Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 58399 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zilfia Mutia Ranny
"Furosemid merupakan obat diuretik kuat yang memiliki sifat hidrofobik. Formulasi dari obat hidrofobik untuk pemberian secara oral ini merupakan tantangan karena memiliki kelarutan dan disolusi yang buruk.
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengkarakterisasi dan mengetahui peningkatan kelarutan dari mikrokapsul furosemid menggunakan polimer hidrofilik maltodekstrin DE 10-15. Metode mikroenkapsulasi yang digunakan yaitu semprot kering. Pada penelitian ini perbandingan bobot yang digunakan antara furosemidmaltodekstrin adalah 1:1, 1:2, dan 1:4. Polimer hidrofilik seperti polivinilpirolidon (PVP) dan hidroksipropilmetilselulosa (HPMC) juga digunakan pada formula untuk membandingkan hasil mikrokapsul furosemid-maltodekstrin DE 10-15. Perbandingan bobot furosemid terhadap PVP dan HPMC masing-masing adalah 1:1. Mikrokapsul furosemid ini dikarakterisasi meliputi uji morfologi, distribusi ukuran partikel, uji perolehan kembali, efisiensi penjerapan, penentuan uji kelarutan, analisis termal menggunakan differential scanning calorimetry, dan difraksi sinar-X.
Hasil karakterisasi menunjukkan mikrokapsul furosemid yang dihasilkan memiliki morfologi partikel yang berbentuk bulat sampai tidak beraturan dengan distribusi ukuran partikel berkisar 5,47 ? 17,09 μm. Persentase efisiensi furosemid yang terjerap dalam mikrokapsul berkisar 88,21 ? 111,91%. Pada hasil analisis DSC dan XRD menunjukkan mikrokapsul furosemid mengalami transformasi dari bentuk kristal ke bentuk amorf. Hasil uji kelarutan furosemid dalam mikrokapsul menunjukkan peningkatan daripada senyawa
furosemid murni.

Furosemid, a loop diuretic drug is a hydrophobic drug which is poorly soluble in water. The formulation of hydrophobic drug for oral drug delivery is challenging due to poor solubility and poor dissolution of this drug.
The primary goal of this study was to characterize and to improve solubility of furosemid by microencapsulation with certain maltodextrin DE 10-15 using spray drying technique. In current research, three weight ratio of furosemide to maltodextrin DE 10-15 being used are 1:1, 1:2, and 1:4. Hydrophillic polymer such as polyvinyl pyrrolidone (PVP) and hydroxypropyl methylcellulose (HPMC) also were used to compare microcapsules of furosemide with maltodextrin DE 10-15. Weight ratio both PVP and HPMC being used are 1:1. Furosemide microcapsules was characterized in terms of morphology, particle size distribution, recovery factor, entrapment efficiency, dissolution test, thermal analysis using differential scanning calorimetry, and X-ray diffraction.
The result of characterization showed that the morphology of spray dried microcapsules were in spherical to irregular shape and the particles size range was about 5,47 ? 17,09 μm. Furosemide was incorporated into the microcapsules with entrapment efficiency of range between 88,21 ? 111,91%. The results of thermal analysis using differential scanning calorimetry and X-Ray diffraction showed that furosemide transformed from the crystalline state to amorphous state. From the prepared microcapsules results have shown that solubility has been improved from its spray dried microcapsules in comparison to pure furosemide."
Depok: [Universitas Indonesia, ], 2011
S33206
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Olvi Aderine
"Furosemid merupakan obat golongan diuretik kuat yang mempunyai sifat praktis tidak larut dalam air. Oleh sebab itu perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan
pelarutan furosemid tersebut dalam air dengan cara-cara tertentu. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan laju larutnya furosemid menggunakan sistem dispersi padat dengan maltodekstrin DE 10-15 sebagai pembawa. Dispersi padat dibuat dengan metode penguapan pelarut dengan perbandingan berat furosemid dan maltodekstrin DE 10-15 adalah 1:3, 1:6, 1:9, dan 1:10; serta campuran fisik yang dibuat dengan perbandingan serupa dispersi padat. Uji laju
melarutnya furosemid dilakukan dengan menggunakan alat magnetic stirrer dengan kecepatan 50 rpm pada suhu 250C±20C selama 60 menit. Dispersi padat yang dihasilkan dikarakterisasi sebagai berikut: uji laju melarut, difraksi sinar-X (XRD), differential scanning calorimetry (DSC), spektrofotometri inframerah, scanning electron microscopy (SEM), dan analisis ukuran partikel (PSA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju melarut dispersi padat lebih baik daripada campuran fisik dan furosemid murni. Perbandingan bahan pada dispersi padat yang mempunyai laju melarut terbaik adalah 1:6 dengan peningkatan 1,25 kali lebih besar daripada furosemid murni."
