Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 167899 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anita Hasan
"Gliserol monostearat dan setil alkohol merupakan dua dari sekian banyak komponen basis krim. Kedua komponen ini mempengaruhi nilai efikasi, konsistensi dan stabilitas krim. Senyawa-senyawa tersebut tidak memiliki gugus kromofor dan berfungsi sebagai basis krim bersama komponen lainnya sehingga metode yang mungkin digunakan adalah kromatografi. Pada penelitian-penelitian sebelumnya , gliserol monostearat dan setil alkohol dapat dianalisis dengan metode kromatografi gas (KG), KCKT atau KLT. Analisis dengan kromatografi gas dari gliserol monostearat dan setil alkohol memerlukan instrumentasi yang berbeda-beda yang meliputi suhu, kolom, gas pembawa, detektor dan injektor. Oleh sebab itu diperlukan suatu metode yang dapat menetapkan kadar senyawa-senyawa tersebut dengan kromatografi gas secara serempak. Kadar gliserol monostearat dan setil alkohol perlu diketahui untuk mengetahui komposisinya dalam formula. Kondisi KG yang digunakan untuk penetapan kadar gliserol monostearat dan setil alkohol adalah suhu terprogram dengan suhu awal kolom 170oC, kenaikan suhu 2oC/menit sampai 220oC suhu dipertahankan selama 5 menit, menggunakan helium sebagai gas pembawa dengan laju alir 1,2 mL/menit. Metode ini linier dengan koefisien korelasi 0,9993 untuk gliserol monotearat dan 0,9994 untuk setil alkohol,dengan rentang 8040-18090 ppm. Batas deteksi (LOD) dan batas kuantitasi (LOQ) gliserol monostearat adalah 479,519 ppm dan 1598,398 ppm dan memiliki koefisien variasi (KV) 1,10-1,39%. Batas deteksi (LOD) dan batas kuantitasi (LOQ) setil alkohol adalah 426,244 ppm dan 1420,795 ppm dan memiliki koefisien variasi (KV) 1,09-1,79%. Penetapan metode ini pada sampel sunblock menunjukkan bahwa sampel mengandung gliserol monostearat dan setil alkohol. Kadar gliserol monostearat pada sampel (3,19 ± 0,02)%, kadar setil alkohol pada sampel (3,71 ± 0,07)%.

Glycerol monostearate and cetyl alcohol are two of the many component of the base cream. Both of these components affect the value of efficacy, consistency and stability of the cream. This compound has no chromophore and used as a cream base with other components therefore the method can be used is chromatography. A previous studies, glycerol monostearat and cetyl alcohol can be analyzed by gas chromatography (GC), HPLC or TLC. Analysis of glycerol monosterate and cetyl alcohol with gas chromatography require different instrumentation, including temperature, column, carrier gas, detector and injector. Therefore we need a method that can determine the level of compounds by gas chromatography simultaneously. Glycerol monostearat and cetyl alcohol concentration need to know to make the cream to resemble the desired cream and the same quality. GC condition for glycerol monostearate and cetyl alcohol determination used temperature programmed with an initial temperature 0f 170oC column, the temperature rise of 2oC/min to 220oC, using helium as the carrier gas flow rate of 1,2 mL/min. this method was linier with correlation coefficient of 0,9993 for glycerol monostearate and 0,9994 for cetyl alcohol, within the concentration range of 8040-18090 ppm. The limit of detection (LOD) and limit of quantitation (LOQ) glycerol monostearate was 479,519 ppm and 1598,398 ppm and has a coefficient of variation (CV) from 1,10-1,39%. The limit of detection (LOD) and limit of quantitation (LOQ) cetyl alcohol was 426,244 ppm and 1420,795 ppm and has a coefficient of variation (CV) from 1,09-1,79%. Application of this method on sample showed that the samples contain glycerol monostearat and cetyl alcohol. Glycerol monostearat concentration in the sample (3.19 ± 0.02)%, cetyl alcohol concentration in the sample (3.71 ± 0.07)%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2010
S33188
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Gustina M.
"Saat ini banyak sekali dapat kita temui produk kosmetik, salah satunya adalah antiperspirant yang mengandung zat aktif yang dapat menyerap keringat yang berlebihan sehingga badan akan terasa tetap kering dan nyaman. Namun, banyak produk kosmetik yang tidak mencantumkan secara lengkap komposisi serta kadar komponen pada kemasannya. Umumnya sediaan kosmetik mengandung etanol, maka tidak tertutup kemungkinan adanya golongan alkohol alifatik lain selain etanol dalam antiperspirant.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis golongan alkohol alifatik C1-C4 dan menentukan kadarnya dalam antiperspirant. Metode yang digunakan dalam analisis ini adalah dengan kromatografi gas dengan pemrograman suhu awal kolom 30OC dipertahankan selama 10 menit, kenaikan suhu 3OC/menit sampai mencapai suhu 150OC dan dipertahankan selama 5 menit. Tekanan gas pembawa nitrogen 60 kPa. Suhu injektor dan detektor FID 150OC.
