Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 95556 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Amsori
"Pengukuran dosis permukaan pada fantom telah dilakukan dengan menggunakan TLD (Thermo Luminescent Dosimeter). Penelitian dilaksanakan di Instalasi Radioterapi Rumah Sakit Persahabatan Jakarta, menggunakan pesawat teleterapi Cobalt-60. Energi foton yang dipancarkan oleh pesawat ini yaitu 1,17 MeV dan 1,33 MeV. Teknik penyinaran dengan kondisi SSD 80 cm dan luas lapangan radiasi 10 cm x 10 cm. Jenis TLD yang digunakan untuk pengukuran ini adalah TLD 100 LiF chip dengan faktor kalibrasi 3,15 x 10-4 Gy/nC. Penelitian dengan variasi sudut gantri dari 0o sampai dengan 70o mengakibatkan dosis permukaan berubah dari 0,453 Gy sampai dengan 0,567 Gy. Hasil pengukuran menunjukkan dosis permukaan pada fantom cenderung meningkat terhadap kenaikan sudut gantri sebesar 4,167 % pada skala 50.

Measurement of phantom surface dose have been done by using TLD (Thermo Luminescent Dosimeter). Research executed in Radiotherapy Instalation of Hospital of Friendship Jakarta, using typical Cobalt-60 unit. Photon energy transmitted by this unit is 1,17 MeV and 1,33 MeV. Irradiating technique with condition SSD 80 cm and wide of field radiation 10 cm x 10 cm. Used Type TLD for this measurement was TLD 100 LiF Chip with calibrate factor 3,15 x 10-4 Gy/nC. Research with variation of gantry angle from 0o up to 70o resulting surface dose change from 0,453 Gy up to 0,567 Gy. Result of measurement show that phantom surface dose was increase to gantry angle equal to 4,167 % at scale 50."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S29191
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Cica Yulinar
"Dalam kalibrasi keluaran berkas elektron linear accelerator (LINAC) medis mengikuti protokol TRS-398 IAEA atau AAPM TG-51. Pada tahun 2020, muncul penelitian tentang modifikasi kalibrasi keluaran berkas elektron, didapatkan hasil bahwa modifikasi kalibrasi tersebut memiliki ketidakpastian yang lebih rendah daripada protokol AAPM TG-51. Kemudian, sebagai pembanding telah dilakukan penerapan modifikasi kalibrasi keluaran berkas elektron berdasarkan TRS-398 dan memberikan hasil yang masih di bawah toleransi yang diperbolehkan. Pada penelitian ini akan dilakukan penerapan modifikasi kalibrasi dan dibandingkan dengan protokol AAPM TG-51 dan TRS-398. Kalibrasi berkas elektron dilakukan pada energi 6, 8, 10, 12, dan 15 MeV dari Linear Accelerator Elekta Synergy Platform dan Versa HD. Bacaan muatan akan dihitung oleh kamar ionisasi PTW 30013, IBA CC13, and Exradin A11. Dosis di kedalaman referensi dihitung dengan tiga metode, sesuai dengan AAPM TG 51, TRS 398, dan menggunakan modifikasi kalibrasi keluaran berkas elektron. Dosis di kedalaman maksimum dinyatakan dalam dosis per monitor unit (cGy/MU). Rata-rata rasio dosis serap menggunakan modifikasi kalibrasi dan TRS-398 adalah 1,004. Rata-rata rasio dosis serap menggunakan modifikasi kalibrasi dan TG-51 adalah 1,009. Hasil tersebut di bawah batas toleransi (±2%) berdasarkan IAEA TRS-398.

