Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 173468 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Gunanto
"Ada tiga permasalahan pokok dalam penelitian ini, yaitu (a) Adakah perbedaan motivasi berprestasi antara siswa kelas unggulan dan bukan unggulan di SMU Negeri 48 Jakarta (b) Adakah perbedaan kebiasaan belajar antara siswa kelas unggulan dan bukan unggulan di SMU Negeri 48 Jakarta (c). Adakah perbedaan prestasi belajar antara siswa kelas unggulan dan bukan unggulan pada kelas unggulan di SMU Negeri Jakarta 48. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan motivasi berprestasi, kebiasaan belajar dan prestasi belajar antara siswa kelas unggulan dengan bukan unggulan di SMU Negeri 48 Jakarta.
Cara mengumpulkan data mengenai Motivasi Berprestasi dan Kebiasaan Belajar siswa berdasarkan kuesioner tertutup dengan one-shot model, sedangkan data prestasi belajar diperoleh dari kantor Tata Usaha sekolah dengan melihat lager ( daftar nilai rapor) caturwulan satu tahun ajaran 2001-2002. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kuantitatif berupa skor dalam bentuk skala interval. Analisa data menggunakan statistik deskriptif dan statistik inferensial. Statistik deskriptif yang digunakan adalah penyajian nilai rata rata (mean) yang berupa tabel dan grafik garis. Sedangkan statistik inferensial digunakan untuk menganalisis data sampel dengan tujuan ingin membuat kesimpulan yang berlaku untuk populasi.
Data tersebut dihitung dengan rumus t-test untuk uji beda mean dan diperoleh temuan sebagai berikut : (1) kelompok siswa kelas unggulan memiliki mean Motivasi Berprestasi, Kebiasaan Belajar dan Prestasi Belajar lebih tinggi dibandingkan kelompok siswa kelas bukan unggulan, (2) kelompok siswa kelas satu unggulan memiliki mean Motivasi Berprestasi, Kebiasaan Belajar dan Prestasi Belajar lebih tinggi dibandingkan kelompok siswa kelas bukan unggulan, (3) kelompok siswa kelas dua unggulan memiliki mean Motivasi Berprestasi, Kebiasaan Belajar dan Prestasi Belajar lebih tinggi dibandingkan kelompok siswa kelas bukan unggulan. Oleh karena itu berdasarkan pengolahan data dapat disimpulkan terdapat perbedaan motivasi berprestasi, kebiasaan belajar dan prestasi belajar antara siswa kelas dua unggulan dengan bukan unggulan di SMU 48 Jakarta
Sedangkan untuk signifikansi data diperoleh temuan sebagai berikut : (I) Nilai Sig.(2-tailed) atau P-value untuk Motivasi Berprestasi, Kebiasaan Belajar dan Prestasi belajar lebih kecil dari 0,05, maka Ho ditolak atau ada perbedaan Motivasi Berprestasi, Kebiasaan Belajar dan Prestasi belajar yang signifikan antara siswa kelas unggulan dengan bukan unggulan di SMU Negeri 48 Jakarta . (2) Nilai Sig.(2-tailed) atau P-value untuk Motivasi Berprestasi dan Prestasi belajar lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak atau ada perbedaan Motivasi Berprestasi dan Prestasi belajar yang signifikan antara kelas satu unggulan dengan siswa kelas satu bukan unggulan di SMU Negeri 48 Jakarta. Sedangkan untuk kebiasaan belajar nilai P-value sebesar 0,209 nilai ini lebih besar dari 0,05 maka Ho gagal ditolak atau tidak ada perbedaan Kebiasaan Belajar antara siswa kelas satu unggulan dengan siswa kelas satu bukan unggulan di SMU Negeri 48 Jakarta. (3) Nilai Sig.(2-tailed) atau P-value untuk Motivasi Berprestasi, Kebiasaan Belajar dan Prestasi lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak atau ada perbedaan Motivasi Berprestasi, Kebiasaan Belajar dan Prestasi belajar yang signifikan antara siswa kelas dua unggulan dengan siswa kelas dua bukan unggulan di SMU Negeri 48 Jakarta.
