Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 166133 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aditta Meisafitri
"ABSTRAK
Kombinasi eksipien secara fisika lebih menguntungkan dibandingkan dengan kombinasi secara kimia karena lebih praktis dan memerlukan lebih sedikit persyaratan uji dalam proses pengembangan produk. Koproses merupakan salah satu metode kombinasi eksipien secara fisika untuk meningkatkan sifat fungsional. Penelitian ini bertujuan untuk mengkarakterisasi eksipien hasil koproses antara kitosan dengan sodium starch glycolate (SSG) dan mengaplikasikannya pada sediaan tablet mengapung. Eksipien koproses dibuat dengan mencampur kitosan 5% b/v dalam asam asetat 0,5 N dan SSG 5% b/v dalam akuades suhu 70°C dengan perbandingan 1:1, 1:2, dan 1:3. Campuran dikeringkan dengan double drum dryer. Eksipien koproses digunakan sebagai matriks pada tablet mengapung yang dibuat dengan metode granulasi basah dan menggunakan sistem effervescent. Tablet mengapung juga dibuat dengan matriks kombinasi campuran fisik eksipien koproses dan HPMC dengan perbandingan 1:1, 2:1, dan 3:1. Hasilnya menunjukkan bahwa eksipien koproses kitosan-SSG memiliki daya mengembang yang lebih besar dari masing-masing maupun campuran fisik eksipien penyusunnya. Tablet dengan matriks eksipien koproses memiliki kemampuan menahan pelepasan obat selama 10 jam dan dapat mengapung selama 12 jam. Penambahan HPMC dapat meningkatkan kemampuan menahan pelepasan obat hingga 20 jam dan meningkatkan kemampuan mengapung tablet hingga lebih dari 24 jam.

ABSTRACT
Physical combination ofexcipients is more benefit than chemical one because it is more practical and needs less stages of regulatory during the development phase Co-processing is one of physical combination method to improve the functional characteristics of excipients. The aims of this research were to characterize excipient resulted from co processing chitosan with sodium starch glycolate (SSG) and to apply the excipient on floating tablet. The co-processed excipientwas made by mixing chitosan 5% w/v in acetic acid 0,5 N with SSG 5% w/v in 7o°C aquadest. The mixture was dried by double drum dryer. The co-processedexcipient was used as matrix in floating tablet prepared by wet granulation method and effervescent system. The floating tablet was also made with matrix of physical mixture combination of the co-processed excipient and HPMC in ratio 1:1, 2:1, and 3:1. The result showed that the co-processed excipient has greaterswelling capacity compared with both its individual and physical mixture of the comprising materials. The tablet with co-processed excipient matrix has ability to retard drug release for 10 hours and could float for 12 hours long. HPMC notonly could improve the ability to retard drug release for 2o hours but also improve+hofioat nti124h "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S33143
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nida Ul Haqie
"Saat ini, eksipien koproses sedang mendapat perhatian dalam aplikasi farmasetik. Tidak adanya perubahan kimia, kombinasi untuk mendapatkan sifat yang diinginkan banyak, dan efisiensi penggunaan eksipien tunggal dibandingkan campuran eksipien menjadi alasan tingginya minat terhadap eksipien koproses. Pada penelitian ini dibuat eksipien koproses (EK) antara kitosan dan sodium starch glycolate (SSG) dengan cara melarutan kitosan 5% b/v dalam asam asetat 0,5 N dan mendispersikan SSG 5% b/v dalam akuades 70°C kemudian keduanya dicampur dengan perbandingan 1:1, 1:2, dan 1:3. Campuran dikeringkan menggunakan double drum dryer. Eksipien koproses yang diperoleh dikarakterisasi meliputi karakterisasi kimia, fisik dan fungsional. EK 1:1 dipilih untuk digunakan sebagai matriks dalam sediaan tablet lepas lambat karena menunjukkan hasil karakterisasi yang paling baik. Selain itu, dibuat juga tablet dengan kombinasi matriks antara EK dan hidroksipropil metilselulosa (HPMC). Tablet dibuat dengan metode granulasi basah dan atenolol digunakan sebagai model obat. Matriks EK menunjukkan profil pelepasan obat yang tertahan selama 8 jam. Penambahan HPMC sebagai kombinasi matriks dengan perbandingan EK-HPMC 1:1 dan 2:1 menunjukkan profil pelepasan obat yang tertahan selama 16 jam sementara matriks EK-HPMC 3:1 menunjukkan profil pelepasan obat yang tertahan selama 12 jam."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S32724
