Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 51228 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fitri Maisari
"Penelitian bertujuan untuk mengetahui potensi hepatoprotektif infus simplisia sirih merah pada dosis 2,4%, 4,8% dan 9,6% b/v terhadap histologi hati Mus musculus L. jantan galur DDY. Dua puluh lima ekor mencit dibagi secara acak dalam 5 kelompok, yang terdiri dari kelompok kontrol normal, kelompok kontrol perlakuan, dan tiga kelompok perlakuan. Kelompok kontrol normal dan kelompok kontrol perlakuan diberi akuades selama 7 hari. Tiga kelompok perlakuan diberi infuse simplisia sirih merah dengan dosis masing-masing 2,4%, 4,8% dan 9,6% b/v selama 7 hari berturut-turut. Kelompok kontrol perlakuan dan tiga kelompok perlakuan diinduksi karbon tetraklorida pada waktu 2 jam setelah pemberian akuades atau infus terakhir.
Hasil uji anava 1-faktor menunjukkan adanya pengaruh hepatoprotektif terhadap diameter rata-rata vena sentralis, tetapi tidak berpengaruh terhadap berat basah organ hati. Data persentase derajat kerusakan lobulus hati juga menunjukkan adanya perbedaan tiap kelompok perlakuan. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa infus daun sirih merah dosis 2,4% berpotensi sebagai hepatoprotektif."
Depok: Universitas Indonesia, 2010
S31585
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Mandarini
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S31592
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Rendy Rahadian
"Penelitian mengenai pengaruh pencekokan infus daun sirih merah (Piper betle L. Var. Rubrum ) terhadap tingkah laku geliat mencit (Mus musculus L.) jantan galur DDY telah dilakukan di Laboratorium Biologi Perkembangan Departemen Biologi FMIPA UI pada bulan Maret--Mei 2011. Mencit dikelompokkan menjadi 5 kelompok KK- sebagai kelompok kontrol negatif, yang hanya diberikan akuades. KK+ sebagai kelompok kontrol positif yang diberikan aspirin 65 mg/kg b.b. sebagai pembanding, serta KE1, KE2, dan KE3 sebagai kelompok eksperimen yang diberi infus daun sirih merah dengan dosis berturut-turut 4%, 2%, dan 1%. Asam asetat 1% dosis 10 ml/kg b.b. disuntikan secara intraperitonialuntuk reaksi geliat pada mencit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa infus daun sirih merah dapat mengurangi rasa sakit pada mencit dengan dosis terbaik 4%.

The Research on: The Effect of Infusion red betle Leaf (Piper betle L. Var. Rubrum) in writhing behaviour of mice (Mus musculus L.) males strain DDY. Has been conducted in laboratory of Developmental Biology, Departement of Biology, Faculty of Mathematic and Sciences, University of Indonesia on months March--May. Mice were divided into 5 groups, KK- as a negative control group which was given only Destilled water. KK+ as a positive control group given 65 mg/kg per weights as a comperative group. Groups KE1, KE2, KE3 are the experimental group which were given red betle leaf infusion in doses 4%, 2%, and 1%. Acetic acid 1% was injected intraperionally 10 ml/kg per weights to induced reaction in mice. The results showed that infussion of red betle leaf can reduce writhing behaviour causes of pain in mice, and the best dose is 4%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S722
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tyagita Meyril Rahmadhani
"Telah dilakukan penelitian di Laboratorium Biologi Perkembangan Hewan, Departemen Biologi FMIPA UI untuk mengetahui potensi antihepatotoksik infus simplisia Hippocampus kuda Bleeker (kuda laut) terhadap Mus musculus Linnaeus (mencit) jantan galur DDY. Dua puluh lima ekor mencit dibagi secara acak dalam 5 kelompok perlakuan, terdiri atas kelompok kontrol 1 (KK1) yang diinjeksi dengan minyak zaitun secara intraperitoneal, kelompok kontrol 2 (KK2) dan 3 kelompok perlakuan (KP1, KP2, dan KP3) yang diinjeksi dengan larutan CCl4 dosis tunggal 400 mg/kg bb secara intraperitoneal. Kelompok kontrol (KK1 dan KK2) selanjutnya diberi akuades secara oral sedangkan kelompok perlakuan (KP1,KP2, dan KP3) diberi infus simplisia H. kuda secara oral dengan dosis masing-masing 2,4%; 4,8%; dan 7,2% b/v sebanyak 4 kali dengan selang waktu 12 jam, dimulai pada 12 jam setelah pemberian CCl4. Seluruh mencit dikorbankan pada 48 jam setelah pemberian CCl4 (KK2, KP1, KP2, dan KP3) dan minyak zaitun (KK1), kemudian organ hati diisolasi melalui pembedahan untuk selanjutnya diamati dan dibuat sediaan histologisnya.