Atas dasar hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut (1) Terdapat perbedaan yang signifikan motivasi berprestasi, kebiasaan belajar dan prestasi belajar antara siswa kelas unggulan dengan bukan unggulan di SMU Negeri 48 Jakarta (2) Terdapat perbedaan yang signifikan motivasi berprestasi dan prestasi belajar antara siswa kelas satu unggulan dengan bukan unggulan di SMU Negeri 48 Jakarta. Sedangkan untuk kebiasaan belajar, tidak ada perbedaan Kebiasaan Belajar antara siswa kelas satu unggulan dengan siswa kelas satu bukan unggulan di SMU Negeri 48 Jakarta. (3) Terdapat perbedaan yang signifikan motivasi berprestasi, kebiasaan belajar dan prestasi belajar antara siswa kelas dua unggulan dengan bukan unggulan di SMU Negeri 48 Jakarta."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T2011
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dianti Endang Kusumawardhani
"Pengertian konsep siswa tentang belajar adalah pandangan siswa mengenai belajar. Apa yang dilakukan siswa dalam proses belajar dan bagaimana siswa mengatur kegiatan belajarnya dipengaruhi oleh konsep terhadap arti belajar itu bagi dirinya. Pengertian akselerasi secara singkat adalah percepatan. Sebagai Salah satu alternatif pelayanan pendidikan bagi siswa berbakat, akselerasi perlu diikuti dengan eskalasi. Siswa program akselerasi, yang termasuk siswa berbakat akademik ini, diharapkan mamandang belajar sebagai kegiatan “pemahaman" dan memanfaatkan pengetahuan yang diperolehnya melalui proses pembelajaran ke dalam kehidupan nyata, Lebih dari sekedar memandang belajar sebagai “tahu lebih banyak”.
Program akselerasi di tingkat SMU di Indonesia mulai diselenggarakan pada tahun-1998 dengan mengacu pada Undang-Undang No.2-Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Penyelenggaraan dilaksanakan dengan mempercepat waktu belajar dan tiga tahun menjadi dua tahun. Pemadatan waktu belajar ini menyebabkan siswa cl dituntut untuk belajar mandiri. Belajar mandiri memerlukan suatu motivasi belajar yang timbul dari diri siswa.
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap konsep siswa tentang belajar dan motivasi belajar yang melandasi siswa SMU program akselerasi dalam melakukan kegiatan belajarnya, kemudian dibandingkan dengan konsep siswa tentang belajar dan motivasi belajar yang dimiliki siswa SMU program reguler. SMU yang menyelenggarakan program akselerasi setelah menerima~SK Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah sebagai Penyelenggara Akselerasi Belajar adalah SMU Labschool Jakarta (1998), SMU AL Azhar Cikarang (1998), dan SMU Negeri 8 Jakarta (1999). Subjek penelitian ini berjumlah 70 yang terdiri dan siswa SMU Negeri 8 Jakarta (17 siswa program akselerasi dan 25 siswa program regular) dan SMU Labschool Jakarta (14 siswa program akselerasi dan 14 siswa program reguler) yang memiliki prestasi akademlk di atas rata-rata siswa-siswa lain di sekolahnya masing-masing. Dalam penelitian ini subyek memiliki renang nilai rata-rata rapor 7.23-8.62.
Lima jenis konsep siswa tentang belajar yang diungkap dalam penelitian ini adalah belajar dipandang sebagai kegiatan “akumulasi atau menyerap pengetahuan, membentuk antar pengetahuan, menggunakan atau memanfaatkan pengetahuan, melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru atau sekolah, dan bekerja sama dengan siswa lain". Jenis-jenis konsep tentang belajar tersebut mengacu pada hasil penelitian Marton, dkk. (1993), Purdie, dkk.
(1996), dan Vemlunt dan Van Rijswijk (1996). Lima jenis motivasi belajar yang diungkap dalam penelitian ini adalah belajar dilandaskan pada dorongan untuk “memperoleh nilai atau kelulusan, melanjutkan pendidikan, menguji kemampuan din, memenuhi minat pribadi, dan belajar yang dilandasi keragu-raguan ambivaIen”.
Alat ukur penelitian ini adalah skala “konsep siswa tentang belajar” yang terdiri dari lima jenis konsep dan skala “motivasi belajar siswa” yang terdiri dari lima jenis motivasi, dengan teknik uji coba terpakai. Dari skala “konsep siswa tentang belajar” diperoleh konsep secara umum (<»=.8278) dan skala masing-masing jenis konsep siswa bentang belajar (cr=.5798-.9178). Dari skala “motivasi belajar siswa" diperoleh motivasi secara umum (a=.8825) dan skala masing-masing jenis motivasi belajar siswa (a=.7433-.8227). Teknik statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian adalah uji-t untuk /Independent- samples dan paired-samples. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan mengenai konsep tentang belajar antara siswa program akselerasi dengan siswa program reguler. Konsep siswa tentang belajar yang mendominasi siswa program akselerasi dan siswa program reguler adalah belajar dipandang sebagai melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru/sekolah, belajar dipandang sebagai pembentuk kaitan antara pengetahuan, dan belajar dipandang sebagai kegiatan bekerja sama dengan siswa Iain.
Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan mengenai motivasi belajar antara siswa program akselerasi dengan siswa program reguler. Dibandingkan dengan siswa program akselerasi, siswa program reguler lebih memiliki motivasi belajar untuk memperoleh nilai/kelulusan dan untuk melanjutkan pendidikan. Dibandingkan dengan siswa program reguler, siswa program akselerasi Iebih memiliki renovasi belajar untuk memenuhi minat pribadi. Motivasi belajar yang mendominasi siswa program akselerasi adalah orongan untuk memenuhi minat pribadi, menguji kemampuan diri, dan melanjutkan pendidikan. Belajar oleh siswa program reguler, dilandaskan pada dorongan untuk menguji kemampuan diri, melanjutkan pendidikan, memenuhi minat pribadi, dan memperoleh nilai/kelulusan. Sebagai hasil Tambahan diperoleh bahwa Siswa program akselerasi dan siswa program reguler, memiliki motivasi belajar internal yang lebih tinggi dan motivasi belajar eksternal.
Motivasi belajar internal diperoleh dan jenis motivasi memenuhi minat pribadi dan menguji kemampuan diri, sedangkan motivasi belajar eksternal diperoleh dari jenis motivasi memperoleh nilai/kelulusan dan melanjutkan pendidikan. Untuk penelirian lebrh Ianjut, disarankan menggunakan desain peneliiian pretest-po tepatnya desain kompromi (compromise design), untuk memperoleh gambaran mengenai “konsep siswa tentang belajar” dan “motivasi belajar" yang dimiliki siswa program akselerasi sebelum dan setelah memperoleh pembelajaran program akselerasi, kemudian dibandingkan dengan “konsep siswa tentang belajar” dan “motivasi belajar" yang dimiliki siswa program reguler."
Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh motivasi dan kebiasaan belajar terhadap prestasi belajar matematika sisw SMP Negeri 1 Gunung Stoli. Hasil penelitian menunjukan bahwa korelasi ganda antara motivasi dan minat belajar terhadap prestasi belajar siswa sebesar 0,3420 (rendah)."
330 MIWD 35 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ritandiyono
"Penelitian ini bermula dari pemikiran penulis bahwa secara teoritis dan hasil penenelitian beberapa pakar psikologi ditemukan prestasi belajar siswa dipengaruhi variabel-variabei non-intelektual, diantaranya adalah variabel kemandirian dan kecerdasan emosional. Selain itu, penulis juga melihat adanya usaha pemenntah dan lembaga pendidikan swasta melakukan uji coba program percepatan belajar untuk melayani pendidikan siswa berbakat, dan sebagai satan satu usana bangsa dan negara Indonesia menyiapkan generasi muda yang siap menghadapai pemberlakuan pasar bebas dunia. Berdasarkan pemikiran tersebut di atas, penulis tertarik untuk menelitii apakah ada hubungan antara kemandinan dan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa program percepatan belajar dan program reguler Seberapa besar peranan bermakna yang diberikan kemandirian dan kecerdasan emosional terhadap prastasi belajar pada siswa program percepatan belajar dan program reguler Apakah ada perbedaan kemandirian pada siswa program percepatan belajar dan program reguler. Dalam penelitian ini siswa yang dipilih sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas 3 program percepatan belajar dan program reguler dari SMUN 81 dan SMU Lab School Jakarta Timur. Selanjutnya untuk menetapkan sampel masing-masing sekolah dilakukan secara accidental sampling dengan mempertimbangkan berimbangnya jumlah (n) siswa program percepatan belajar dan program reguler. Jumlah seluruh subjek penelitian adalah 65 siswa. Kepada mereka diberikan Skala Kemandirian, dan Skala Kecerdasan Emosional (yang diadaptasi dari Ell yang disusun oleh Lanawati (1999)). Prestasi beiajar diperoleh dari nilai rapor caturwulan II tahun ajaran 2001/2002 dari siswa kelas 3 program percepatan belajar dan program reguler. Skala Kemandirian disusun berdasarkan aspek-aspek kemandirian: percaya diri kontrol diri, tanggung jawab, kebebasan, ketegasan diri, inisiatif, dan pengambilan keputusan. Skala Kemandirian memiliki 45 item valid, dengan koeisien validitas berkisar 0,3220 sampai 0,6956, dan koetisien reliabilitas 0,9064 Skala Keoerdasan Emosional disusun berdasarkan aspek-aspek kecerdasan emosional yaitu: kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati, dan ketrampilan sosia1 Skala Kecerdasan Emosional memiliki 69 item yang valid, dengan koefisien validitas berkisar 0,3070 sampai 0,710B, dan koefisien reliabilitas 0,95014. Hasil penelitian menunjukkan: 1).Ada hubungan yang bennakna antara kemandirian dengan prestasi belajar siswa program percepatan belajar (r = 0,749 dengan nilai signifikansi 0,000 (p < 0,05)). 