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fitrahwati Sudarmo
"Tujuan koproses adalah meningkatkan fungsionalitas bahan secara sinergis dan menutupi sifat yang tidak diinginkan dari masing-masing eksipien. Pada penelitian ini tujuan dilakukannya koproses adalah untuk meningkatkan fungsi pati sebagai bahan matriks tablet dalam industri farmasi dikombinasi dengan metilselulosa untuk menghasilkan sediaan lepas lambat. Koproses PPS-MC dibuat dengan cara mengkombinasikan PPS dan MC dengan rasio 2:1, 3:1, dan 4:1 kemudian dikarakterisasi. Koproses PPS-MC yang dipilih sebagai matriks tablet adalah perbandingan 2:1, 3:1 dan 4:1. PPS-MC koproses 2:1, 3:1 dan 4:1 dapat digunakan sebagai bahan matriks tablet yang memperlambat pelepasan obat selama 40 jam."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2010
S33172
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Alawiyah Aswar
"Eksipien koproses merupakan kombinasi dua atau lebih eksipien yang memiliki keuntungan penampilan yang tidak dapat dicapai oleh pencampuran secara fisik biasa dengan eksipien yang sama. Kombinasi eksipien yang dipilih dapat melengkapi satu sama lain untuk menutupi sifat yang tidak diinginkan dari masing-masing eksipien sekaligus dapat mempertahankan atau meningkatkan sifat eksipien yang diinginkan. Pregelatinisasi pati singkong (PPS) sebagai matriks hidrofilik belum menghasilkan laju disolusi obat yang konstan, oleh sebab itu pada penelitian ini dikombinasikan dengan karboksimetilselulosa (CMC). Sifat pembentuk gel dari CMC diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pembentukan gel dari pati, sebagai matriks dalam sediaan lepas terkendali sehingga mampu menahan pelepasan obat dari sediaan.
Koproses PPS - CMC dibuat dengan mendispersikan PPS dalam air (1:5) dan CMC dengan konsentrasi 5% b/v, keduanya dicampurkan dengan berbagai perbandingan yaitu 4:1, 3:1, dan 2:1. Eksipien koproses 4:1 dan 2:1 digunakan sebagai matriks dalam sediaan tablet serta dilakukan perbandingan dengan matriks PPS dan CMC sebagai eksipien awal penyusunnya. Tablet dibuat menggunakan metode granulasi basah dengan teofilin sebagai model obat. Hasil karakterisasi menunjukkan bahwa eksipien koproses yang dihasilkan memiliki sifat fisik lebih baik dibandingkan eksipien awal penyusunnya (PPS dan CMC), namun sebagai matriks belum mampu menahan pelepasan obat dengan baik."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2010
S33151
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Luhur Cayektie
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2010
S33126
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yudith Kusuma Putri
"Tujuan penelitian ini adalah membuat protein kedelai suksinat dari protein kedelai yang diperoleh melalui proses suksinilasi protein kedelai dengan anhidrida suksinat pada kondisi basa dalam medium berair. Protein kedelai suksinat yang diperoleh kemudian dikarakterisasi secara fisik, kimia, dan fungsional, kemudian digunakan sebagai matriks pada sediaan tablet mengapung. Protein kedelai suksinat yang didapat berupa serbuk berwarna putih kekuningan, memiliki derajat suksinilasi 35,74 ± 0,38% dan 100,38 ± 0,38%, menunjukkan peak pada bilangan gelombang 1653,0 cm-1 mengindikasikan gugus karbonil amida yang terbentuk, memiliki daya mengembang 35,38 ± 2,08% dan 25,30 ± 4,99% dalam dapar asam klorida pH 1,2. Pada penelitian ini, tablet dibuat dengan metode granulasi basah dan menggunakan diltiazem hidroklorida sebagai model obat. Semua formula dibuat dengan mengkombinasikan matriks protein kedelai (PK), protein kedelai suksinat 100% b/b (PKS 1), dan protein kedelai suksinat 250% b/b (PKS 2) dengan HPMC dengan perbandingan 1:1. Uji keterapungan, daya mengembang dan kinetika pelepasan obat pada tablet mengapung dievaluasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa formula dengan matriks PKS 2:HPMC 1:1 merupakan fomula terbaikdengan waktu apung 40,75 ± 1,06 menit dan mampu mengapung selama 24 jam, daya mengembang 87,5 ± 3,1% dengan kinetika pelepasan mengikuti persamaan Higuchi dan mekanisme difusi non-Fickian.

