Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 159091 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Pengkajian variasi morfologi 98 spesimen Bronchocela cristatella
(Kuhl, 1820) di Indonesia telah dilakukan menggunakan analisis multivariat.
Analisis komponen utama (PCA) terhadap 19 karakter morfologi
menghasilkan 5 komponen dari variabel awal. Total variabilitas yang dihitung
adalah 81,0 % (Komponen 1 = 55,8 %; Komponen 2 = 8,4 %; Komponen 3 =
6,8 %; Komponen 4 = 5,6 %; Komponen 5 = 4,4 %). Komponen skor 2 pada
PCA merupakan komponen yang dapat memperlihatkan pengelompokan
populasi Bronchocela cristatella di Indonesia. Hasil analisis sidik kelompok
(CA) yang dapat dilihat pada dendrogram menunjukkan empat cluster
terhadap lima populasi B, cristatella di Indonesia. Pola persebaran variasi
morfologi B. cristatella di Indonesia berdasarkan hasil analisis sidik kelompok
(CA) tidak bersesuaian dengan proses geografis Indonesia. Populasi
Sumatera dan Jawa memiliki kekerabatan yang dekat karena membentuk
satu cluster, kemudian diikuti oleh populasi Maluku + New Guinea yang
membentuk cluster 2. Populasi Sulawesi dan Kalimantan berkerabat jauh
dengan populasi Sumatera dan Jawa karena membentuk cluster 3 dan
cluster 4 yang terpisah dari populasi yang lain."
Universitas Indonesia, 2008
S31540
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988
R 499.2218 SEM
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988
499.251 YUS s (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1995
499.222 5 SIS
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Waduk Jatiluhur merupakan danau buatan yang mempunyai banyak
manfaat atau ‘multifungsi’, terutama sebagai irigasi pertanian.
Pembendungan aliran Ci Tarum di Pasir Jatiluhur tahun 1967 mengakibatkan
kecepatan arus air menurun ketika memasuki genangan atau ‘inlet’ waduk,
sehingga sebagian besar material tanah yang masuk ke dalam waduk melalui
proses erosi mengalami sedimentasi atau pengendapan. Sedimentasi yang
terjadi pada permukaan Waduk Jatiluhur, lambat laun dapat mengurangi
kapasitas tampungan waduk dalam beroperasi.
Hasil analisa antara morfologi sebelum Waduk Jatiluhur beroperasi
dengan morfologi dasar Waduk Jatiluhur setelah beroperasi, yaitu tahun 1995
sampai 2000 maka akan diperoleh perubahan morfologi Waduk Jatiluhur.
Pola perubahan morfologi dasar Waduk Jatiluhur sampai tahun 2000
cenderung mengalami pengendapan. Pengendapan yang terjadi di Waduk
Jatiluhur sampai tahun 2000 cenderung menempati bagian tepi waduk
menuju bagian tengah waduk. Hal ini secara tidak langsung dipengaruhi oleh
kondisi alam yang terdapat pada tepi Waduk Jatiluhur, misalnya terhadap
keberadaan jenis penggunaan tanah kering, yaitu kebun campuran, wilayah
lereng, misalnya antara lereng kurang dari 8 % dan kelas lereng 15 - 25 %,
dan jenis tanah yang mempunyai tingkat erodibilitas sedang yaitu jenis tanah
podsolik."
Universitas Indonesia, 2006
S34028
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Irsan
"Tesis ini membahas kajian geografi dialek dengan pusat kajian bahasa Besemah di Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatra Selatan. Fokus kajian penelitian ini mencakupi variasi-variasi dialektal bahasa Besemah, status variasi kosakata, dan daerah persebarannya. Variasi yang dibahas meliputi variasi leksikal dan fonologis. Data yang digunakan bersumber dari kuesioner survey kebahasaan yang dilakukan oleh Tim Pemetaan Pusat Bahasa dan Balai Bahasa Palembang dengan mewawancarai empat belas informan di empat belas titik pengamatan. Data diolah berdasarkan penyusunan berkas isoglos dan perhitungan dialektometri. Variasi-variasi itu diuraikan berdasarkan pengelompokan jumlah etimon dan medan makna. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara leksikal variasi-variasi yang muncul merupakan perbedaan subdialek yang terdiri atas empat subdialek utama, yaitu subdialek Saling, Kikim, Muara Pinang, dan Lematang, sedangkan secara fonologis menunjukkan jarak yang tinggi.

This Thesis discusses a study of dialect geography on the variants of Pasemah (Besemah) language in Lahat, South Sumatra. The study focuses on the analysis of the dialect variants, the status of lexical variants, and the distribution area. The variants consists of lexical and phonological variants. The data used in this study are taken from fourteen questionnaires of the regional language survey conducted by the research team of Pusat Bahasa and Balai Bahasa Palembang. The data were gathered by interviewing fourteen informants within fourteen research areas. The data is analyzed based on the bundles of isogloss and dialectometry. The lexical variants are analyzed by the classification of the number of etymon and field of meaning. The result of the study reveals that lexically, the variants of Pasemah are only subdialects which consist of four: Saling, Kikim, Muara Pinang, and Lematang. Phonologically, the variants show high different variants."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
T25902
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rencher, Alvin C.