Hasil uji anava satu faktor menunjukkan adanya pengaruh (P < 0,05) pemberian infus simplisia H. kuda terhadap ukuran diameter vena sentralis dan berat basah organ hati antara kelompok perlakuan (KP1, KP2, dan KP3) dengan kelompok kontrol (KK1 dan KK2). Diameter rata-rata vena sentralis (50,084 μm  4,817) dan berat basah rata-rata organ hati (2,793 g  0,180) mencit yang diberi secara oral infus simplisia 7,2% b/v merupakan nilai yang paling mendekati diameter hati normal atau KK1 (47,402 μm  0,881) dan berat basah organ hati normal atau KK1 (2,519 g  0,109). Hasil pengamatan semikuantitatif menunjukkan bahwa pemberian infus simplisia H. kuda memiliki potensi antihepatotoksik dengan potensi tertinggi terdapat pada KP3 atau kelompok perlakuan dengan dosis 7,2% b/v."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S31562
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azizatunnisa
"Penelitian telah dilakukan untuk mengetahui potensi hepatoprotektif madu PS (Pollen Substitute) terhadap gambaran histologis hati mencit (Mus musculus) jantan galur DDY. Dua puluh empat ekor mencit jantan dibagi ke dalam 4 kelompok, yaitu kelompok kontrol normal (KK1) yang diberikan akuades dan minyak kelapa; kelompok kontrol perlakuan (KK2) yang diberikan akuades dan CCl4; serta 2 kelompok perlakuan (KP1 dan KP2) yang diberikan madu PS dosis 0,04 ml/20 g bb dan 0,08 ml/20 g bb selama 14 hari berturut-turut, kemudian diinjeksikan CCl4 2 jam setelah pemberian madu PS terakhir. Organ hati diisolasi 24 jam setelah injeksi CCl4. Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada pengaruh pemberian madu PS terhadap berat basah organ hati (KK1 [1,57±0,34] gram, KK2 [1,92±0,21] gram, KP1[1,73±0,34] gram, KP2 [1,75±0,30] gram) dan diameter vena sentralis (KK1 [37,91±2,44] μm, KK2 [73,39±3,06] μm, KP1 [70,03±9,65] μm, KP2 [67,61±6,33] μm), serta terdapat pengaruh pemberian madu PS terhadap warna organ hati, persentase derajat kerusakan lobulus hati (derajat 0, 1, 2, dan 3 KK1 [55,70%; 40,00%; 4,33%; dan 0,00%], KK2 [4,56%; 29,00%; 18,67%; dan 47,78%], KP1 [14,22%; 43,11%; 15,22%; dan 27,44%], KP2 [6,34%; 41,33%; 24,67%; dan 27,67%]), dan gambaran histologis hati. Hasil pengamatan menunjukkan pemberian madu PS dosis 0,04 ml/20 g bb memberikan efek hepatoprotektif yang lebih baik dibandingkan madu PS dosis 0,08 ml/20 g bb terhadap gambaran histologis hati.

The aim of this study was to know hepatoprotective potency of PS (Pollen Substitute) honey to liver histology of DDY strain male mice (Mus musculus). Twenty four male mice were divided into 4 groups, which were normal control group (KK1) which was given aquadest and palm oil, treatment control group (KK2) which was given aquadest and CCl4, as well as 2 treatment groups (KP1 and KP2) which were given PS honey dose 0,04 ml/20 g bb and 0,08 ml/20 g bb in 14 days. Then KP1 and KP2 were induced by CCl4 2 hours after the last administration of honey PS. The liver then was isolated 24 hours after CCl4 injection. The result of statistic test showed that there were no effects of PS honey administration to liver wet weight (KK1 [1,57±0,34] gram, KK2 [1,92±0,21]
gram, KP1[1,73±0,34] gram; KP2 [1,75±0,30] gram) and central vein diameter (KK1 [37,91±2,44] μm, KK2 [73,39±3,06] μm, KP1 [70,03±9,65] μm, KP2 [67,61±6,33] μm), and there were effects of PS honey admisnistration to liver color, percentage of liver lobulus damage level (level 0, 1, 2, and 3 of KK1 [55,70%; 40,00%; 4,33%; and 0,00%], KK2 [4,56%; 29,00%; 18,67%; and 47,78%], KP1 [14,22%; 43,11%; 15,22%; and 27,44%], KP2 [6,34%; 41,33%; 24,67%; and 27,67%]), and liver histology. The result of the observation showed that the hepatoprotective effect of administration of PS honey dose 0,04 ml/20 g bw was better than dose 0,08 ml/20 g to liver histology.;"
Universitas Indonesia, 2014
S57877
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vinda Ratna Setyaningsih
"Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh pemberian infus simplisia rosella (Hibiscus sabdariffa L.) secara oral terhadap kualitas spermatozoa mencit (Mus musculus L.) jantan galur DDY di Laboratorium Biologi Reproduksi dan Perkembangan Departemen Biologi FMIPA UI pada bulan Juni 2010--Maret 2011. Mencit dikelompokkan menjadi lima kelompok. Kelompok kontrol normal (KK1) diberi akuades selama 14 hari berturut-turut.
