Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 132241 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Harianja, Rindo Widia
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S27847
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ninin Kartika Juwita
"Kulit batang nangka (Artocarpus heterophyllus) mengandung senyawa flavonoid yang memiliki aktivitas sebagai penghambat tirosinase. Senyawa ini dapat menghambat reaksi oksidasi l-tirosin dan levodopa dalam mekanisme pembentukan melanin. Ekstrak kulit batang nangka diformulasi menjadi krim yang dibedakan kandungannya yaitu 1,5 % dan 2,0 %. Uji kestabilan fisik dilakukan dengan penyimpanan sediaan pada tiga suhu yang berbeda yaitu suhu 7 ± 2o; 27 ± 2o; 40 ± 2o C. Centrifugal test dan cycling test juga dilakukan terhadap kedua krim yang dibuat. Pengukuran aktivitas penghambatan tirosinase dilakukan dengan pengukuran dopakrom yang terbentuk secara in vitro.
Hasil penelitian menunjukkan kedua krim yang mengandung ekstrak kulit batang nangka menunjukkan pemisahan fase pada penyimpanan di suhu 40 ± 2o C serta tidak tahan sentrifugasi pada 3800 rpm selama 5 jam. Hasil pengukuran aktivitas penghambatan tirosinase dari krim yang mengandung ekstrak kulit batang nangka 1,5 % dan 2,0 % berturut-turut yaitu 10,64 % dan 11,34 %. Aktivitas penghambatan tirosinase kedua krim menunjukkan penurunan setelah penyimpanan selama dua bulan. Krim dengan ekstrak kulit batang nangka 1,5 % menurun aktivitasnya menjadi 6,93 %, sedangkan krim yang mengandung ekstrak kulit batang nangka 2,0 % menurun aktivitasnya menjadi 7,74 %. Penurunan aktivitas penghambatan tirosinase disebabkan kurangnya penggunaan antioksidan dalam krim untuk mencegah senyawa aktif teroksidasi.

The cortex of jackfruit (Artocarpus heterophyllus) contains some of flavonoids which have activity as tyrosinase inhibitors. This compound can inhibit the oxidation of l-tyrosine and levodopa in the mechanism of melanogenesis. The extract of jackfruit cortex formulated into creams distinguished by concentration of extract 1,5 % and 2,0 %. Physical stability test was conducted with storing the creams at three different temperatures, 7 ± 2°, 27 ± 2o, and 40 ± 2o C respectively. Centrifugal tests and cycling test was also performed on both cream. Tyrosinase inhibitory activity measurement was done by in vitro studies with measuring dopachrome.
The result showed that both of formulations which stored at 40± 2o C and centrifugated at 3800 rpm for 5 hours were not stable. Result of tyrosinase inhibiton activity measurement of creams which containing extract of 1,5 % and 2,0 % were 10,64 % and 11,34 %, respectively. Tyrosinase inhibition activity of creams decreased after stored two month. Tyrosinase inhibition activity of cream containing 1,5 % extract decreased into 6,93 %, and cream containing 2,0 % extract decreased into 7,74 %. The decreasing of tyrosinase inhibition activity is caused by small mount of antioxidant is not enough to prevent oxidation of active ingredient.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2011
S829
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Raudhatur Rahmah
"Inhibitor tirosinase telah dikenal sebagai agen terapeutik untuk menghambat pembentukan melanin. Umumnya, inhibitor tirosinase didapat dari bahan kimia dan dari bahan alam. Di Kepulauan Seribu Jakarta terdapat beranekaragam biota laut seperti makroalga dengan jenis Caulerpa racemosa, Halimeda opuntia, Halimeda makroloba, Padina sp. dan Turbinaria sp. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas penghambatan tirosinase dari lima jenis ekstrak metanol makroalga tersebut dan fraksi yang paling aktif serta mengidentifikasi golongan senyawa dari fraksi teraktif.