New Jarsey: Wiley , 2012
519.5 REN m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Amarasinghe Achchige Thasun
"Isolasi merupakan faktor utama dalam biogeografi pulau, disini kami mencoba memahami fenomena filogeografi kelompok londok pohon Asia Tenggara yaitu genus Bronchocela di Kepulauan Indonesia dengan dukungan data morfologi (ukuran tengkorak), molekuler (DNA mitokondria dan inti) dan data evolusi. Genus Bronchocela kosmopolit, morfologi sangat bervariasi tersebar dan terisolasi di hutan yang terfragmentasi di kepulauan Indonesia. Variasi yang kompleks pada genus ini menyebabkan kesulitan dalam penentuan batas spesies dengan jelas. Sebanyak 520 individu spesimen koleksi museum telah diperiksa untuk diuji mengenai dampak isolasi pulau secara geografis terhadap struktur morfologi populasi. Uji statistic dilakukan dengan menggunkan analisis univariat dan multivariat. Sejauh ini baru diketahui hanya hanya empat spesies yang teridentifikasi di wilayah Indonesia, setelah dilakukannya penelitian ini setidaknya teridentifikasi menjadi enam spesies. Rekonstruksi pohon filogenetik dilakukan berdasarkan marka DNA mitokondria yaitu 16s rRNA (~500 bp) dan ND2 (~1300 bp) serta gen inti yaitu oocyte maturation factor mos (CMOS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa B. cristatella yang tersebar luas, dalam penelitian ini terbukti sebagai spesies kompleks yang setidaknya terdiri atas tiga spesies berbeda. Rekonstruksi pohon filogenetik DNA mitokondria dan inti menggunakan Maximum Likelihood (ML) dan Bayesian Inference (BI) menunjukkan adanya enam garis keturunan evolusi Bronchocela di Indonesia. Tingkat variasi selama ini mungkin diremehkan karena tingginya tingkat kesamaan morfologi yang disebabkan oleh sifat arboreal. Haplotipe network berdasarkan gen mitokondria ND2 dengan jelas menunjukkan adanya delapan garis keturunan. Indeks isolasi diestimasi melalui uji interaksi dua arah (ANOVA) antara luas daratan dan ukuran tubuh dari setiap populasi. Hasil penelitian ini menunjukkan pulau-pulau yang lebih besar mendukung kehidupan londok yang berukuran besar dibandingkan dengan pulau-pulau yang lebih kecil (fenomena dwarfisme pulau) dan sejalan dengan teori isolasi pulau. Hasil analisis waktu BEAST berbasis penggabungan menghasilkan pohon filogenetik dengan dua klade utama dan mengungkapkan nenek moyang terbaru atau most recent common ancestor (MRCA) untuk Bronchocela berasal sekitar 42 juta tahun yang lalu di daratan Asia. Pohon filogenetik menununjukkan bahwa klade basal Bronchocela terdiri dari B. burmana dan taksa nenek moyangnya yang sebagian besar terbatas di Semenanjung Malaysia. Pohon kredibilitas clade maksimum atau Maximum Credibility Clade (MCC) skala waktu geologi menunjukkan bahwa genus Bronchocela berevolusi pada zaman Miosen awal (~18,7 juta tahun yang lalu) dan memulai spesiasi cepat pada Miosen akhir. Pohon filogenetik menununjukkan bahwa klade basal Bronchocela terdiri dari B. burmana dan taksa nenek moyangnya yang sebagian besar terbatas di Semenanjung Malaysia. Dalam penelitian ini, distribusi klade berdasarkan keberadaan spesies londok dalam pohon filogenetik. Model State-dependent Speciation and Extinction (SSE) digunakan untuk merekonstruksi Ancestral Range Estimation (ARE). Hasil simulasi silsilah Bronchocela dengan ARE sesuai hipotesis kami bahwa daratan Sunda merupakan asal muasal genus ini dan menjalan kepulauan Sunda Besar, kepulauan Sulu, Sulawesi, dan Maluku utara pada zaman Miosen. Penelitian ini memberikan wawasan baru mengenai isolasi pulau di wilayah yang belum pernah diteliti sebelumnya dan hal ini menyiratkan bahwa pola distribusi Bronchocela sebagian besar dibentuk oleh peristiwa dispersal pada pra-Pliosen yang diikuti oleh peristiwa vicarian yang mendalam. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa perubahan iklim Pliosen dapat berdampak besar pada diversifikasi spesies dan demografi spesies-spesies hutan ini.