The aims of this study was to produce the soybean protein succinate from soybean protein by succinilation of the soybean protein using succinic anhydride under alkaline conditions in aqueous medium. Soybean protein succinate were characterized physically, chemically and functionally, then was used as a matrix for floating tablet. Soybean protein succinate obtained a yellowish-white powder, having 35.74 ± 0.38% and 100.38 ± 0.38% as its succinylated degree, showed peak at the wave number 1653.05 cm-1 indicates that the amide carbonyl group is formed, swelling index was 35.38 ± 2.08% and 25.30 ± 4.99% in hydrocloric acid buffer pH 1.2. Tablets were made by wet granulation method and diltiazem hydrochloride was used as a model drug. All formulas were made by combining matrix soybean protein (SP), soybean protein succinate 100 % w/w (SPS 1), and soybean protein succinate 250 % w/w (SPS 2) with HPMC 1:1. Buoyancy test, swelling test and drug-release kinetics evaluated on the floating tablet. The results showed that the formula with SPS 2: HPMC 1:1 is the best fomula with a lag time of 40.75 ± 1.06 minutes, floating duration of 24 hours, and swelling test 87.5 ± 3.1%. This formula followed Higuchi release kineticsand showed non-Fickian diffusion mechanism.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S55200
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Unsyura Dhipa Budaya
"Tablet mengapung lepas lambat membutuhkan eksipien yang berfungsi sebagai matriks yang mampu mengendalikan lepasnya obat dan menfasilitasi pengapungan tablet di lambung. Salah satu eksipien yang berpotensi untuk hal tersebut adalah eksipien koproses xanthan gum - gum akasia yang merupakan hasil modifikasi fisik dari 2 jenis polimer alam, yaitu xanthan gum dan gum akasia. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh eksipien koproses xanthan gum - gum akasia yang kemudian digunakan sebagai matriks pada formulasi tablet mengapung.
Pada penelitian ini dibuat eksipien koproses xanthan gum - gum akasia dengan perbandingan 1:1, 1:2, 2:1, 1:3 dan 3:1 dan eksipien yang diperoleh dikarakterisasi sifat fisik, kimia, dan fungsionalnya.Eksipien-eksipien koproses yang dihasilkan tersebut kemudian diformulasikan menjadi sediaan tablet mengapung dengan menggunakan famotidin sebagai model obat. Tablet mengapung yang dihasilkan dievaluasi, antara lain uji kemampuan mengapung serta pelepasan obat dalam medium HCl pH 1,2 selama 8 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa eksipien koproses yang diperoleh berupa serbuk halus tidak berbau dan berwarna putih keabu-abuan.
Selain itu eksipien koproses tersebut memiliki kemampuan mengembang yang baik, viskositas yang cukup besar dan kekuatan gel yang baik yang cocok untuk digunakan sebagai matriks tablet mengapung. Tablet mengapung F2 yang dibuat dengan menggunakan eksipien koproses Ko-XG-GA 1:2 menunjukkan karakteristik yang terbaik dengan floating lag time 8,33± 0,58 menit dan kemampuan mengapung hingga 24 jam. Profil pelepasan famotidin dari tablet mengapung yang diformulasikan dengan eksipien koproses Ko-XG-GA (F1 ? F5) menunjukkan profil pelepasan obat terkendali dengan model kinetika pelepasan orde nol dan dapat digunakan untuk pemakaian selama 32 jam.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa eksipien koproses Ko-XG-GA yang dihasilkan dapat diaplikasikan sebagai matriks sediaan tablet mengapung lepas terkendali.

Controlled release floating tablets required excipient which act as a matrix that can control the release of active drugs and facilitate the tablet floating in the gastric. One of the potential excipients is a co-processed excipient of xanthan gum - gum acacia, which is a physical modification of 2 natural polymers. Therefore, the aim of this study was to produce co-processed excipients of xanthan gumgum acacia, which were used as matrices in the floating tablet formulations.
In this study, several co-processed excipients were prepared from xanthan gum and gum acacia in the ratio of 1:1, 1:2, 2:1, 1:3 and 3:1. The obtained excipients were characterized physically, chemically, and functionality. The co-processed excipients were then formulated as the floating tablets using famotidine as a drug model. The obtained floating tablets were evaluated in terms of the tablet floating capabilities and the drug release in HCl medium pH 1.2 for 8 hours.