Hasil uji menunjukkan bahwa Halimeda macroloba memiliki aktivitas inhibisi tertinggi dengan IC50 = 407,25 μg/ml. Ekstrak metanol Halimeda macroloba dipartisi dengan pelarut nheksana, etil asetat, n-butanol dan air. Hasil uji menunjukkan bahwa fraksi nheksana memiliki aktivitas penghambatan tertinggi dengan IC50 265,57 μg/ml . Hasil identifikasi golongan senyawa menunjukkan bahwa fraksi n-heksana Halimeda macroloba mengandung senyawa steroid dan terpen.

Tyrosinase inhibitors as therapeutic agents is known to inhibit the formation of melanin. Generally, tyrosinase inhibitors derived from chemicals substance and natural materials. “Pulau Seribu” Jakarta has diverse marine such as the type of Caulerpa racemosa macroalgae, Halimeda Opuntia, Halimeda macroloba, Padina sp., and Turbinaria sp. This research aims to determine the tyrosine activity of methanol extract of five types macroalga, the most active fraction, and identifying the compound of active fraction.
The result showed that Halimeda macroloba has the highest inhibitory activity with IC50 = 407,25 μg/ml. Methanol extract of Halimeda macroloba was partitioned by n-hexane, ethyl acetat, n-butanol, and water. Obtained result showed that n-hexane fraction has the highest inhibitory activity with IC50 = 265,57 μg/ml. The identification of compound result showed that the fraction of n-hexane of Halimeda macroloba containing steroid and terpene compound.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S54938
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febry Lia Dharmanita
"Ekstrak Uncaria gambir (hunter) Roxb dapat bekerja sebagai antioksidan karena kandungan polifenol dan flavonoidnya. Senyawa ini diketahui dapat mencegah terjadinya pembentukan radikal bebas didalam tubuh yang dapat menyebabkan penuaan dini. Pada penelitian ini, gambir pada konsentrasi 0,1%, 0,5%, 1%, dan 2% (b/b) diformulasikan dalam sediaan krim. Efektifitas aktivitas antioksidan krim dibandingkan berdasarkan nilai faktor protektifnya yang di ukur dengan metode tiosianat. Pengukuran nilai faktor protektif dilakukan diawal dan setelah krim mendapat perlakuan dengan penyinaran sinar UV-A. Adanya penambahan gambir dengan konsentrasi yang berbeda-beda pada krim diperkirakan dapat mempengaruhi kestabilan fisik dari krim. Uji kestabilan fisik dilakukan melalui pengamatan pada penyimpanan suhu kamar; 40±2º C; 4º C , uji freze thaw dan uji mekanik. Parameter kestabilan yaitu dengan pengamatan organoleptis, pH, viskositas dan pengukuran diameter globul. Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan tidak adanya perbedaan bermakna aktivitas antioksidan awal krim maupun setelah penyinaran UV-A MED 300.000 mJ/cm2, tetapi setelah penyinaran UV-A pada MED 600.000 mJ/cm2 terlihat perbedaan bermakna aktivitas antioksidan krim gambir 1% dan 2% dibandingkan dengan aktivitas antioksidan krim gambir 0,1% dan 0,5%. Ketiga jenis krim yaitu krim gambir 0,1%; 0,5%;dan 1% menunjukkan kestabilan fisik pada penyimpanan suhu kamar; 40±2º C dan 4º C , uji freeze thaw dan uji mekanik yang berarti ketiga krim tersebut stabil pada penyimpanan selama satu tahun. Krim gambir 2% menunjukkan tanda-tanda ketidakstabilan pada penyimpanan 4º C."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S32734
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasibuan, Ratna Wiyanti
"Berdasarkan penelitian sebelumnya, ekstrak teh hijau dalam bentuk mikroemulsi dengan konsentrasi 2,5, 5, dan 7,5% memiliki aktivitas sebagai penumbuh rambut. Mikroemulsi tersebut menunjukkan hasil akhir sediaan berwarna gelap (keruh), untuk memperoleh sediaan yang lebih baik secara estetika dibuat mikroemulsi penumbuh rambut dengan ekstrak teh putih tanpa klorofil dengan teh hijau sebagai pembanding. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa konsentrasi 7,5% memiliki aktivitas yang paling baik sehingga dipilih pada penelitian ini untuk ekstrak teh putih maupun teh hijau. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat sediaan mikroemulsi ekstrak teh putih yang lebih baik secara estetika, kemudian diuji kestabilan fisik, keamanan, dan efek terhadap pertumbuhan rambut. Uji stabilitas fisik dilakukan dengan dua metode yaitu cycling test dan penyimpanan pada tiga suhu yang berbeda: (4±2°C), (28±2°C), dan (40±2°C). Uji keamanan sediaan dilakukan pada lengan atas bagian dalam dari 9 subjek manusia. Uji aktivitas pertumbuhan rambut dilakukan dengan mengoleskan sediaan mikroemulsi pada punggung kelinci jantan putih galur New Zealand White dan diukur panjang rambut pada hari ke-7 dan 14. Pada hari ke-21 dilakukan pengukuran panjang dan bobot rambut. Hasil akhir menunjukkan bahwa sediaan stabil secara fisik, aman digunakan, dan mikroemulsi teh hijau konsentrasi 7,5 memiliki aktivitas penumbuh rambut yang lebih baik daripada mikroemulsi teh putih 7,5%.