Kelompok kontrol perlakuan (KK2) diberi akuades secara oral selama 14 hari berturut-turut, serta induksi etanol (dosis 2,8 g/kg bb) pada hari ke 8--14 secara intraperitoneal (i.p). Kelompok perlakuan (KP1, KP2, dan KP3) diberi infus simplisia H. sabdariffa L. secara oral dengan dosis 1,5%; 3%; dan 6% selama 14 hari berturut-turut serta induksi etanol pada hari ke 8--14 secara i.p.
Hasil uji anava 1-faktor (P < 0,05) menunjukkan bahwa pemberian infus simplisia H. sabdariffa L. dapat meningkatkan motilitas dan menurunkan abnormalitas spermatozoa pada semua kelompok perlakuan. Peningkatan motilitas dan penurunan abnormalitas spermatozoa terbaik dicapai oleh kelompok perlakuan dosis 3% dengan nilai mendekati kelompok kontrol normal.

The research on the influence of crude roselle (Hibiscus sabdariffa L.) infusion orally on the quality of spermatozoa DDY strain male mice (Mus musculus L.) was conducted in the Laboratory of Reproductive and Developmental Biology, Department of Biology, Faculty of Mathematics and Sciences University of Indonesia on June 2010-March 2011. Mice were divided into 5 groups. The normal control group (KK1) was given distilled water for 14 consecutive days.
The treatment control group (KK2) were given distilled water orally for 14 consecutive days and induced ethanol (dose 2.8 g/kg bw) on day 8-14 by intraperitoneal (i.p). The treatment groups (KP1, KP2, and KP3) were given a crude H. sabdariffa L. infusion orally with doses of 1.5%, 3% and 6% for 14 consecutive days and induced ethanol on day 8-14 by i.p.
The results of one-way anova (P < 0.05) showed that crude H. sabdariffa L. infusion significantly increases spermatozoa motility and decreases abnormalities in all treatment groups. The best enhancement of increased motility and decreased abnormalities of spermatozoa was achieved by treatment group with dose of 3% H. sabdariffa L., with a value approaching the normal control group.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S1760
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Annisha Ika Shanty
"Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui potensi
antihiperglikemik simplisia Alphitobius sp. pada mencit (Mus musculus L.) yang diinduksi aloksan monohidrat (250 mg/kg bb). Dua puluh lima ekor mencit jantan, dibagi ke dalam 5 kelompok, terdiri atas kelompok kontrol normal yang diberi akuades (KK1), kelompok kontrol perlakuan yang diinduksi aloksan dan diberi akuades (KK2), kelompok perlakuan yang diinduksi aloksan dan diberi simplisia
dosis 0,5; 1,05; dan 1,6 mg/kg bb (KP1; KP2; KP3). Pemberian simplisia
dilakukan selama 14 hari beruturut-turut. Hasil uji ANAVA (P < 0,05)
menunjukkan adanya pengaruh pemberian simplisia terhadap kadar glukosa darah puasa dan post prandial mencit. Hasil uji LSD (P < 0,05) menunjukkan tidak ada perbedaan nyata antara KK1 dengan KP2 dan KP3, tetapi ada perbedaan nyata antara KK2 dengan KK1,KP2 dan KP3. Pemberian simplisia dosis 1,05 dan 1,6 mg/kg bb mampu menurunkan kadar glukosa darah puasa sebanyak 29,91% dan 37,04%, dan post prandial sebanyak 49,51%, dan 52,32% ke keadaan normal (KK1 sebagai acuan).

The study has been conducted to know antihyperglycemic effect of simplicia Alphitobius sp. on alloxan (250 mg/kg bb) induced male DDY mice (Mus musculus L.). Twenty five mice were divided into 5 groups consisting, normal control group which was administered with aquades (KK1), treatment control group which was induced by alloxan and given aquades (KK2), treatment groups which were induced by alloxan and given 0,5; 1,05; 1,6 mg/kg bb (KP1; KP2; KP3) dose of simplicia. Simplicia were given consecutively for 14 days. One-way anova test result (P < 0,05) showed that there was difference in fasting and post
prandial glucose level among those groups. Least Signficant Difference (LSD) test (P < 0,05) showed that there was no difference between KK1 - KP2 and KP3. But, there was difference between KK2 - KK1, KP2, and KP3. Result showed that simplicia’s dose 1,05 and 1,6 mg/kg bb were able to lower fasting blood glucose level up to 29,91% and 37,04%, also post prandial glucose level up to 49,51% and 52,32% to normal control (KK1) state.
"
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S61209
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>