Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 182636 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Pati singkong merupakan eksipien yang paling umum di gunakan dalam sediaan
farmasi, tetapi penggunaannya terbatas pada pembuatan tablet secara granulasi. Untuk
memperluas pemanfaatan pati alami, akhir-akhir ini telah dilakukan proses modifikasi
pati sehingga dapat meningkatkan fungsi dan sifat fisika-kimia dapat digunakan sebagai
bahan pembantu dalam sediaan oral. Dua unsur utama pati adalah amilosa dan
amilopektin, dimana amilosa dua kali lebih mudah disubtitusi dengan gugus lain,
sehingga perlu ditentukan derajat subtitusi amilosa yang tersubtitusi oleh asetat
anhidrida. Modifikasi pati yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan metode
esterifikasi yaitu menambahkan gugus asetat anhidrida pada molekul amilosa dan pati.
Metode esterifikasi yang digunakan dengan menggunakan microwave pada suhu 900C
dengan variasi waktu 1,5; 2; 2,5; 3; 3,5; dan 4 menit. Hasil pengukuran spectrum IR
menunjukkan adanya gugus asetat tersubstitusi pada molekul pati dan amilosa pada
bilangan gelombang 1732,13 cm-1 dan 1716,70 cm-1. Nilai tertinggi derajat subtitusi
amilosa dan pati asetat diperoleh pada pemanasan microwave 4 menit dengan derajat
substitusi kurang dari 0,5."
Universitas Indonesia, 2009
S33026
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shelly Nathassha
"Starch is an additive substance which is use in industry, food, and pharmacy. Despite of it, the use of starch is limited so usually modified into ester starch, one of them is acetate starch which is made of acetate anhydride as substituent compound. Microwave heating is one of method to make acetate starch. To obtain the optimal degree of substitution can be made experimentation with varied temperatures and durations. This method also conducted at amylose from of cassava starch isolation, to know how many acetate group which substitution. The lowest degree of substitution (DS), reached in heating during 1,5 minutes at 85°C, is 0,055 for acetate starch and 0,037 for acetate amylose. The highest degree of substitute for acetate starch obtained in heating during 7 minutes at 140°C is 0,093. The highest degree of substitute for acetate amylosa is 0,059 in heating during 3,5 minutes at 105°C which produce brownish powder.

Pati adalah suatu bahan tambahan yang dapat digunakan dalam industri, pangan dan farmasetika. Namun, penggunaannya terbatas, sehingga biasanya dilakukan modifikasi yang salah satunya adalah pembentukan pati ester, yaitu pati asetat yang dibuat dengan menggunakan asetat anhidrida sebagai senyawa pensubstitusi. Salah satu cara untuk membuat pati asetat adalah dengan pemanasan menggunakan microwave. Untuk memperoleh derajat substitusi (DS) yang optimal dilakukan percobaan dengan variasi waktu dan suhu. Metode ini juga dilakukan pada amilosa hasil isolasi pati singkong, untuk mengetahui seberapa banyak gugus asetat yang tersubstitusi. DS pati asetat terendah diperoleh pada pemanasan selama 1,5 menit pada suhu 85°C yaitu sebesar 0,055 dan untuk amilosa asetat sebesar 0,037. DS tertinggi pati asetat diperoleh pada pemanasan selama 7 menit, pada suhu 140°C yaitu sebesar 0,093, sedangkan amilosa asetat sebesar 0.059 pada pemanasan selama 3,5 menit, pada suhu 105°C dan menghasilkan serbuk yang berwarna coklat muda."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2009
S32904
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Vivin Fitria
"Plastik layak santap merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah timbunan sampah. Plastik layak santap sangat mudah diuraikan oleh mikroorganisme. Penyebabnya adalah bahan dasar yang digunakan berasal dari tumbuh-tumbuhan sehingga bakteri dan mikroba mudah menguraikan rantai polimer plastik. Penelitian ini bertujuan untuk membuat plastik yang dapat disantap dari tepung tapioka / pati singkong yang banyak di Indonesia. Pembuatan plastik diawali dengan proses modifikasi pati dengan pemanasan pada suhu 4_C dengan perbandingan 50 gram tepung dalam SO gram pelarut. Pelarut yang digunakan adalah larutan asetat (campuran CH3COOH dengan CH3COONa) yang dibuat pada pH 6 dan 7 dan larutan amonia (campuran NH40H dengan NH4Cl) pada