untuk mengetahui efek sitotoksik yang dimiliki pada sel line kanker HCT 116. Penelitian dilakukan dengan ekstraksi makroalga menggunakan pelarut etanol, kloroform, etil asetat, dan n-heksana setelah sebelumnya makroalga diuji kandungan metabolit sekundernya melalui uji fitokimia. Kemudian, 20 L dari setiap ekstrak dimasukkan ke sel HCT 116 yang sebelumnya sudah dicampurkan 100 L DMEM dan diinkubasi selama 24 jam. Setiap sampel kemudian diencerkan secara triplo dalam 8 konsentrasi yaitu 1,5625 g/ml; 3,125 g/ml; 6,25 g/ml; 12,5 g/ml; 25 g/ml; 50 g/ml; 100 g/ml; dan 200 g/ml. Selanjutnya, setiap sampel yang sudah diinkubasi selama 24 jam diujikan aktivitas antikankernya sebagai penghambat pertumbuhan sel kanker kolorektal HCT-116 menggunakan metode MTT assay pada panjang gelombang 490 nm. Data yang diperoleh kemudian dianalisis untuk menghasilkan nilai IC50. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keempat ekstrak menunjukkan penghambatan terhadap pertumbuhan sel kanker HCT-116 dengan nilai IC50.

Colorectal cancer is one of malignant tumors that occurs in colon area. This cancer has become the second killer in Indonesia, after lung cancer. Up until now, there is no effective cure. Macroalgae Gracilaria verrucosa is one of Gracilaria species which has been identified, but is supposed to have anti cytotoxic and anti oxidant effect. This experiment uses Gracilaria verrucosa to identify the cytotoxic effect towards HCT 116 cancer cell. The experiment has extracted Gracilaria verrucosa into four different solvents alkocol, chloroform, ethyl acetate, and n n heksanae. Before extraction, macroalgae was used for phytochemical test in order to identify the secondary metabolit contained in Gracilaria verrucosa. Aftrer extracton, 20 L of the extract then was put into HCT 116 cells which has been mixed with 1 00 L DMEM and incubated for 24 hours. Every sample, afterwards, mixed as triplo in eight concentrations 1,5625 g ml 3,125 g ml 6,25 g ml 12,5 g ml 25 g ml 50 g ml 100 g ml and 200 g ml. Sample extract which has been incubated for 24 hours then was analyzed using MTT assay with 490nm wavelength to identify the anti cancer activity as inhibitor of colorectal cancer HCT 116 cells. Data collected from the experiment would be analyzed so that the researcher can know IC50 value. The result of experiment shows that all of the extract can be used as growth inhibitor of HCT 116 colorectal cancer cells with IC50 value below 100. Meanwhile, the ethanol extract of Gracilaria verrucosa has been proved as the best growth inhibitor due to its lowest IC50 value. From the data, it has been concluded that Gracilaria verrucosa extract has a potential use as a new anti colorectal ancer agent of HCT 116 cells. Keywords phytochemical analysis, Gracilaria verrucosa, cytotoxic effect, colorectal cancer HCT 116 cells
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rudy
"Pemahaman karakteristik sel punca kanker merupakan salah satu cara untuk menemukan terapi yang tepat untuk mengobati penyakit kanker. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan pengaruh lingkungan mikro yang dihasilkan oleh sel fibroblas normal dan kanker terhadap pluripotensi sel punca kanker payudara. Sel fibroblas dan sel punca kanker payudara masing-masing dikultur dengan menggunakan medium kultur DMEM high glucose. Kemudian sel punca kanker diko-kultur dengan sel fibroblas, baik sel fibroblas normal maupun kanker. Pengukuran pluripotensi dilakukan dengan 2 cara, yaitu pengukuran ekspresi penanda permukaan CD44+/CD24+ dengan spektrofluorometer dan pengukuran ekspresi SOX2 dengan menggunakan reverse transcription-polymerase chain reaction. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa pluripotensi sel punca kanker payudara menurun pada sel punca kanker yang diko-kultur dengan sel fibroblas, baik fibroblas normal maupun kanker, namun, ekspresi penanda permukaan dan SOX2 pada sel punca kanker yang diko-kultur dengan sel fibroblas kanker lebih tinggi dibandingkan dengan yang diko-kultur dengan sel fibroblas normal. Dari hasil ini, kami menyimpulkan bahwa lingkungan mikro yang dihasilkan sel fibroblas normal dan kanker mampu menurunkan tingkat pluripotensi sel punca kanker payudara sehingga lingkungan mikro dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk menghilangkan sel punca kanker.