The electron beam output calibration follows the IAEA TRS-398 or AAPM TG-51 protocols. Muir proposed electron beam dosimetry modification and provided a lower deviation than AAPM TG-51. The modified calibration was applied based on TRS-398 and obtained results still below the permissible tolerance. This study aimed to compare the absolute calibration output based on IAEA TRS-398, AAPM TG-51, and modified calibration. Beam calibration at energies of 6, 8, 10, 12, and 15 MeV were carried out with Synergy Platform and Versa HD linear accelerator. Charge reading measurement is obtained using ionization chamber PTW30013, IBACC13, and ExradinA11. Electron beam dosimetry follows the AAPM TG-51, TRS-398, and modified calibration were performed to measure the dose at the maximum depth and expressed in dose/monitor unit (cGy/MU). The average absorbed dose ratio using the modified calibration and TRS-398 is 1,004. The average absorbed dose ratio using the modified calibration and TG-51 is 1,009. The results are below the tolerance limit (±2%) based on IAEA TRS-398. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Anwar
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1993
S27954
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Prosedur kalibrasi secara otomatis diterapkan untuk mengkalibrasi koefisien-koefisien keluaran , yang mana dibuat untuk menguraikan hubungan antara curah hujan dan limpasan di daerah pengaliran sungai Cimanuk di station pengukuran Cimanuk-Bojongloa, Kabupaten Garut. Parameter-parameter model koefisien keluaran ditentukan dengan prosedur kalibrasi secara otomatis. Periode perhitungan untuk kalibrasi dari Januari 1996 sampai desember 1997. Hasil dari kalibrasi cukup memuaskan, yaitu dimana nilai SN adalah 0,741. Prosedur kalibrasi secara otomatis model tangki bekerja secara efisien dan dapat digunakan dalam praktek."
507 JPS 3:2 (2007)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ericska Kariman
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1993
S27940
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Subchansyah
"Pada tugas akhir ini ini penulis melakukan analisa terhadap permasalahan yang terjadi pada Unit Rontgen Shimadzu ED150L yang ada di Lab, Rontgen Jurusan Radiodianostik dan Radiotherapy Poltekes Jakarta II. Permasalahannya adalah kualitas gambar yang bcrbeda tajam ketika suatu objek disinar-x dengan faktor penyinaran yang sama (kV dan mAs sama tetapi dengan variasi mA dan s berbeda). Langkah pertama adalah penulis menjabarkan unit rontgen itu sendiri secara umum dan sistem kalibrasinya. Kemudian secara khusus menjabarkan unit rontgen Shimadzu ED150L meliputi cara kerja dan penjelasan schematic diagramnya. Kemudian penulis melakukan kalibrasi terhadap parameter-parameternya, meliputi nilai kVp, mA dan s. Hasil kalibrasi dianalisa untuk diketahui nilai error calibration unit. Hasil analisa didapatkan nilai error pada beberapa parameter melebihi batas toleransi yang diizinkan. Kemudian denyan menganalisa schematic diagram, penulis melakukan error adjustment sampai didapatkan nilai yang dikehendaki. Setelah dilakukan error adjustment, penulis melakukan kalibrasi ulang dan data kembali dianalisa, Hasilnya ditampilkan dalam bentuk grafik kalibrasi. Hasil akhir sebagai laporan kalibrasinya disampaikan ke pemakai untuk dijadikan panduan pemakaian terbaru pada unit."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S40203
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Adwiyadinul Haq
"Model Heston merupakan salah satu model yang sangat populer untuk menghitung harga opsi. Namun, keakuratan model tersebut sangat bergantung pada parameter model yang digunakan. Oleh karena itu, pemilihan model parameter sama pentingnya dengan model itu sendiri. Salah satu cara untuk menemukan parameter model Heston terbaik adalah dengan cara meminimumkan fungsi eror antara hara opsi model dengan harga opsi yang berlaku di pasar. Cara seperti ini disebut kalibrasi. Implementasi kalibrasi model Heston dengan algoritma differential evolution (DE) dapat dilakukan dengan enam langkah. Langkah pertama, yaitu menentukan data harga opsi yang digunakan. Langkah-langkah selanjutnya yaitu menentukan metode perhitungan model Heston, fungsi eror, variasi dan parameter kontrol DE, serta kondisi terminasinya. Langkah terakhir, DE diimplementasikan untuk mendapatkan parameter model. Hasil simulasi lima puluh kali kalibrasi pada data harga opsi artifisial menunjukan DE telah cukup baik dalam mengkalibrasi empat dari lima jenis data harga opsi yang digunakan. Lebih jauh lagi, kalibrasi menggunakan lima puluh data harga opsi saham Apple Inc juga memberikan hasil yang cukup baik.