pH 7 dan 8. Plastik layak santap dibuat dengan menggunakan komposisi 7,5 gram hasil pemanasan, 100 ml aquades, 45 ml alkohol 96% dan 1,2ml glyserol. Pengujian yang dilakukan ialah uji iodin, ketebalan, kuat tank, elongasi dan WVTR (Water Vapour Transmission Rate). Hasil dari pengujian yang dilakukan memberikan nilai rata-rata UTS (Ultimate Tensile Strength) tertinggi sebesar 21,77 kgf/cm2 dihasilkan dari plastik hasil pemanasan pati dalam larutan asetat pH 6. Untuk nilai rata-rata elongasi terbaik dihasilkan dari plastik hasil pemanasan pati dalam larutan asetat pH 7, yaitu sebesar 62,89%. Sedangkan nilai rata-rata WVTR tertinggi sebesar 824,25 g/m2/24jam dihasilkan dari plastik hasil pemanasan dalam larutan amonia dengan pH 7. Dari data pengujian kuat tarik dan WVTR dapat dilihat bahwa peru bahan pH dari 6 ke 8 cenderung membentuk pola berupa garis kuadratik. UTS dan kadar amylose cenderung rendah pada pH 7 sedangkan elongasi dan WVTR cenderung tinggi pada pH 7."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S41695
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Prasetyo
"Pemisaltan komponen dengan teknologi membrnn merupakan salah satu altematif teknik pemisahan yang telah terbukti etektif dan efisien dari segi konsumsi energi yang rendah, tingkat pemisahan yang tinggi, dan l1!1llah lingkungan karena tidak adanya zat kJmja yang ditambahkan.
Salah satu faktor penentu kinetja membran adalah slruktur morfologisnya. Karena itu diperlukan penelitian yang intensif dan kontinu untuk: terus mengembangkan membrnn dengan suuktur morfologis yang baik. Slruktur morfulogis membran menentukan jenis membran dan rentang ukuran porinya. Slruktur morfologis mernb!11ll juga akan mempengaruhi ketahanan membran dan fluks alirnn yang melewati membran.
Mernbran asimetrik sintetik dengan bahan dasar polimer telah banyak dikembangkan mengingat aplikasinya yang cu1:up luas untuk pemisahan cairan maupun gas. Salah satu bahan polimer tersebut adalah selulosa asetat I cellulose acetate (CA), yang biasanya dibuat menjadi mernbran asimetrlk menggunakan metode inversi fasa. Da1am pembuatan membran asimetrik CA tersebut morfologi mernbran dipengaruhi oleh beberapa variabel yaitu : pemilihan sistem pelarut dan non pelarut, penambahan konsentrasi polimer. lama waktu penguapan /evaporatif dan temperatur pengerutan I annealing Dalarn penelitian im dilakukan variasi waktu evaporasi pada beberapa komposisi larutan caslfng. Lalu dianalisis pengarubnya terhadap struktur rnorfologi membran yang dihasilkan berdasarkan basil Scannning Electron Microscopy."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S49372
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Pembuatan kopolimer (Vinil asetat / Veova 10) dilakukan dengan metode polimerisasi emulsi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh variasi monomer dan jenis surfaktan menggunakan teknik semikontinyu. Surfaktan yang digunakan adalah alkohol ethoxylate 30 EO dan alkil eter sulfat 7 EO. Inisiator yang digunakan adalah ammonium persulfat. Variasi monomer veova 10 yang dilakukan yaitu: 15%; 20%; 30%; 40%; dan 50%. Proses polimerisasi menggunakan alkohol ethoxylate 30 EO tetap sebesar 29,10 g, sedangkan untuk alkil eter sulfat 7 EO sebesar 29,10 g; 43,65 g; dan 58,2 g. Kopolimer vinil asetat dengan veova 10 yang dihasilkan ditentukan kandungan padatan, pH, viskositas, Tg, FTIR, dan ukuran partikel. Hasil kopolimerisasi emulsi optimal pada variasi 15% veova 10 baik yang menggunakan alkohol ethoxylate 30 EO atau alkil eter sulfat 7 EO. Pada 15% veova 10 menggunakan alkohol ethoxylate 30 EO dihasilkan nilai kandungan padatan 51,58%, nilai Tg 25,82°C, dan nilai viskositas 22,1 cPs. Pada 15% veova 10 menggunakan alkil eter sulfat 7 EO pada konsentrasi 1,5 X dihasilkan nilai kandungan padatan 49,84%, nilai Tg 25,33°C, dan nilai viskositas 403,2 cPs, sedangkan untuk konsentrasi 2 X dihasilkan kandungan padatan 50,69%, nilai Tg 21,02°C, dan nilai viskositas 813,6 cPs. Penggunaan alkil eter sulfat 7 EO lebih stabil daripada alkohol ethoxylate 30 EO, terlihat dari grid yang dihasilkan berkurang. Ukuran partikel yang dihasilkan bimodal dengan ukuran partikel yang besar, ini terjadi karena terbentuknya secondary nucleation."