Understanding and figuring out the characteristics of cancer stem cells is believed as a way to find a perfect therapy in treating cancer disease. This research aims to find out the effect of the microenvironment provided by either normal fibroblast cells or cancer fibroblast cells toward the pluripotent characteristics of breast cancer stem cells. Both the fibroblast cells and the cancer stem cells were cultured independently using DMEM high glucose. The cancer stem cells were then cocultured into the fibroblast cells, both normal and cancer cells. The pluripotent characteristics were measured using two methods; expression of CD44+/CD24+ cell surface markers using fluorescent spectroscopy and expression of SOX2 using reverse transcription - polymerase chain reaction. Results showed that the expression of both CD44+/CD24+ cell surface markers and SOX2 decreased in breast cancer stem cells co-cultured with the fibroblast cells, whereas the expression in the cancer stem cells co-cultured with cancer fibroblast cells were higher than those co-cultured with the normal fibroblast cells. From the results, we suggest that the microenvironment created by either normal fibroblast cells or cancer fibroblast cells could decrease the pluripotent characteristics of breast cancer stem cells, hence microenvironment can be used as a tool to eradicate cancer stem cells.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2012
S42536
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmat Setiadi
"Pemohonan listrik merupakan salah satu penurunan kemampuan (degradasi) pada bahan isolasi padat berupa struktur mirip pohon, bercabangcabang akibat medan listrik tak seragam yang sangat tinggi antara bahan isolasi dengan konduktor atau induksi dari rongga Medan listrik lokal sebesar lebih dari 1MV/mm dapat muncul di daerah seperti ini. Penurunan kemampuan (degradasi) lokal akibat tekanan medan listrik seperti ini akan menginisiasi munculnya pemohonan listrik.
Pemohonan ini makin lama akan makin panjang yang akan menghubungkan elektroda atau bagian konduktor dengan konduktor lain. Bila hal ini terjadi maka biasanya isolasi polimer sudah tidak dapat lagi berfungsi untuk menahan medan listrik normal.
Pada skripsi ini, akan dibahas pengaruh tekanan medan listrik lokal pada isolasi XLPE pada kabel bawah tanah terhadap pertumbuhan pemohonan listrik Pada skripsi ini akan diamati pula pengaruh tegangan yang diterapkan dan jarijari ujung tonjolan pada permukaan tabir konduktor terhadap medan listrik lokal tersebut, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi pertumbuhan pemohonan listrik.
Electrical treeing is pre-breakdown phenomonen in insulation with structure like tree, branched by high divergen electrical field between insulation and conductor or partial discharge in void. Local electrical field above 1MV/mm can be appeared in this region. Local insulation degradation by such electrical field will initiate electrical treeing.
This electrical treeing will increase higher, ultimately that can bridged between electrodes. In this case, insulation won’t be longer withstand normal electrical field.
In this paper, local field effect toward electrical treeing growth within XLPE cable will be discused. In this paper, influence of voltage and protrusion tip radius toward such a local electrical field ultimately can effect treeing growth , will be observed.