Depok: [Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, ], 2010
S33191
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Zaki
"Tablet cepat hancur merupakan bentuk sediaan farmasi yang sedang berkembang saat ini karena karakteristik yang dimilikinya, yaitu dapat hancur di rongga mulut tanpa perlu dikunyah dan tanpa adanya bantuan air tambahan. Komponen penting dalam tablet cepat hancur adalah penghancur. Maltodekstrin dan pragelatinisasi pati singkong (PPS) merupakan eksipien yang dapat berfungsi sebagai penghancur. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan tablet cepat hancur menggunakan maltodekstrin DE 10-15 dan pragelatinisasi pati singkong dalam berbagai konsentrasi sebagai eksipien. Pati singkong dipragelatinisasikan hingga didapat PPS. Selanjutnya PPS dicampurkan dengan maltodektrin DE 10-15 untuk dibuat menjadi tablet cepat hancur dengan metode granulasi basah. Evaluasi tablet menunjukkan bahwa formula F yang mengandung maltodekstrin DE 10-15 sebesar 40% dan PPS sebesar 10% memiliki kriteria yang baik sebagai tablet cepat hancur. Formula F memiliki kekerasan 3,39 kp, keregasan 0,74%, waktu pembasahan 7,87 detik dan waktu hancur 38,55 detik.

This study developed a novel fast disintegrating tablets. Maltodextrin DE 10-15 and pregelatinized cassava starch (PCS) with various concentration were used as tablet disintegrant. The PCS was obtained from pregelatinized process. The resulting PCS was then mixed with maltodextrin DE 10-15. The resulting mixture was then formulated into fast disintegrating tablet using wet granulation method. The obtained tablets were then evaluated. The evaluation showed that formula F which contained 40% maltodextrin DE 10-15 and 10% PCS have the best characteristic as fast disintegrating tablet. Formula F exhibited 3,39 kp of hardness, 0,74% of friability, 7,87 seconds of wetting time and 38,55 seconds of disintegration time."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2011
S787
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Ayu Ratna Yulianti
"ABSTRAK
Senyawa bioaktif yang paling banyak terkandung pada Sargassum plagyophyllum adalah senyawa polifenol yaitu florotanin. Florotanin sensitif terhadap kondisi lingkungan, seperti suhu tinggi, cahaya, pH, kelembaban dan oksigen, dan dapat mengalami reaksi degradasi selama proses pembuatan produk dan penyimpanan. Ekstrak cair Sargassum plagyophyllum diformulasikan menjadi mikrosfer dengan penyalut maltodekstrin DE 10-15 melalui metode semprot kering pada suhu 110 C untuk meningkatkan stabilitas dari senyawa polifenol. Pada penelitian ini, dibuat empat formulasi mikrosfer dengan variasi maltodekstrin DE 10-15 sebanyak 0 , 5 , 10 dan 15 . Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh penggunaan maltodekstrin DE 10-15 terhadap stabilitas mikrosfer ekstrak Sargassum plagyophyllum selama proses pengeringan dengan menggunakan metode semprot kering dan selama penyimpanan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa serbuk tanpa maltodekstrin dan dengan maltodekstrin 15 lebih stabil apabila disimpan di suhu 4 2 C daripada di suhu 40 2 C dan suhu 28 2 C. Pada suhu 4 2 C, kadar florotanin serbuk dengan maltodekstrin 15 tetap sedangkan tanpa maltodekstrin mengalami penurunan sebesar 10 . Kesimpulan dari penelitian ini yaitu maltodekstrin DE 10-15 merupakan penyalut yang sesuai untuk memformulasikan serbuk mikrosfer Sargassum plagyophyllum dan dapat menjaga stabilitas serbuk selama proses pengeringan dan selama penyimpanan 2 bulan pada suhu 4 2 C.