Dari 3 sampel antiperspirant yang diperiksa tidak ditemukan adanya golongan alkohol lain selain etanol, dan dua dari tiga sampel antiperspirant mengandung etanol yaitu sampel B sebesar (18,8072 ± 0,0638)% v/v dan pada sample C sebesar (49,8924 ± 0,4549)% v/v, sedangkan sampel A tidak mengandung etanol.
Nowadays, many kinds of cosmetic products that we could find, one of them is antiperspirant that can absorb and reducing the flow of perspiration and hence its volume, so can keep the body feel comfort and dry. Many cosmetic products do not attached its composition and its concentration completely on its label. Commonly, cosmetics contain ethanol, so there is a possibility that antiperspirant products can also contain another kind of aliphatic alcohol beside ethanol.
The aim of this research to determine the kind of aliphatic alcohol and its concentration in antiperspirant. The method that is used to analyse is gas chromatography using temperature programme with column temperature begin at 30OC for 10 minutes, temperature increasing 3OC/minutes until final temperature 150OC for 5 minutes. The pressure of carrier gas nitrogen is arranged at 60 kPa. The temperature of injector and detector is 150OC.
After analyse 3 samples of antiperspirant none of them contain another kind of aliphatic alcohol beside ethanol. And from 3 samples, 2 of them contain ethanol that is sample B (18,8072 ± 0,0638)% v/v and sample C (49,8924 ± 0,4549)% v/v, meanwhile sample A does not contain alcohol.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2006
S32804
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 1996
S32047
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Verra Watty
"Virgin Coconut Oil (VCO) diolah dengan pemanasan pada suhu rendah atau tanpa melalui proses pemanasan, sehingga produk yang dihasilkan murni, alami dan mempunyai stabilitas yang tinggi. VCO mengandung asam lemak jenuh, terutama asam lemak jenuh rantai sedang. Untuk menganalisis kandungan asam lemak tersebut digunakan metode kromatografi gas dengan terlebih dahulu diderivatisasi menggunakan reagen pemetilasi (metanol-toluen-asam sulfat pekat).
Penelitian ini bertujuan untuk menetapkan kadar asam laurat dan asam miristat pada VCO dengan kondisi analisis optimum campuran metil laurat dan metil miristat pada tekanan gas pembawa 80 kPa, suhu injektor 200ºC, suhu detektor 200ºC, menggunakan pemrograman suhu dengan suhu awal 80ºC dipertahankan selama 5 menit sampai suhu 150ºC dipertahankan selama 10 menit dan menggunakan heksan sebagai pelarut.
Dari 3 sampel yang diperiksa, kandungan asam laurat dan asam miristat pada sampel A berturut-turut sebesar (48,49 ±0,7134)%b/b dan (13,75 ±1,4971)%b/b, sampel B berturut-turut sebesar (43,91±0,2787)%b/b dan (12,19±0,9200)%b/b, dan sampel C berturut-turut sebesar (43,52±0,8944)%b/b dan (10,58±0,1626)%b/b.

Virgin Coconut Oil (VCO) is produced with heating by low temperature or without heat processing, this results in a pure, natural, and highly stable. VCO are contain of saturated fat with medium chain, also called mediumchain fatty acids. To analyze saturated fat contents, the gas chromatography methods is used by derivatization with methylating agent (methanol-toluensulfuric acid).
This research is purposed to determine the lauric acid and myristic acid contents in virgin coconut oil with optimum analytical condition of methyl laurate and methyl myristic with 80 kPa carrier gas pressure, 200ºC injector temperature, 200ºC detector temperature within temperature programmed with beginning temperature is 80ºC which maintaining for 5 minutes until the temperature 150ºC that maintaining for 10 minutes and using hexan as a solvent.