"
2008
S40539
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Michelle Gozal
"Karakteristik sel punca kanker payudara sangat penting diketahui untuk memaksimalkan terapi kanker payudara. Interaksi antara sel punca dengan lingkungan mikronya merupakan salah satu karakter sel punca yang diteliti pada penelitian ini. Lingkungan mikro, misalnya sel fibroblas, dapat mempengaruhi proliferasi sel punca kanker payudara melalui suatu jalur persinyalan tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati perbedaan proliferasi sel punca kanker payudara dengan beberapa perlakuan berbeda, yaitu berupa pengko-kulturan dengan sel fibroblas normal dan kanker, dengan menggunakan uji MTT dan MTS. Sel punca kanker payudara yang diko-kultur dengan sel fibroblas dipanen pada hari kedua dan keempat untuk diamati secara mikroskopik dan diuji proliferasinya. Pengamatan secara mikroskopik, menunjukkan bahwa sel punca kanker payudara yang diko-kultur dengan sel fibroblas kanker mengalami peningkatan jumlah mammospheres yang mengindikasikan sifat kepuncaan sel kanker. Pengujian MTT dan MTS memperoleh hasil yang serupa, yaitu lingkungan mikro, dalam hal ini berupa sel fibroblas, dapat mempengaruhi tingkat proliferasi sel punca kanker payudara. Sel punca kanker payudara yang diko-kultur dengan sel fibroblas kanker menunjukkan tingkat proliferasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang diko-kultur dengan sel fibroblas normal.

Understanding the characteritics of breast cancer stem cell is essential to optimize breast cancer therapy. The interaction between stem cell and microenvironment is one of these characteristics which is examined in this study. Fibroblast cell as an example of stem cell microenvirontment can influence breast cancer stem cell proliferation through some particular signaling pathways. The objective of the study is to observe the difference of breast cancer stem cell proliferation under some conditions, which are co-cultured with normal fibroblast cell and cancer fibroblast cell, to understand the interaction of stem cell and its microenvironment. Breast cancer stem cell co-cultured with fibroblast cell was harvested on second day and fourth day to be examined microscopically and to be tested by using proliferation assay, such as MTT and MTS assay. Microscopic examination showed that breast cancer stem cell co-cultured with cancer fibroblast cell exhibited an increase amount of mammospehere, which indicate a stem cell like properties. MTT and MTS assay showed similar results, that microenvironment can influence breast cancer stem cell proliferation. Breast cancer stem cell co-cultured with cancer fibroblast cell showed a higher proliferation level compared to the one co-cultured with normal fibroblast cell.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42502
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ervan Zuhri
"Pajanan medan elektromagnetik dapat mengganggu sistem reproduksi pria, khususnya tahap spermatogenesis. Beberapa penelitian tentang pajanan medan elektromagnetik terhadap spermatogenesis telah dilakukan. Meskipun demikian, penelitian tersebut hanya pada satu tegangan dan satu generasi saja. Untuk itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pajanan medan elektromagnetik pada beberapa tegangan dan beberapa generasi terhadap jumlah spermatogonia-A yang merupakan komponen penting spermatogenesis.
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan memajan mencit strain Webster jantan generasi pertama (F1), generasi kedua (F2), dan generasi ketiga (F3) menggunakan medan elektromagnetik dengan tegangan 3 kV/10 cm dengan kuat medan magnet 5,5 uT ; 4 kV/10 cm dengan kuat medan magnet 5,4 uT ; dan 5 kV/10 cm kuat medan magnet 5,3 uT. Mencit dipajan dari embrio sampai dewasa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan jumlah sel spermatogonia-A secara bermakna (analisis Kruskal-Wallis p<0,05) dibandingkan dengan kelompok kontrol. Penurunan tersebut cenderung sebanding dengan peningkatan tegangan dan sebanding dengan generasi.

Electromagnetic field exposure can disrupt the male reproductive system, especially spermatogenesis stage. A number of research about electromagnetic field exposure to spermatogenesis have been done. However, those researchs involve only one voltage and one generation of mice. This research is to understand the effect of exposing several generation of mice to electromagnetic field in several voltage to the number of spermatogonia-A cells which is important component in spermatogenesis.
The design of this research is experimental by exposing first generation of male Webster strain mice (F1), second generation (F2), and third generation (F3) to electric field of 3 kV/10 cm and magnetic field of 5,5 uT; electric field of 4kV/10 cm and magnetic field 5,4 uT; and electric filed of 5 kV/10 cm and magnetic field of 5,3 uT. The mice were exposed from embrio until adult. Electromagnetic field exposure cause decrease in the number of spermatogonia-A cells first generation (F1), second generation (F2), and third generation (F3). Electromagnetic field exposure in a variety of voltage levels cause decrease in the number of cell spermatogonia-A cells.