ABSTRAK
Sargassum plagyophyllum is rich sources of phlorotannin as bioactive compound. Phlorotannin as polyphenol compound is generally sensitive to environmental conditions, including unfavourable temperatures, light, pH, moisture, and oxygen, and therefore susceptible to degradative reactions during product processing and storage. Sargassum plagyophyllum aqueous extract was formulated into microsphere by using maltodextrin DE 10 15 as coating agent through spray dry method with 110oC inlet temperature to increase stability of polyphenol compound. In this study, four microspheres were formulated by using variation of maltodextrin DE 10 15 with concentration of 0 , 5 , 10 and 15 respectively. The aim of this study was determining effects of using maltodextrin DE 10 15 on microsphere rsquo s stability during drying process and storage condition. The result showed that the powder without maltodextrin and with 15 of maltodextrin were more stable in temperature 4 2 C than in 28 2 C and 40 2 C. In temperature 4 2 C, phlorotannin contain in powder with 15 of maltodextrin was maintained, while the powder without maltodextrin lost 10 of its phlorotannin contain. Based on the results, it can be concluded that maltodextrin DE 10 15 was a suitable coating agent to formulate Sargassum plagyophyllum dry powder and maintain its stability during spray drying process at 110 C and during storage for 2 months in 4 2 C."
2017
S68653
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Rahma Sari
"ABSTRAK
Ketoprofen merupakan obat kelompok BCS kelas II yang mempunyai kelarutan rendah sehingga disolusi menjadi tahap penentu laju absorbsi obat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh hidroksipropil β-siklodekstrin terhadap laju disolusi ketoprofen pada kompleks inklusi. Kompleks inklusi ketoprofen-hidroksipropil β-siklodekstrin dibuat dengan perbandingan molar 1:1 dan 1:2 menggunakan metode semprot kering. Kompleks inklusi dikarakterisasi dengan uji disolusi, fourier transform infrared (FTIR), differential scanning calorimetry (DSC) dan X-ray powder diffractometry (XRPD). Hasil uji disolusi kompleks inklusi perbandingan molar 1:1 dan 1:2 dapat meningkatkan laju disolusi ketoprofen dalam medium aquadest dan dapar fosfat 0,05 M pH 7,5. Hasil karakterisasi FTIR, DSC, dan XRPD menunjukkan terjadinya pembentukan kompleks inklusi. Hasil uji DSC menunjukkan hilangnya puncak peleburan dan penurunan panas peleburan. Sedangkan hasil uji XRPD menunjukkan adanya penurunan derajat kristalinitas dan ukuran kristalit. Peningkatan laju disolusi dalam medium aquadest mencapai 1,58 kali dan 1,61 kali pada kompleks inklusi perbandingan molar 1:1 dan 1:2. Sedangkan peningkatan laju disolusi dalam medium dapar fosfat 0,05 M pH 7,5 mencapai 1,16 kali dan 1,21 kali pada kompleks inklusi dengan perbandingan molar 1:1 dan 1:2.

ABSTRACT
Ketoprofen is a BCS class II drug with low solubility with the result that dissolution becomes rate limiting step of drug absorption rate. This study is aimed to determine the effect of hydroxypropyl β-cyclodextrin toward dissolution rate of ketoprofen in inclusion complexes. Ketoprofen-hydroxypropyl β-cyclodextrin inclusion complexes were made with molar ratio of 1:1 and 1:2 using spray drying method. Inclusion complexes were characterized by dissolution test, fourier transform infrared (FTIR), differential scanning calorimetry (DSC), and X-ray powder diffractometry (XRPD). The dissolution test result could enhance dissolution rate of ketoprofen in medium of distilled water and 0,05 M phosphate buffer pH 7,5. The FTIR, DSC, and XRPD characterization result showed formation of inclusion complexes. The DSC test result showed disappearance of melting peak and decrease in heat of fusion. While the XRPD test result showed decrease in degree of crystallinity and crystallite size. The enhancement of dissolution rate in medium of distilled water reached 1,58 times and 1,61 times on the inclusion complexes molar ratio of 1:1 and 1:2. While the enhancement of dissolution rate in medium of 0,05 M phosphate buffer pH 7,5 reached 1.16 times and 1.21 times on the inclusion complex with molar ratio of 1:1 and 1:2.