The results showed the co-processed excipients were fine powder, odorless and greyish white colour. The resulted excipients had good swelling index, fairly large viscosity and good gel strength; hence it was suitable applied as matrices of floating tablets. The floating tablets of F2 which was containing the co-processed excipient of Co-XGGA 1:2 had shown the best characteristics with 8.33 ± 0.58 minutes of floating lag time and 24 hours of total floating time. The release study revealed that the famotidine floating tablets which were using co-processed excipients of Co-XGGA (F1 - F5) as matrices could control drug release with zero order release kinetic and could be used for controlled release dosage forms for 32 hours.
It can be concluded that the co-processed excipients of Co-XG-GA could be applied as matrices in controlled release floating tablets.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
T43162
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astried Leonyza
"Sustained release tablet is solid oral dosage form which is designed to release drugs slowly in the body. This research was conducted to make and characterize the cross-linked excipient of coprocessed polyvinyl alcohol-amylose as matrix for sustained release tablet with diclofenac sodium as the model drug. Cross-linked excipient of coprocessed polyvinyl alcohol-amylose (CL6 Co-PVA-A) was resulted from coprocessed excipient of polyvinyl alcohol-amylose (Co-PVA-A) that have been crosslinked with sodium trimetaphosphate. Meanwhile, Co-PVA-A was originated from two excipients, which are polyvinyl alcohol and amylose that have been coprocessed with ratio 1:2, 1:1, and 2:1. Co-PVA-A and CL6 Co-PVA-A properties were characterized physically, chemically, and functionally. Co-PVA-A and CL6 Co-PVA-A were formulated with dry granulation method in sustained release tablet as matrix. Furthermore, the sustained release tablets were evaluated and the drug release profiles were studied. As results, substitution degree of CL6 Co-PVA-A 1:2, 1:1, and 2:1 are respectively 0.080; 0.069; and 0.086. Those excipients have good swelling capability and gel strength that are 5.02; 5.22; and 5.12 gf. All sustained release tablet passed the requirement of weight variation, hardness, friability, and assay. CL6 Co-PVA-A as matrices (F1, F2, and F3) showed first order (F1) and zero order (F2 and F3) drug release kinetics. This study suggested that the tablets can be applied as sustained release tablets and retard drug release up to 16 hours.

Sustained release tablet is solid oral dosage form which is designed to release drugs slowly in the body. This research was conducted to make and characterize the cross-linked excipient of coprocessed polyvinyl alcohol-amylose as matrix for sustained release tablet with diclofenac sodium as the model drug. Cross-linked excipient of coprocessed polyvinyl alcohol-amylose (CL6 Co-PVA-A) was resulted from coprocessed excipient of polyvinyl alcohol-amylose (Co-PVA-A) that have been crosslinked with sodium trimetaphosphate. Meanwhile, Co-PVA-A was originated from two excipients, which are polyvinyl alcohol and amylose that have been coprocessed with ratio 1:2, 1:1, and 2:1. Co-PVA-A and CL6 Co-PVA-A properties were characterized physically, chemically, and functionally. Co-PVA-A and CL6 Co-PVA-A were formulated with dry granulation method in sustained release tablet as matrix. Furthermore, the sustained release tablets were evaluated and the drug release profiles were studied. As results, substitution degree of CL6 Co-PVA-A 1:2, 1:1, and 2:1 are respectively 0.080; 0.069; and 0.086. Those excipients have good swelling capability and gel strength that are 5.02; 5.22; and 5.12 gf. All sustained release tablet passed the requirement of weight variation, hardness, friability, and assay. CL6 Co-PVA-A as matrices (F1, F2, and F3) showed first order (F1) and zero order (F2 and F3) drug release kinetics. This study suggested that the tablets can be applied as sustained release tablets and retard drug release up to 16 hours."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S47204
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Risma Wati
"Tablet lepas lambat merupakan tablet yang didesain untuk melepaskan zat aktif secara perlahan-lahan. Penelitian ini bertujuan untuk membuat dan mengkarakterisasi eksipien sambungsilang dari koproses xanthan gum-gum akasia CL-Ko-XGGA sebagai matriks sediaan tablet lepas lambat dengan gliklazid sebagai model obat. Eksipien CL-Ko-XGGA merupakan hasil sambungsilang dari eksipien koproses xanthan gum-gum akasia Ko-XGGA menggunakan natrium trimetafosfat dengan perbandingan masing-masing eksipien, yaitu 1:2, 1:1, dan 2:1. Eksipien Ko-XGGA dan CL-Ko-XGGA dikarakterisasi secara fisika, kimia, dan fungsional. Eksipien CL-Ko-XGGA 1:2, 1:1, 2:1 memiliki derajat substitisi DS berturut-turut 0,067; 0,082; 0,088, serta kekuatan gel sebesar 14,03; 17,27; 20,70 gF. Eksipien tersebut memiliki sifat alir dan kemampuan mengembang yang lebih baik dibandingkan dengan eksipien Ko-XGGA. Eksipien CL-Ko-XGGA diformulasikan dalam tablet lepas lambat sebagai matriks dengan metode granulasi basah dan seluruh formula memenuhi persyaratan evaluasi tablet. Pelepasan gliklazid dari tablet F1-F6 dalam medium dapar fosfat pH 7,4 natrium lauril sulfat 0,2 selama 12 jam menunjukkan profil pelepasan obat diperlambat dan dapat digunakan selama 8 hingga 32 jam. Dapat disimpulkan bahwa dalam sediaan tablet lepas lambat eksipien CL-Ko-XGGA 2:1 memiliki kemampuan menahan pelepasan obat lebih baik dari eksipien CL-Ko-XGGA 1:2 dan 1:1.