Results of statistic analysis (Kruskal-Wallis Analysis) show that a significant decrease (p<0,05) in the number spermatogonia-A compared to control. The decrease in number of spermatogonia-A lean to the increasing voltage of electromagnetic field and generation of mice.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yasmin Verena Jerissia Murtagh
"Kanker paru menyebabkan sekitar 20% dari seluruh kematian terkait kanker. Kafein merupakan zat psikoaktif yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Dalam beberapa tahun terakhir, kafein ditemukan sebagai molekul aktif di daerah selain otak, yang efeknya sangat bervariasi, dan belum sepenuhnya dipahami. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kafein dapat digunakan dalam pengobatan medis; kafein juga ditemukan meningkatkan ekspresi gen hTERT pada sel MCF-7 dan Hep-G2. hTERT adalah gen yang bertanggung jawab atas regulasi protein hTERT, yang dapat memanjangkan telomer melalui telomerase, suatu enzim yang banyak terdapat pada tumor kanker. Panjang telomer tidak hanya relevan dalam bidang kanker, tetapi juga dalam bidang anti-aging, dalam konteks penyakit degeneratif seperti Idiopathic Pulmonary Fibrosis (IPF) atau Penyakit Alzheimer (AD). Penelitian ini menyelidiki hubungan antara kafein dan gen hTERT, untuk mengetahui bagaimana kafein mempengaruhi panjang telomer untuk penyakit tersebut. Metode yang digunakan meliputi Reverse Transcriptase Quantitative Real-Time Polymerase Chain Reaction (qRT-PCR) untuk mendeteksi ekspresi gen hTERT, dan Uji Trypan Blue untuk mendeteksi viabilitas sel. Sel A549 diberi perlakuan dengan bubuk kafein yang diencerkan dalam Phosphate Buffered Saline (PBS) selama 24 jam, dengan konsentrasi antara 0,5; 1; 2; 3; & 5 mM. Hasil qRTPCR menunjukkan ekspresi hTERT meningkat setelah perlakuan sebesar 0,5; 2; dan 3 mM kafein, namun menurun setelah pengobatan dengan 1 dan 5 mM kafein. Uji Trypn Blue menunjukkan bahwa viabilitas sel A549 setelah diberi perlakuan kafein menghasilkan peningkatan kematian sel yang stabil seiring dengan peningkatan dosis (dose-dependent). Kafein menurunkan viabilitas sel kanker paru dan mempengaruhi ekspresi gen hTERT.

Lung cancer causes around 20% of all cancer-related deaths. Caffeine is a psychoactive substance widely consumed by the public. In the past years, caffeine has been found to be an active molecule in areas other than the brain, of which the effects vary widely, and are not yet fully understood. Previous research has shown that caffeine can be in medical treatment; caffeine has also been found to increase the expression of the hTERT gene in MCF-7 and Hep-G2 cells. hTERT is the gene which regulates the hTERT protein, which in turn can elongate telomeres by way of telomerase, an enzyme abundant in cancer tumours. The length of telomeres is not only relevant in the field of cancer, but also in the field of anti-aging, in the context of degenerative diseases such as Idiopathic Pulmonary Fibrosis (IPF) or Alzheimer's Disease (AD). This study investigates the connection between caffeine and the hTERT gene, so that the modification of telomeres by caffeine may be further understood. Methods used include Reverse Transcriptase Quantitative Real- Time Polymerase Chain Reaction (qRT-PCR) for detecting hTERT gene expression, and the Trypan Blue Assay for detecting cell viability. A549 cells were treated with caffeine powder for 24 hours, with concentrations between 0,5; 1; 2; 3; & 5 mM. qRT-PCR results showed that hTERT expression increased after treatment with 0,5; 2; and 3 mM of caffeine, however, decreasing after treatment with 1 and 5 mM caffeine. Caffeine lowers lung cancer cell viability and affects hTERT gene expression"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Prihatni Sabarina