From the 3 samples, contain lauric acid and myristic acid in sample A with contents are (48,49 ±0,7134)%b/b and (13,75 ±1,4971)%b/b, in sample B with contents are (43,91±0,2787)%b/b dan (12,19±0,9200)%b/b and in sample C with contents are (43,52±0,8944)%b/b dan (10,58±0,1626)%b/b.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2006
S32888
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Galih Prakasa
"Sabun digunakan sebagai kosmetik pembersih kulit, memiliki keunggulan diantaranya daya pembersih yang kuat terutama dalam air, kurang berbahaya, dan harganya murah. Sabun mengandung zat berkhasiat salah satunya adalah senyawa asam alfa hidroksi (AHA). AHA berfungsi sebagai pelembab, exfoliant dan chemical peeling. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan metode analisis asam glikolat dan asam laktat yang valid menggunakan kromatografi gas (KG), dan untuk mengetahui kadar asam glikolat dan asam laktat dalam sabun cair. Sebelum disuntikkan pada KG, derivatisasi metilasi dilakukan terhadap sabun cair menggunakan metanol dan asam sulfat. Kondisi optimal untuk analisis menggunakan detektor ionisasi nyala, kolom kapiler VB-Wax, suhu injektor 200°C, suhu detektor 200°C, suhu kolom terprogram dengan suhu awal kolom 100°C dengan kenaikan suhu 2°C/menit sampai 150°C dan dipertahankan selama 5 menit, dan laju alir gas pembawa (He) 0,8 mL/menit. Waktu retensi asam laktat pada menit ke 6,4 dan waktu retensi asam glikolat pada menit ke 7,1. Hasil validasi metode analisis asam laktat memiliki linearitas(r) sebesar 0,9997 dengan batas deteksi (LOD) sebesar 24,09 μg/mL dan batas kuantitasi (LOQ) sebesar 80,29 μg/mL. Hasil uji keterulangan asam laktat memberikan nilai koefisien variasi di bawah 2% dan hasil uji perolehan kembali asam laktat sebesar 99,76 ± 1,17%. Untuk asam glikolat memiliki linearitas (r) sebesar 0,9993 dengan batas deteksi (LOD) sebesar 27,01 μg/mL dan batas kuantitasi (LOQ) sebesar 90,04 μg/mL. Hasil uji keterulangan asam glikolat memberikan nilai koefisien variasi di bawah 2%. Kadar asam laktat dalam sampel A (0,09 ± 0,00%)%; sampel B (0,39 ± 0,01)%; dan sampel C (2,93 ± 0,14)%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S32942
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Parfum merupakan jenis kosmetika yang terdiri dari pelarut dan pewangi. Kadang-kadang dalam parfum digunakan pelarut yang tergolong bahan beracun dan berbahaya, seperti metil etil keton (MEK) dan etilen glikol. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya kandungan metil etil keton dan etilen glikol dalam parfum sekaligus menetapkan kadarnya. Analisis kedua zat tersebut dalam parfum dilakukan menggunakan metode kromatografi gas dengan pemrograman temperatur, yaitu temperatur awal 30oC yang dipertahankan selama 5 menit lalu temperatur dinaikkan hingga 170oC dengan kenaikan suhu 4oC/menit dan dipertahankan selama 10 menit. Temperatur injektor dan detektor FID 230oC dan tekanan gas pembawa yang digunakan adalah 50 kPa. Hasil uji akurasi menunjukkan persen perolehan kembali sebesar (96,88 ± 2,30)% untuk MEK dan (101,00 ± 1,66)% untuk etilen glikol. Dari 5 sampel yang diperiksa, semua sampel tidak mengandung metil etil keton dan 4 sampel mengandung etilen glikol dengan kadar (0,86 ± 0,05)%v/v, (0,43 ± 0,02)%v/v, (0,38 ± 0,01)%v/v, dan (0,50 ± 0,02)%v/v."
Universitas Indonesia, 2006
S32539
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andriyanto
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S30735
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Erita Lusianti
"ABSTRAK
Asam azelat merupakan salah satu zat yang memiliki efek anti jerawat dan pencerah kulit akan tetapi dilarang terdapat pada produk kosmetik berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan nomor 18 tentang Persyaratan Teknis Bahan Kosmetika tahun 2015 lampiran V. Asam azelat sebagai obat jerawat dalam penggunaannya harus dengan resep dokter dan umumnya digunakan pada konsentrasi 20 di dalam formulasi krim dan 15 di dalam gel. Penggunaan asam azelat pada konsentrasi rendah di dalam produk kosmetik tidak direkomendasikan karena asam azelat tidak menunjukkan efektifitas jika konsentrasinya di bawah 10 dan penggunaan antibiotik dosis rendah dapat menimbulkan resistensi. Aplikasi konsentrasi yang lebih tinggi dari 10 dianggap sebagai penggunaan pada medis. Metode standar penentuan asam azelat baik dalam kadar tinggi maupun kadar rendah belum ada, tapi umumnya digunakan metode KCKT untuk penentuan asam azelat dalam kadar besar. Pada penelitian ini dilakukan modifikasi metode analisis asam lemak standar AOAC Internasional serta validasi metode analisa agar metode tersebut dapat diaplikasikan di laboratorium. Metode analisis melibatkan pemanasan sediaan krim yang telah dilarutkan dengan metanol dan ditambahkan katalis BF3-metanol 10 , dilanjutkan dengan ekstraksi dan analisis dengan GCMS. Berdasarkan hasil validasi metode diperoleh kurva kalibrasi yang cukup linier dengan nilai korelatif 0,9997. Metode ini juga cukup sensitif dengan batas deteksi 1,02 g/mL, presisi yang cukup baik dengan simpangan baku relatif RSD antara 0,63 ndash; 0,96 serta hasil yang cukup akurat yang mana persentase perolehan kembali sebesar 99,85 pada rentang 98,27 ndash; 100,72 . Hasil yang baik ini menunjukkan bahwa metode dapat digunakan sebagai metode analisis untuk pengujian di laboratorium.