Based on the previous researches, it was proven that microemulsions contain green tea extracts with concentration 2.5, 5, and 7.5% are able to affect hair growth. The microemulsions are visibly bad, shown black form, so to formulate a better form, preparations in microemulsions were made with white tea extracts without chlorophyll and green tea as comparison. On the previous research it is proven that 7,5% was the best consentration to trigger hair growth, so this concentration were used in this research for both white tea and green tea extract. The purpose of this research was to formulate better form of microemulsions from the extracts of white tea and to test its physical stability, the possibility of irritation, and the hair growth activity. Physical stability tests were performed using two methods which are cycling test and keeping in three different temperatures: (4±2°C), (28±2°C), and (40±2°C). Also, irritation test was carried out towards 9 volunteers upon their upper hands. The hair growth activity was executed by placing the microemulsions on the back of some white male rabbit from New Zealand White Strain. The hair growth then measured on the 7thday and 14thday, meanwhile, the measurement of hair length and the total weight of hair amount were done on day 21. At the very end the result shown that the microemulsions were physically stable in any temperature, safe, and microemulsions that contains green tea extracts 7,5% has shown better result compares to white tea
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S55618
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Esther Lamria
"Produk kosmetik, herbal maupun sintetik, telah banyak dikembangkan untuk mengatasi kerontokan rambut, namun produk sintetik berpotensi memberikan efek samping seperti gatal-gatal, sementara produk herbal umumnya lebih aman. Salah satu bahan aktif dari tanaman pangan yang berpotensi sebagai sediaan topikal penumbuh rambut adalah teh hijau.
Penelitian ini bertujuan untuk membuat sediaan hair tonic yang stabil, memiliki khasiat penumbuh rambut, dan aman. Ekstrak etanol teh hijau diformulasikan dalam konsentrasi 2,5%, 5%, dan 7,5%, kemudian dilakukan berbagai evaluasi. Uji kestabilan fisik meliputi cycling test, penyimpanan pada suhu tinggi (40°C ± 2°C), suhu kamar (25°C ± 2°C), dan suhu rendah (4°C ± 2°C). Uji aktivitas pertumbuhan rambut dilakukan pada tikus putih jantan dengan pengamatan dan pengukuran panjang rambut pada hari ke-7, 14, dan 21, penimbangan bobot dan pengukuran diameter rambut pada hari ke-21. Uji keamanan dilakukan pada 9 sukarelawan dengan mengoleskan hair tonic pada lengan atas bagian dalam.
Hasil pengujian menunjukkan hair tonic stabil dalam penyimpanan, kecuali pada penyimpanan suhu rendah (4°C ± 2°C). Ketiga formula hair tonic memberikan aktivitas pertumbuhan rambut, bahkan lebih baik dibandingkan minoksidil 2,5%. Ketiga formulasi ini aman digunakan serta tidak mengiritasi kulit. Formula hair tonic ekstrak teh hijau yang paling optimal adalah formula dengan konsentrasi ekstrak teh hijau 2,5%.