;"
2016
S64103
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anti Nurul Latifah
"Pentoksifilin merupakan senyawa turunan metilxantin yang memiliki efek anti inflamasi dan memiliki potensi dalam terapi Inflammatory Bowel Disease Mikropartikel adalah salah satu sistem yang dapat digunakan untuk penghantaran obat ke daerah terapi Pembuatan mikropartikel dapat dilakukan dengan metode semprot kering Penelitian ini bertujuan untuk membuat mikropartikel pentoksifilin alginat dengan metode semprot kering berdasarkan variasi perbandingan jumlah pentoksifilin terhadap natrium alginat Mikropartikel dibuat dari tiga perbandingan b b pentoksifilin terhadap natrium alginat dengan perbandingan 1 1 1 0 5 dan 1 0 33 Parameter alat semprot kering dibuat tetap untuk ketiga perbandingan Karakterisasi mikropartikel terdiri dari bentuk dan morfologi distribusi ukuran partikel kadar air kadar zat aktif dan uji pelepasan obat Mikrograf SEM mikropartikel pentoksifilin alginat perbandingan 1 1 memperlihatkan bentuk bulat Mikropartikel pentoksifilin alginat perbandingan 1 0 33 memiliki rata rata kumulatif 1 256 m dan kadar air 4 95 1 22 Kadar pentoksifilin dalam ketiga perbandingan berturut turut yaitu 54 59 0 03 66 15 0 59 dan 74 77 1 82 Pelepasan obat menunjukkan hasil bahwa ketiga perbandingan masih melepaskan zat aktif lebih dari 10 selama pengujian dalam medium HCl 0 1 N pH 1 2 Data data yang diperoleh menunjukkan bahwa variasi perbandingan jumlah pentoksifilin terhadap natrium alginat dalam larutan yang disemprotkan mempengaruhi karakteristik mikropartikel.

Pentoxifylline is a methylxanthine derivative which has anti inflammatory effects and potential interest for treatment of inflammatory bowel disease Microparticle is a system which can be used for specific drug delivery Microparticles can be manufactured by spray drying method This present research was intended to produce pentoxifylline alginate microparticles by spray drying method which was based on ratio variation of pentoxifylline to sodium alginate Microparticles were formulated from three ratios w w pentoxifylline to sodium alginate with ratio design 1 1 1 0 5 and 1 0 33 The same parameters applied for the three ratios Microparticles characterization consist of morphology and shape particle size distribution moisture content pentoxifylline assay and drug release test SEM micrograph showed that pentoxifylline alginate microparticles with 1 1 ratio have a spherical shape Pentoxifylline alginate microparticles with 1 0 33 ratio have 1 256 m for cumulants mean and 4 95 1 22 for moisture content Pentoxifylline levels from three ratios respectively are 54 59 0 03 66 15 0 59 and 74 77 1 82 Drug release test records the pentoxifylline dissolution from all of ratios are more than 10 in HCl 0 1 N pH 1 2 medium Thus ratio variation of pentoxifylline to sodium alginate in feed solution affects microparticles characteristics."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
S60871
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firdaus
"Salah satu metode yang dapat digunakan pada pengering semprot adalah kombinasi antara pengering semprot dengan dehumidifier. Sistem dehumidifier bertujuan mengurangi kelembaban serta meningkatkan temperatur udara lingkungan sebelum masuk ke sistem pengering semprot, Pemanfaatan sistem ini dapat menghemat konsumsi energi.Tujuan Pada Penelitian kali ini adalah untuk mengetahui kondisi optimum konsumsi energi spesifik total yang terdapat pada sistem kombinasi antara pengering semprot dengan dehumidifier dengan menggunakan analisa simulasi termodinamika dengan refrijeran R 407 C dan CFD untuk sistem dehumidifier dan ruang pengering pada pengering semprot. Penelitian diawali dengan simulasi termodinamika dan CFD dengan Variasi temperatur udara 60 ?, 80 ?, 100 ?, 120 ?, dan 140 ?. Variasi kelembaban udara 0.00763 kgv/kgda, 0.01065 kgv/kgda, 0.0147 kgv/kgda, dan 0.0227 kgv/kgda variasi temperatur titik embun 10 ?, 15 ?, 20 ?, dan 27 ? . Dan variasi laju udara adalah 150 lpm, 300 lpm, dan 450 lpm.Berdasarkan penelitian yang telah diakukan, didapatkan bahwa dew point, temperatur udara keluar pemanas dan temperatur kondensor berpengaruh terhadap konsumsi energi spesifik total. Laju pengeringan terbesar terjadi pada udara dengan kelembaban udara pada temperatur titik embun 10 ?, laju udara 450 lpm, dan temperatur udara 140? dan Konsumsi energi spesifik terendah dari sistem terbesar didapatkan pada Temperatur Kondensor 60? dan 70?.