Isolation is the main factor in insular biogeography, here we try to understand the insular biogeographical phenomenon of the southeast Asian arboreal lizard genus Bronchocela across the Indonesian Archipelago with the support of morphological (including skull morphology), molecular (mitochondrial and nuclear DNA) and evolutionary data. The morphologically highly variable, cosmopolitan arboreal forest lizards of the genus, Bronchocela are dispersed and isolated in fragmented island forests across the Indonesian Archipelago. These species exhibit complex morphological variations, which weaken clear species delimitation. To determine the effects of geographical island isolation on the morphological structure of the populations, 520 individuals of museum specimens (including name-bearing types) were examined across Peninsular Malaysia and the Indonesian Archipelago. Both univariate and multivariate analyses were conducted on morphometric characters. So far only four species have been identified within Indonesian territory and after evaluating morphological and morphometric evidence at least six distinct species have been recognised. We screened two mitochondrial markers comprising 16s rRNA (~500 bp) and ND2 (~1300 bp), with intervening nuclear loci (CMOS) to obtain a robust phylogenetic hypothesis. Based on both morphology and genetics, we delimit potential biogeographic boundaries of the species composition. The previously widely distributed Bronchocela cristatella is here considered as a species complex with at least three distinct species. The phylogeny of mitochondrial and nuclear DNA using Maximum likelihood (ML) and Bayesian Inference (BI) revealed at least six evolutionary lineages within the Indonesian Bronchocela. This level of variation has probably been underestimated because of the high levels of morphological similarity brought about by the arboreal lifestyle. The haplotype networks based on the ND2 mitochondrial gene differentiated the eight lineages. An isolation index was estimated and defined for each island landmass based on its area and tested for two‐way interactions (ANOVA) between landmass and the mean body sizes of each population. Our results show the significant influence of the larger islands supporting larger-bodied lizards compared to the smaller islands, agreeing with the island theory. The coalescent-based BEAST time-analysis yielded a phylogenetic tree with two major clades. It revealed that the most recent common ancestor (MRCA) for the Bronchocela genus originated approximately 42 MYA in mainland Asia. The basal clade of Bronchocela consists of B. burmana and its ancestral taxa which are mostly confined to the Malay Peninsula. The geological time-scaled maximum clade credibility (MCC) tree indicated that the genus Bronchocela evolved in the early Miocene epoch (~18.7 MYA) and started rapid speciation in the late Miocene. We divided the distribution of the clade into regions based on the species in the phylogenetic tree by its presence in those regions, and we used the State-dependent Speciation and Extinction (SSE) models to reconstruct Ancestral Range Estimation (ARE). As we hypothesised, ancestral Range Estimation (ARE) analyses supported that mainland Sundaland served as the origin for Bronchocela, which colonized the Great Sundaic Islands, the Sulu Archipelago, Sulawesi, and Northern Moluccas during the Miocene epoch. Our results provide new insights into insular isolation in a previously unstudied region, and it implies that the distribution pattern of Bronchocela has been largely shaped by pre-Pliocene dispersal followed by deep vicariance events. We further demonstrate that Pliocene climatic changes can have profound effects on species diversification and demography in these forest species."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Santi Anggarini
"Pada era globalisasi ini industri manufaktur mengalami perubahan radikal, ditandai dengan inovasi yang tinggi serta umur produk yang begitu pendek. Keadaan ini memaksa industri manufaktur untuk lebih berkonsentrasi pada core capability yang dimiliki, sehingga kegiatan outsourcing menjadi keputusan penting dan strategis. Upaya perusahaan untuk meraih keuntungan kompetitif dimulai dengan melakukan manajemen terhadap pemasoknya. Dalam kenyataan dilapangan, pemilihan pemasok bukanlah perkara mudah, sehingga diperlukan cara yang tepat untuk mendapatkan pemasok potensial.
Penelitian ini bertujuan untuk membuat rancangan pemilihan pemasok. Dimulai dengan melakukan analisis faktor untuk menetapkan atribut yang digunakan dalam memilih pemasok. Selanjutnya perlu dicari preferensi perusahaan terhadap pemasok, yaitu berupa kombinasi optimal dari atribut dan level yang ada dengan menggunakan analisis conjoint.
Pemilihan terhadap pemasok potensial dapat dilakukan melalui metode MDS. Metode MDS akan memetakan preferensi perusahaan secara visual kedalam ruang multidimensional, sehingga didapat jarak euclidean masing-masing pemasok terhadap ideal point perusahaan. Dengan peta persepsi ini, akan membantu perusahaan memilih pemasok yang berada disekitar ideal point.

In this globalization era, manufacturing industries transforms in radical changes, signed by high innovation and shorter life cycle of products. This condition forces the industries to improve their core capability, and makes the outsourcing activities as an important and strategic decision. First step for gaining the company's competitive profit is by doing the suppliers management. In reality, choosing supplier is not easy, because we need a best way.
The objective of this research is designing the supplier selection. Starting by doing factorial analysis to establish attributes which are used to choose supplier. We also need to know the company's preferences to suppliers, which is an optimal combination of attributes and existing level using conjoint analysis.
MDS method can be used in choosing the potential suppliers. This method maps the company's preferences visually to multidimensional space, in order to get euclidean distance for each supplier to company's ideal point. By using this perception map, company will choose the suppliers which are located around the ideal point.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
T41174
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1987
I 499.25 K 369 t
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>