Herbal and synthetic cosmetic products have been developed to unravel problem of hair loss, yet synthetics are potential to give side effects (e.g. itching), whilst herbal products are generally safer. Green tea is one of food derived active ingredient potential as topical hair grower.
The purpose of this study is to formulate hair tonic which is stable, effective towards hair growth, and safe. Ethanolic extract of green tea was formulated into varied concentrations i.e. 2.5%, 5%, and 7.5%. Physical stability test performed such as cycling test, storage in high temperature (40°C ± 2°C), room temperature (25°C ± 2°C), and low temperature (4°C ± 2°C). Activity of hair growth test was by hair length measurements on day 7, 14, and 21, plus diameter measurements and total weights of hair on day 21. Safety test was carried out on 9 volunteers? upper hands.
Results showed the hair tonic was stable in storage, except in low temperature (4°C ± 2°C). In addition to giving hair growth activity, all of the formulas had greater activity than synthetic drug i.e. minoxidil 2.5%. These hair tonics were safe and did not irritate skin. The most optimal formulation was formula 1 with green tea extract concentration 2.5%.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S46176
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Setiawan
"Daun teh hijau mengandung banyak senyawa polifenol yang memiliki kemiripan struktur dengan senyawa UV filter organik. Ekstrak daun teh hijau diformulasikan menjadi krim yang masing-masing dibedakan kandungannya yaitu ekstrak daun teh hijau 1%, 2%, dan 4%.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji stabilitas fisik dan menentukan nilai SPF ketiga krim tersebut. Uji kestabilan fisik dilakukan dengan penyimpanan sediaan pada tiga suhu yang berbeda yaitu 4°C, suhu kamar dan suhu 40±2°C. Centrifugal test dan Cycling test juga dilakukan terhadap ketiga krim tersebut. Kemampuan krim yang mengandung ekstrak daun teh hijau sebagai tabir surya diukur dengan menentukan nilai SPF (Sun Protection Factor) sediaan secara in vitro. Selain ketiga sediaan krim tersebut dibuat juga krim yang mengandung oktil metoksisinamat 7%; titanium dioksida 5%; dan dikombinasikan dengan ekstrak daun teh hijau 4%.
Hasil uji stabilitas fisik menunjukkan krim yang mengandung ekstrak daun teh hijau 1%; 2%; dan 4% memiliki kestabilan fisik yang cukup baik. Penentuan nilai SPF krim ekstrak daun teh hijau menunjukkan bahwa krim ekstrak daun teh hijau memiliki nilai SPF yang rendah akan tetapi bila dikombinasikan dengan oktil metoksisinamat akan diperoleh kenaikan nilai SPF krim oktil metoksisinamat.

Green tea leaves contains lots of polyphenols that have a similar chemical structure with organics UV filter. Green tea leaf extract is formulated into cream with concentration of 1%; 2%; and 4%.
This research was designed to test the physical stability and to determine the Sun Protection Factor of the cream. Physical stability test as well as centrifugal and cycling test were conducted by kept the creams at three different temperature of 4°C, room temperature, and 40±2°C. The potency of creams containing 1%, 2%, and 4% of green tea leaf extract as sunscreen were measured by determining the in vitro Sun Protecting Factor of green tea extract creams together with 7% octyl methoxycinnamate cream and 5% titanium dioxide cream, compared to cream containing combination of 4% green tea leaf extract with 7% octyl methoxycinnamate cream, with 5% titanium dioxide cream, and both.
The results showed that the cream containing 1%; 2%; and 4% of green tea leaf extract are physically stable. The SPF determination showed that green tea leaf extract creams yield a low SPF values but if the green tea leaf extract was combined with octyl methoxicinnamate it can increased the SPF values of the sunscreen cream.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S42417
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Redjeki Endang Setionowaty
"Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa
daun teh hijau (Camellia sinensis) berpotensi memiliki aktivitas anti bakteri,
Staphylococcus aureus dan staphylococcus epidermidis sedangkan pada
Propionibacterium acne tidak ada potensi. Penelitian ini bertujuan untuk
memperoleh sediaan gel yang mengandung ekstrak etanol 70% teh hijau
(Camellia sinensis) yang mempunyai aktivitas antibakteri stabil dan aman.