Sustained release tablet is solid dosage form which is designed to release drugs slowly. This research was intended to prepare and characterize the cross linked excipient of coprocessed xanthan gum acacia gum CL Co XGGA as a matrix of sustained release tablet with gliclazide as the drug model. CL Ko XGGA excipient was cross linked results of coprocessed excipient of xanthan gum acacia gum Co XGGA using sodium trimetaphosphate, in the ratio of each excipient 1 2, 1 1, and 2 1. Co XGGA and CL Co XGGA excipients were characterized physically, chemically, and functionally. The degree of substitution DS of CL Co XGGA 1 2, 1 1, 2 1 excipients were respectively 0.067 0.082 0.088, and gel strength were respectively 14.03 17.27 20.70 gF. Those excipients had improved flow properties and swelling capability compared with the Co XGGA excipients. CL Co XGGA excipients were formulated in sustained release tablet as matrix by wet granulation method and all formulas passed tablet evaluation tests. The release of gliclazide from tablets F1 F6 in phosphate buffer medium pH 7.4 sodium lauryl sulphate 0.2 for 12 hours showed sustained release profile and can be used up to 8 until 32 hours. In conclusion, CL Co XGGA 2 1 excipient have better ability to retain drug release than CL Co XGGA 1 2 and 1 1 excipients in the sustained release tablets.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S69145
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Junaedi
"Penelitian ini bertujuan untuk membuat eksipien ko-proses dari campuran kappa dan iota karagenan pada perbandingan tertentu yang dikombinasi dengan pragelatinisasi pati singkong propionat (PPSP), selanjutnya mengkarakterisasi eksipien ko-proses dan menggunakannya dalam formulasi sediaan gastroretentif tablet mengapung.
Pada penelitian ini, tablet dibuat dengan metode granulasi basah dan menggunakan famotidin sebagai model obat. Formulasi tablet mengapung dibuat dengan eksipien koproses karagenan dan PPSP dengan perbandingan tertentu. Daya mengembang dan keterapungan tablet mengapung dievaluasi. Pelepasan obat dari tablet mengapung diteliti dan dianalisa dengan menggunakan beberapa model persamaan kinetika.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa formula A dengan eksipien koproses karagenan : PPSP (1:1) sebanyak 60 % dengan HPMC 10% menghasilkan formula yang terbaik dengan waktu mengapung 11,42 ± 1,53 menit dengan lamanya keterapungan selama 20 jam. Formula tersebut juga menunjukkan profil pelepasan yang terkendali dengan model kinetika Higuchi serta mekanisme difusi non Fickian.

The aim of this study was to make a coprocess excipients from the mixture of kappa and iota carrageenan on specific comparisons, combined with the pregelatinized cassava starch propionate (PPSP) , further characterized the coprocess excipients and used the formulation in processed gastroretentif preparation of floating tablet.
In this study, tablets were made by wet granulation method and using famotidine as a model drug. Some formulations of floating tablets were prepared by varying the composition of the excipients coprossed carragenan with a certain ratio. The swelling and buoyancy of the floating tablets were evaluated. Furthermore, the drug release from the floating tablets were studied and analyzed using several models of kinetic equations.
The results showed that formula A with excipients coprocessed carragenan (1:1) as much as 60% with 10% HPMC produce the best formula and floating lag time 11.42 ± 1.53 minutes and total floating time for 22 hours. The formula also revealed a profile of controlled drug release and approached to Higuchi kinetics model and the non Fickian diffusion mechanism."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2012
T31802
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>