One method that can be used in a spray dryer is a combination of a spray dryer with a dehumidifier. The dehumidifier system aims to reduce moisture and increase the air temperature of the environment before entering the spray drying system. Utilizing this system can save energy consumption.The objective of this research is to know the optimum condition of total specific energy consumption in combination system of spray dryer with dehumidifier by using thermodynamic simulation analysis with refrigerant R 407 C and CFD for dehumidifier and spray drying system in spray dryer. The research begins with thermodynamic and CFD simulations with variations of air temperature 60 , 80 , 100 , 120 , and 140 . Air humidity variations are 0.00763 kg kg, 0.01065 kgv kgda, 0.0147 kgv kgda, and 0.0227 kgv kgda dew point temperature variations 10 , 15 , 20 , and 27 . And the variations in air rates are 150 lpm, 300 lpm, and 450 lpm.According in this research, it is found that the dew point, heater exit air temperature and condenser temperature have an effect on total specific energy consumption. The highest rate of drying occurs in air with air humidity at dew point temperature 10 , air rate 450 lpm, and air temperature 140 and the lowest specific consumption of the largest system is found in Condenser Temperature 60 and 70."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
S68449
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rafdi
"Pengering semprot memiliki kendala jika beroperasi pada udara lembap atau ketika harus mengeringkan bahan pangan yang sensitif terhadap temperatur.Kelembapan udara sangat berpengaruh terhadap tingginya temperatur udara pengeringan dimana temperatur udara pengeringan juga memiliki pengaruh terhadap tingginya konsumsi energi pengering semprot. Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut maka dalam penelitian ini pengering semprot dikombinasikan dengan sistem dehumidifier. Penambahan sistem dehumidifier pada alat pengering semprot akan mengurangi kelembapan udara pengering dan menghasilkan panas yang terbuang pada kondensor. Panas yang terbuang dari kondensor dapat dimanfaatkan untuk memanaskan udara pengering sebelum masuk ke pemanas listrik sehingga dapat mengurangi beban daya pemanas listrik.
Pada penelitian ini refrijeran yang digunakan untuk sistem dehumidifier adalah R-152a. R-152a dipilih karena merupakan refrijeran yang ramah lingkungan dan merupakan alternatif yang lebih baik dari refrijeran yang dipakai pada penelitian sebelumnya yaitu R-134a. Penelitian dilakukan dengan melakukan simulasi CFD untuk memperoleh laju penguapan air dan konsumsi energi pada pengering semprot terhadap beberapa variasi laju udara, temperatur udara pengeringan dan titik embun udara pengeringan. Penurunan kelembapan udara berpengaruh terhadap meningkatnya laju penguapan air, penurunan temperatur pengeringan, dan penurunan konsumsi energi. Penambahan sistem dehumidifier dikombinasikan dengan pemanas listrik meningkatkan kinerja pengering semprot.

The spray drier has an obstacle if it operates in humid air or when it should dry temperature sensitive material. Humidity of air greatly affects the high drying air temperature where drying air temperature also has an effect on the high consumption of spray dryer energy. To overcome these problems, the spray dryer is combined with the dehumidifier system. The addition of a dehumidifier system to the spray dryer will reduce the humidity of the dryer air and generate the wasted heat on the condenser. The wasted heat from the condenser can be utilized to heat the dryer air before entering the electric heater so as to reduce the electrical heating load.