Metode yang digunakan adalah Metode difusi cakram (Kirby-Bauer) ditentukan
oleh diameter zona hambat yang terbentuk. Semakin besar diameternya maka
semakin terhambat pertumbuhannya. Uji stabilitas fisik terhadap sediaan gel
dilakukan selama 12 minggu pada suhu yang berbeda dan uji keamanan kepada
sukarelawan digunakan metode single aplication closed patch epicutaneus test
under occlusion. Hasil uji aktivitas anti bakteri menunjukkan adanya zona hambat
pada Staphylococcus aureus dengan ketiga konsentrasi 2,5%, 5%, 10%, hasilnya
(11mm,16mm,13mm), dan Stapylococcus epidermidis (2,5%, 5%, 10%) hasilnya
(7mm,11mm,12 mm) sedangkan pada P.acne tidak ada. Hasil uji stabilitas fisik
12 minggu menunjukkan ketiga konsentrasi sediaan gel adalah stabil dan hasil uji
keamanan memperlihatkan tidak ada iritasi yang diamati selama uji keamanan
pada penggunaan secara topikal.

Previous studies reported that green tea leaf (Camellia sinensis) was a
potential anti bacteria againts Propionibacterium acne, Staphylococcus aureus
dan Staphylococcus epidermidis. The aim of the study was to formulate gel
containing 70% ethanol extract of green tea leaf (Camellia sinensis) that have anti
bacteria activity which physically stable and safe. The method we used is disk
diffusion (Kirby-Bauer) determined by diameter of inhibition zone. The bigger
diameter shows the more growth inhibition. Physical stability test was done
against gel formulation during 12 weeks at different temperatures and safety test
against volunteer was done using method of single aplication closed patch
epicutaneus test under occlusion. Result of bacteria activity test showed that there
were inhibition zone on Staphylococcus aureus. Three concentrations of 2,5%,
5%, 10% resulting inhibition diameter of 11 mm,16 mm and 13 mm respectively,
and Staphylococcus epidermidis resulting 2,5%, 5% and 10% inhibition diameter
of 7 mm,11 mm and 12 mm. On P.acne did not show any activity. Results of the
physical stability tests during 12 weeks showed that the three concentration of gel
formulations were stable and no iritation showed during safety test on topical use.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
T35187
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I. Prasista
"Kulit buah delima (Punica granatum L.) merupakan sumber asam elegat dan asam galat yang memiliki aktivitas penghambatan tirosinase, serta punicalagin yang merupakan fenolik dalam jumlah dominan pada delima. Senyawa ini dapat menghambat reaksi oksidasi l-tirosin dan levodopa dalam mekanisme pembentukan melanin. Ekstrak kulit buah delima diformulasikan sebagai zat aktif ke dalam dua formula krim dengan konsentrasi 0,5% dan 1%. Uji stabilitas fisik dilakukan dengan penyimpanan sediaan pada tiga suhu yang berbeda yaitu suhu 4 ± 2°C, suhu ruang, dan suhu 40 ± 2°C. Uji mekanik dan cycling test juga dilakukan terhadap kedua krim. Pengukuran aktivitas penghambatan tirosinase dilakukan terhadap ekstrak kulit buah delima dan kedua krim yang mengandung ekstrak kulit buah delima melalui pengukuran dopakrom yang terbentuk secara in vitro.
Hasil menunjukkan bahwa ekstrak kulit buah delima memiliki nilai IC50 terhadap tirosinase sebesar 1658,33 ppm, sedangkan krim yang mengandung ekstrak kulit buah delima 0,5% dan 1% memiliki nilai IC50 terhadap tirosinase secara berurutan sebesar 357,53 ppm dan 485,77 ppm, yang dihitung berdasarkan zat aktif dalam krim. Hal tersebut menunjukkan adanya peningkatan aktivitas penghambatan tirosinase dari zat aktif yang diformulasikan ke dalam krim yang kemungkinan disebabkan oleh hidrolisis punicalagin yang menghasilkan asam elegat pada proses pembuatan krim.