The Heston Model is one of the most popular model for option pricing. Yet, its accuracy is highly depend on choosing model parameters. Thus, choosing model parameters is important as the model itself. One way to choose the best model parameters is minimizing eror function between the model price and the market price. Such a way is called calibration. Calibrating Heston model with differential evolution (DE) algorithm can be implemented in six steps. First, decide the option price data used for calibration. Then, choose a method for evaluating option price by Heston Model, error function for calibration, variation and control parameter for DE, Also terminating condition of the algorithm. The last, Implement DE to get pameters of the model. The result of fifty times calibration with DE was good enough in four of five artifisial data used. Moreover, calibration using fifty option price of The Apple Inc data also show a good result.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S59226
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahcdriany
"Prospek penggunaan kurva kalibrasi dalam perhitungan dosis antar modalitas menjadi tantangan baru dalam penggunaan film gafchromic EBT3. Tujuan utama penelitian ini adalah membandingkan hasil perhitungan dosis pada pesawat brakhiterapi sumber Ir-192 dan Co-60 dengan menggunakan fungsi kalibrasi pada brakhiterapi Ir-192, brakhiterapi Co-60, teleterapi LINAC 6 MV dan Co-60. Pengukuran dilakukan dengan melakukan kalibrasi pada keempat modalitas menggunakan film gafchromic EBT3. Hasil kalibrasi berupa fungsi kalibrasi digunakan dalam mengkonversi densitas optik pada hasil perencanaan dengan dosis perskripsi 2 Gy, 3 Gy dan 6 Gy pada tiga buah aplikator silinder dengan fantom akrilik pada kedalaman 5 mm, 6 mm dan 7 mm. Hasil menunjukkan kurva kalibrasi keempat modalitas tampak hampir berimpit dengan pola polinomial. Koefisien korelasi R2 pada modalitas menunjukkan linearitas kalibrasi berturut-turut sebersar 0,9991; 0,9989; 0,9981 dan 0,990. Nilai dosis terukur tampak berkuran pada jarak yang lebih besar dari pusat aplikator ke fantom. Hasil perhitungan gamma indeks bernilai lebih kecil pada toleransi yang lebih kecil dengan nilai minimum dan maksimum sebesar 74% dan 98,4%.

The prospect of using calibration curves in calculating intermodality doses is a new challenge in the use of EBT3 gafchromic films. The main objective of this study was to compare the dose calculations on the Iridium (Ir)-192 and Cobalt (Co)-60 brachytherapy by using the calibration function of Ir-192 brachytherapy, LINAC 6 MV, Co-60 brachytherapy, and Co-60 teletherapy. The calibration functions were obtained from the exposure of the EBT3 gafchromic film with dose references of 0 to 10 Gy by using the calibration function of Ir-192 brachytherapy, LINAC 6 MV, Co-60 brachytherapy, and Co-60 teletherapy. The dose references of the treatment planning system (TPS) were 2 Gy, 3 Gy and 6 Gy. The experiment was conducted with three cylindrical applicators. R2 of the LINAC 6 MV, Ir-192 brachytherapy, Co-60 brachytherapy, and Co-60 teletherapy are about 0.9991, 0.9989, 0.9981 and 0.990 respectively. The use of the Co-60 teletherapy calibration function shows the greatest discrepancy. Measured dose values ​​appear to be reduced at a greater distance from the center of the applicator to the phantom. The results of the calculation of the gamma index are smaller at a smaller tolerance. The minimum and maximum value of 74% and 98.4% respectively."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Dwi Aprilia Mahfirotin