In this study refrigerant used for dehumidifier system is R 152a. R 152a was chosen because it is an environmentally friendly refrigerant and is a better alternative to refrigerant that used in the previous study of R 134a. The study was conducted by simulating CFDs to obtain the rate of water evaporation and energy consumption in spray drier against several variations of air rate, drying air temperature and drying air dew point. Decreased air humidity affects the increasing rate of water evaporation, decreased drying temperature and energy consumption. The addition of a dehumidifier system combined with an electric heater improves the performance of the spray dryer."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
S68565
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aryo Bayu Wicaksono
"Clove or Syzygium Aromaticum is one of Indonesias herbs and spices that have variety of uses, its oil contains 80 eugenol and was reportedly able to act as anti microbial, anti fungal, and anti inflamatory. Encapsulation was done to protect clove oil from oxidation. Eugenol encapsulation has been studied with casein micelle as its encapsulator. Production of encapsulated eugenol uses 8 unit procedure, with spray dryer to form solid product. The economical evaluation shows that the project capital investment is 1,249,000 with annual operating cost of 1,448,000. Annual production capacity is 6972 kg year, generating a revenue of 1,634,000 with product price 234.32 kg. Payback period estimated is 6.63 years with IRR 14.30 and NPV 334,000. Sensitivity analysis is conducted using 3 parameters of payback periode, NPV and IRR shows that product price fluctuation is the most sensitive variable, followed by capital investment and clove oil price.

Cengkeh atau Syzygium Aromacitum merupakan salah satu rempah dengan berbagai kegunaan, minyak atsiri cengkeh mengandung >80 eugenol dan telah dilaporkan dapat berfungsi sebagai anti-microbial, anti-fungal dan anti-inflamatory. Enkapsulasi dilakukan untuk melindungi minyak astiri cengkeh dari oksidasi. Enkapsulasi eugenol telah dipelajari menggunakan casein micelle sebagai enkapsulator. Produksi eugenol terenkapsulasi menggunakan 8 unit prosedur dengan spray dryer berfungsi untuk mengeringkan produk akhir. Evaluasi keekonomian menunjukan bahwa proyek ini membutuhkan capital investment sebesar 1,249,000 dengan operating cost 1,448,000. Kapasitas produksi tahunan yaitu 6972 kg/tahun, menghasilkan revenue 1,634,000 dengan harga jual produk 234.34/kg. Payback period diperkirakan mencapai 6.63 tahun dengan IRR 14.30 dan NPV 334,000. Analisa sensitivitas dilakukan menggunakan 3 parameter yaitu payback period, NPV dan IRR menunjukkan bahwa fluktuasi harga produk adalah variable paling sensitif diikuti oleh capital investment dan harga minyak cengkeh.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Effionora Anwar
"Salah satu produk modifi kasi pati yang dapat digunakan sebagai bahan penyalut lapis tipis (fi lm coating) tablet adalah maltodekstrin. Penelitian ini bertujuan mengetahui kemampuan maltodekstrin DE 5-10 sebagai bahan penyalut lapis tipis tablet. Maltodekstrin DE 5-10 diperoleh dengan cara hidrolisis pati singkong menggunakan enzim α-amilase dari NOVO (Termamyl L120®) pada suhu 85°C selama 65 menit. Maltodekstrin DE 5-10 digunakan sebagai bahan penyalut pada konsentrasi 10, 15, 20 dan 25%, sebagai bahan salut pembanding digunakan hidroksimetil selulosa (HPMC). Evaluasi tablet salut dilakukan berdasarkan ketentuan yang tertera pada Farmakope Indonesia Edisi III dan IV. Hasil penelitian menunjukkan bahwa maltodekstrin DE 5-10 dari pati singkong dapat digunakan sebagai bahan penyalut lapis tipis dengan hasil yang cukup baik pada konsentrasi 10-25%, bahkan pada konsentrasi 10% hasilnya lebih baik dari tablet yang disalut dengan hidroksimetil selulosa.

The Use of Maltodextrin from Tapioca Starch as a Film Coating Tablet Material. Maltodexrin is a modifi ed starch product which can be use as a material fi lm coating tablet. The aim of the research was to study the capability of maltodextrin as a material fi lm coating exipient. Maltodextrin DE 5-10 was made by hidrolysis of tapioca starch with α-amylase enzyme from NOVO (Termamyl L120®), at 80° C, for 65 minute. Maltodextrin was used as a fi lm coating material at concentration 10%,15%,20% dan 25%. As a comparative fi lm coating material was used HPMC. The evaluation of the coating tablet was done accordance to Farmacope Indonesia third and fourth edition. The result show that maltodextrin DE 5-10 from tapioca starch can be used as fi lm coating at concentration 10-25% with concentration 10% gave better result a HPMC."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2002
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>