Pomegranate pericarp (Punica granatum L.) is a source of ellagic acid and gallic acid that have tyrosinase inhibitory activity. It als°Contains punicalagin which is the dominant phenolic component in pomegranate. These compounds can inhibit oxidation of l-tyrosine and levodopa in the mechanism of melanin formation. Pomegranate rind extracts as an active ingredient is formulated into two formulas of cream with concentrations of 0.5% and 1%. Physical stability test was conducted by storing the creams at three different temperatures, the temperature 4 ± 20°C, room temperature, and temperature of 40 ± 20°C. Mechanical test and cycling test was conducted on both creams. Measurement of tyrosinase inhibitory activity was carried out by in vitro studies on pomegranate rind extract and both creams containing pomegranate rind extract by measuring dopachrome.
Results showed that pomegranate rind extract had IC 50 values of 1658.33 ppm, whereas the creams containing extract of pomegranate rind with the concentrations of 0,5% and 1% had IC 50 value of 357.53 ppm and 485.77 ppm, respectively, which is calculated based on the active ingredient in the cream. This shows an increase in tyrosinase inhibitory activity of the active ingredient formulated in creams that is likely to be caused by hydrolysis of punicalagin during the cream-making process, which produces ellagic acid.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S33100
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Fatia Fauzia
"Teh memiliki efek antioksidan karena kandungan senyawa polifenol, khususnya katekin dan asam fenolik yang tinggi. Teh hijau dan the putih adalah dua jenis teh yang diperoleh tanpa proses fermentasi. Teh putih berasal dari pucuk dan daun teh muda sementara teh hijau berasal dari daun teh yang lebih tua. Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antioksidan dan kestabilan fisik dari formulasi krim ekstrak daun teh hijau dan krim ekstrak daun teh putih. Kedua jenis teh diformulasikan ke dalam sediaan topikal dengan konsentrasi masing-masing 0,15%. Penentuan aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode peredaman DPPH.
Berdasarkan hasil penelitian, krim ekstrak daun tehputih memiliki aktivitas antioksidan yang lebih tinggi daripada krim ekstrak daun tehhijau. Nilai IC50krim ekstrak teh putihadalah 1184,25 ppm sedangkan nilai IC50 teh hijau adalah 1792,84 ppm. Uji kestabilan fisik dilakukan dengan penyimpanan sediaan pada tiga suhu yaitu suhu kamar (28±2oC); suhu rendah (4±2oC) dan suhu tinggi (40±2oC), uji sentrifugasi dan cycling test. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa formulasi krim ekstrak daun teh hijau dan krim ekstrak daun teh putih memiliki kestabilan fisik yang cukup baik.

Tea has antioxidant effects because the content ofpolyphenol compound, particularly catechin and phenolic acid. The green tea and white tea are two types of tea obtained without the fermentation process. White tea comes from the buds and young tea leaves while green tea comes from the older mature tea leaves.This study aimed to test the antioxidant activity and determine the physical stability of the formulation of green tea leaf extract cream and white tea leaf extract cream. Both of tea were formulated into topical preparations with a concentration of 0.15%, respectively. Determination of antioxidant activity conducted by DPPH reduction method.
Based on this research, white tea leaf extract cream had higher antioxidant activity than green tea leaf extract cream. IC50 values of white tea extract cream is 1184.25 ppm whereas the IC50 value of green tea leaf extract cream was 1792.84 ppm. Physical stability test conducted by keeping those two creams at three temperature conditions: in room temperature (28±2oC); low temperature (4±2oC) and high temperature (40±2oC), centrifuge test dan cycling test. Observations showed that the cream formulation of green tea leaf extract and white tea leaf extract cream had a good physical stability.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S57184
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>