ABSTRACT
Azelaic acid is one of the substances that has anti acne and skin lightening effects but prohibited on cosmetics products based on the Regulation of the Head of the National Agency of Drug and Food Control BPOM No. 18 of 2015 on the Technical Requirements of Cosmetics Ingredients Annex V. Azelaic acid as an acne medicine in use should be by prescription and is generally used at a concentration of 20 in a cream formulation and 15 in the gel. The use of azelaic acid at low concentrations in cosmetic products is not recommended because azelaic acid is not shown to be effective if the concentration is below 10 and the use of low dose antibiotics can lead to resistance. While the use of above 10 is categorized as a medical treatment. The standard method of determining of azelaic acid both in high and low levels does not yet exist, but used the HPLC method to determine a large amount of azelaic acid. In this research, the fatty acid standard analysis method of AOAC International was modified and validated to be used in the laboratory. The method of analysis involves heating the cream preparations dissolved with methanol and then added BF3 methanol catalyst, followed by extraction and analysis using GCMS. The validation of method shows that the calibration curve is linear with correlative value of 0.9997. The method is fairly sensitive with 1.02 g mL detection limit, and fairly precision with relative standard deviation RSD of between 0.63 0.96 and fairly accurate which the recovery percentage is 99.85 at range 98.27 100.72 . In sum the results demonstrate that the method can be used as a routine analysis method for laboratory testing."
2018
T49236
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kholilah Lengga Yani
"Makanan yang difermentasikan merupakan unsur utama yang digunakan sebagai menu makanan sehari-hari penduduk di semua bagian dunia, karena cara membuatnya mudah, praktis, murah dan aman. Makanan fermentasi yang mengandung alkohol seperti tape ketan, tape singkong maupun brem, ternyata proses pembuatannya pun relatif mudah yaitu dengan ragi. Pada saat peragian, terjadi perubahan bentuk dari pati menjadi glukosa yang pada akhirnya menghasilkan alkohol. Pada penelitian ini, alkohol pada beberapa makanan fermentasi ditetapkan kadarnya secara kromatografi gas. Kondisi terpilih pada penetapan kadar alkohol dalam berbagai makanan fermentasi dengan kromatografi gas adalah pada tekanan gas pembawa 40 kPa, temperatur kolom 30ºC, temperatur tempat penyuntikan 100ºC serta temperatur detektor 100ºC. Baku dalam yang digunakan adalah n-propanol. Kadar alkohol yang diperoleh pada berbagai makanan fermentasi yaitu tape A sebesar 4,9459 ± 0,0301%, tape B sebesar 4,6449 ± 0,0413%, tape ketan A sebesar 5,5581 ± 0,0508%, tape ketan B sebesar 5,5185 ± 0,0391%, brem A sebesar 4,0439 ± 0,0076% dan brem B sebesar 4,209 ± 0,0233%.

The foods fermented were the main substance that usefull for daily meal in people all of the world, because how to make them were easy, practis, cheap and save. The fermentation food that containing alcohol such as tape ketan, tape singkong and brem, obviously the process was very easy by used yeast. While in fermentation, the form become changed from starch to glucose that finally produced alcohol. By using gas chromatography method we can determination the quantity of alcohol in food fermentation. The condition choosed for quantitative determination of alcohol in several fermentation food by gas chromatography were pressure of carrier gas at 40 kPa, and temperature of column, injector, detector were 30ºC, 100ºC and 100ºC respectively. n-propanol was used as internal standard. The content of alcohol in these food fermentation were : tape A has 4,9459 ± 0,0301%, tape B has 4,6449 ± 0,0413%, tape ketan A has 5,5581 ± 0,0508%, tape ketan B has 5,5185 ± 0,0391%, brem A has 4,0439 ± 0,0076% and brem B has 4,209 ± 0,0233%.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2006
S32864
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>