"Latar belakang: Kanker payudara adalah kanker yang paling banyak diderita wanita. Terbatasnya akses kemoterapi serta efek sampingnya yang signifikan, mendorong terus ditemukannya obat baru. Penelitian ini mengidentifikasi kandungan metabolit sekunder dari Orange cup coral (Tubastraea coccinea) dan menilai potensi anti kankernya melalui daya hambatnya terhadap pertumbuhan lini sel kanker payudara MCF-7. Metode: Identifikasi metabolit yang terkandung pada ekstrak etanol, etil asetat dan n- heksana Tubastraea coccinea yang diperoleh dari perairan laut pulau Kalimantan dilakukan dengan menggunakan Gas Chromatography Mass Spectrometry (GCMS). Uji daya hambat dari ketiga ekstrak T. coccinea terhadap pertumbuhan sel kanker payudara MCF-7 dilakukan dengan metoda MTT pada berbagai variasi konsentrasi (3,125 μg/mL- 200 μg/mL), hasil pengujian dibandingkan dengan doxorubicin sebagai kontrol positif. Hasil: Hasil GCMS menunjukkan adanya kandungan 21 metabolit sekunder dalam ekstrak ethanol T. coccinea dengan persentase tertinggi adalah senyawa 1,2- Benzendicarboxylic acid (13.89 %). Ekstrak etil asetat T. coccinea mengandung 23 metabolit dengan konsentrasi tertinggi adalah senyawa 1,2-Benzenedicarboxylic acid (18.3 %). Ekstrak n-heksana T. coccinea memiliki 28 metabolit, senyawa Cholest-5-en- 3-ol dengan persentase tertinggi (9,06 %). Benzenedicarboxylic acid merupakan metabolit yang teridentifikasi pada ketiga ekstrak. Daya hambat ketiga ekstrak terhadap pertumbuhan sel kanker payudara MCF-7 meningkat sesuai dengan peningkatan konsentrasi. Nilai IC50 dari ekstrak etanol, etil asetat dan n-heksana masing-masing adalah 12,08 μg/mL, 18,02 μg/mL, 30,66 μg/mL. Nilai IC50 untuk doxorubicin adalah 5,99E-4 μg/mL, lebih rendah secara sangat signifikan dibanding ketiga ekstrak T. coccinea (p<0.01).

Introduction: Breast cancer is the most prominent cancer affects women in the world. This research is aimed to explore the potency of Orange cup coral (Tubastraea coccinea) as a new nature derived cancer drug, through the identification of secondary metabolites from its extract, and explore its potency in inhibiting breast cancer cell line MCF-7 growth. Method: Identification and analysis of metabolites from ethanol, acetic ethyl, and n- hexane extracts of Tubastraea coccinea, obtained from Kalimantan island, was done using Gas Chromatography Mass Spectrometry (GCMS). MTT assay using various concentration (3,125 μg/mL-200 μg/mL) was done to analyse the cytotoxicity of all the extracts to MCF-7 cell line compare to doxorubicin. Result: Ethanol extract of Tubastraea coccinea was identified to contain 21 metabolites, with the highest concentration was 1,2-Benzendicarboxylic acid (13.89 %). 23 metabolites was identified from acetic ethyl extract, with 1,2-Benzenedicarboxylic acid, mono (2-ethylhexyl) ester as the highest concentration (18.3 %), whereas from n-hexane extracts was found to have 28 metabolites, and Cholest-5-en-3-ol was the most prominent (9.06 %). Benzenedicarboxylic acid is identified in all extracts. MTT assay showed that the cytotoxicity of all extracts is concentration dependent, with IC50 12.08 μg/mL, 18.02 μg/mL, 30.66 μg/mL, for extracts of ethanol, acetic ethyl and n-hexane respectively. Compared to all the extracts of T. coccinea, doxorubicin showed significantly stronger effect in the inhibition of growth of MCF-7 cell line (p<0.01) , with IC50 5.99E-4 μg/mL. Conclusion: Extracts of Tubastraea coccinea contain metabolites that give it potency to be used as breast cancer chemotherapy."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>