"Pengukuran standar dosimetri referensi berkas elektron di seluruh dunia hingga kini mengacu pada protokol IAEA TRS-398 dan AAPM TG-51. Kedua protokol ini tidak merekomendasikan penggunaan detektor silinder untuk kalibrasi berkas elektron pada energi rendah. Namun, perkembangan standar dosimetri ini terus dikembangkan guna meningkatkan akurasi kalibrasi dosimetri berkas elektron dalam bidang radioterapi. Terdapat penelitian terbaru yang didasarkan pada AAPM TG-51 yaitu modifikasi kalibrasi berkas elektron. Pada metode tersebut digunakan detektor silinder pada energi rendah dan faktor konversi kualitas berkas terbaru menggunakan simulasi Monte Carlo. Pada studi ini dilakukan implementasi modifikasi kalibrasi berkas elektron dengan energi sebesar 6, 8, 10, 12, dan 15 MeV. Berkas elektron yang digunakan berasal dari dua jenis linear accelerator yaitu Elektra Synergy Platform dan Versa HD. Hasil bacaan muatan diukur dengan detektor PTW 30013, IBA CC13, Extradin A1Sl, dan Extradin A11 yang terhubung pada elektrometer. Dosis serap elektron disajikan dalam bentuk dosis per monitor unit pada kedalaman maksimum (Zmax). Pada studi ini modifikasi kalibrasi dibandingkan dengan TRS-398 untuk mengetahui akurasi hasil pengukuran kalibrasi dosis serap berkas elektron. Hasil pengukuran faktor konversi kualitas berkas antara TRS-398 dengan modifikasi kalibrasi menghasilkan perbedaan sebesar 11,12%. Perbandingan dosis serap antara modifikasi kalibrasi terhadap TRS-398 (Dw) untuk detektor silinder sebesar 1,002 cGy/MU pada Synergy Platform dan 1,000 cGy/MU pada Versa HD sedangkan untuk detektor plan-paralel sebesar 1,013 cGy/MU pada Synergy Platform dan 1,014 cGy/MU pada Versa HD. Metode modifikasi kalibrasi menghasilkan variabilitas hasil yang baik berdasarkan hasil standar deviasi dari pengukuran dosis rata-rata yang diperoleh dari berbagai detektor sebesar 0,5% pada Synergy Platform dan 0,8% pada Versa HD. Oleh karena itu, metode modifikasi kalibrasi dapat meningkatan akurasi hasil pada detektor silinder yang lebih baik dan lebih sederhana untuk diterapkan secara klinis

The recently worldwide standard measurement of electron beam reference dosimetry refers to the protocols IAEA TRS-398 and AAPM TG-51. Neither of these protocols recommend the use of cylindrical chamber for electron beam calibration at low energies. However, the development of this dosimetry standard continues to improve the accuracy of electron beam dosimetry calibration in the radiation therapy. There is a recent study based on the AAPM TG-51, which is a modified calibration of electron beam. This method uses a low energy cylindrical chamber and the updated beam quality conversion factor using Monte Carlo simulation. In this study, the modified calibration was carried out with energies of 6, 8, 10, 12, and 15 MeV. The electron beam generated from two types of linear accelerator Elektra Synergy Platform and Versa HD. The results of charge readings were measured with PTW 30013, IBA CC13, Extradin A1Sl, and Extradin A11 connected to the electrometer. The absorbed dose to water for electron beam is expressed in dose per unit (cGy/MU) monitor at the maximum depth (Zmax). The result of beam quality conversion factor between TRS-398 with modified calibration showed a difference of 11,12%. The ratio of absorbed dose between modified calibration to TRS-398 (Dw) for cylindrical chamber resulted in an average of 1.002 cGy/MU on Synergy Platform and 1.000 cGy/MU on Versa HD while for plane-parallel chamber it was 1.013 cGy/MU on Synergy Platform and 1.014 cGy/MU on Versa HD. The modified calibration produces good variability in results based on the standard deviation of the average dose per monitor unit obtained from different chambers of 0.5% for Synergy Platform and 0.8% for Versa HD. Therefore, the modified calibration can improve the accuracy of the results on cylindrical chamber which is better and simpler to implement clinically."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>