[Universitas Indonesia, ], 2007
S30664
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Bagus saptaji Swastiko
"ABSTRAK
Minyak sereh merupakan suatu jenis minyak atsiri yang berasal dari tanaman sereh (Cymbopogon winlerianus Jowitt), yang memiliki potensi sebagai bahan dasar pengharum dalam industri kosmetik. Geranil asetat merupakan salah satu ester beraroma mawar yang terkandung dalam minyak sereh. Namun dengan rendemen yang lebih besar, geraniol menjadi bahan dasar pilihan dalam pembuatan geranil asetat. Esterifikasi minyak sereh fraksi di bawah 2400C dilakukan untuk mendapatkan geranil asetat dengan pereaksi asam asetat, asetil klorida, dan anhidrida asetat. Minyak sereh fraksi di bawah 2400C yang didestilasi terlebih dahulu membuktikan bahwa rendemen geraniol dalam minyak sereh sebesar 15%. Selanjutnya fraksi geraniol digunakan untuk membuat geranil asetat standar dengan cara refluks, yang pada identifikasi berdasarkan titik didih menghasilkan nilai rata-rata sebesar 101,75 0C dan indeks bias sebesar 1,4830. Analisis dengan GC mernbuktikan RT geranil asetat standar yang dihasilkan sekitar 5,2 menit. Esterifikasi minyak sereh dengan pereaksi asam asetat, asetil klorida, dan anhidrida asetat menunjukkan bahwa rendemen terbesar yang dihasilkan masing-masing pereaksi adalah 41,82% (asam asetat); 49,72% (asetil klorlda); dan 63,045 (anhidrida asetat). Reaksi pH 2 menghasilkan rendemen terbesar LIMA pereaksi asarn asetat, selanjutnya berturut-turut diikutl oleh pH 4 (22,81%), pH 10 (15,46%) dan pli 8 (13,81%). Rendemen yang dihasilkan oleh pereaksi asetil klorida dan anhidrida asetat menunjukkan kecenderungan nienalk bila temperatur dinaikkan (27,5 0C; 50')C I (fan 80'C). Rendemen terbesar dihasilkan pada temperatur 800C. Secara keseluruhan, rendernen gerand asetat terbesar d1hasilkan dari esterifikasi dengan anhidrida asetat pada temperatur 800C."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Saragih, Wendy M.
"Obat yang digunakan pada pemberian sistemik dengan dosis tinggi untuk jangka panjang umumnya sangat toksik. salah satu upaya untuk menekan efek samping obat adalah dengan menginkorporasikan obat tersebut kedalam pembawa obat (drug carries) sehingga obat dapat langsung mencapai organ sasaran. Salah satu pembawa obat yang belum banyak diteliti karena merupakan formula liposom yang baru yaitu liposom EPC-TEL 2,5. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui stabilitas liposom EPC-TEL 2,5 dengan perlakuan ekstruksi pada dua suhu penyimpanan yang berbeda (4 derajat dan 37 derajat celcius) selama tiga bulan. Kestabilan liposom ditentukan dengan membandingkan jumlah dan diameter liposom."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S09123fk
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>