2). Ada hubungan yang bermakna antara kemandirian dengan prestasi belajar siswa program reguler (r = 0,528 dengan nilai signitikansi 0,001 (p < 0,05)). 3). Ada hubungan yang bermakna antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa program percepatan belajar (r = 0,873 dengan nilai signifikansi 0,000 (p < 0,05)). 4). Ada hubungan yang bermakna antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa program reguler (r = 0,776 dengan nilai signiiikansi 0,000 (p < 0,05)) 5). Ada peranan yang bermakna dari kemandirian dan kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa program percepatan belajar (F = 54,619 dengan nilai signifikansi 0,000 (p < 0,05)). Penelitian ini menemukan bahwa variabel kemandirian dan kecerdasan emosional secara bersama-sama memiliki peranan sebesar 79,6% terhadap prestasi belajar siswa program percepatan belajar. 6). Ada peranan yang bennakna dan kemandirian dan kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa program reguler (F = 24,754 dengan nilai signifikansi 0,000 (p < 0,05)). Penelitian ini menemukan bahwa variabel kemandirian dan kecerdasan emosional secara bersama-sama memiliki peranan sebesar 61,5% terhadap prestasi belajar siswa program reguler. Tetapi secara sendiri-sendiri hanya variabel kecerdasan emosional yang memiliki peranan yang bermakna terhadap prestasi belajar siswa program reguler 7). Ada perbedaan kemandirian yang bermakna pada siswa program percepatan belajar dan program reguler (t = 2,363 dengan nilai signiikansi 0,021 (p < 0,05)). Selain itu juga dapat disimpulkan bahwa siswa program percepatan bela§ar oenderung lebih mandiri dibandingkan dengan siswa program reguler. Saran bagi guru, yaitu hendaknya guru memasukkan aspek-aspek kemandirian dan kecerdasan emosional di dalam pengajaran, menciptakan kondisi belajar yang kondusif untuk berkembangnya kemandirian dan keoerdasan emosional siswa. Guru diharapkan dapat menjadi model yang mandiri. Perlu adanya pelatihan-pelatihan khusus bagi guru tentang bagaimana meningkatkan kemandinan dan keoerdasan emosionai guru dan siswa. Saran bagi orang tua, yaitu diharapkan menerapkan pola asuh demokratis, memiliki hubungan yang kuat dengan anak, menghargai perasaan anak dan tidak terlalu membebaskan anak untuk mengungkapkan perasaannya. Saran bagi masyarakat yaitu masyarakat diharapkan mengembangkan lingkungan sosial dan nilai-nilai budaya masyarakat yang dapat mengembangkan kemandirian dan keoerdasan emosional wanganya. Saran bagi peneliti seianjutnya yaitu hendaknya menelili siswa keias satu atau dua program percepatan belajar dan program reguler. Peneliti selanjutnya perlu melakukan uji validitas ekstemal dengan menemukan hubungan alat ukur di dalam penelitian ini, yaitu Skala Kemandirian dan Skala Kecerdasan Emosionai, dengan alat ukur lainnya. Akhirnya sebagai penutup perlu ditekankan bahwa hasil penelitian ini menunjukkan adanya peranan yang bermakna dari kemandirian dan kecerdasan emosionai terhadap prestasi belajar pada siswa program percepatan belajar dan program reguler. Maka dengan usaha meningkatkan kémandinan dan kecerdasan emosional siswa, baik dalam pendidikannya maupun bimbingan di sekolah, prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan. Program percepatan belajar merupakan Salah satu bentuk layanan pendidikan yang demokratis bagi siswa berbakat. Pada saat ini, program percepatan belajar yang diselenggarakan dalam kelas khusus mempakan layanan pendidikan siswa berbakat yang paling mungkin dilaksanakan di Indonesia, meskipun dengan segala keterbatasannya. Program percepatan belajar yang diselenggarakan dalam kelas khusus mempakan Iayanan pendidikan siswa berbakat yang masih memungkinkan siswa berbakat untuk berinteraksi bertumbuh, dan berkembang bersama-sama teman sebayanya baik teman sebaya yang berbakat maupun iidak berbakat. Kondisi tersebut dapat meminimalkan segala kelemahan-kelemahan dari program percepatan belajar."
Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T38485
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini bertolak dari adanya kesenjangan antara kemajuan yang pesat di era globalisasi dengan pengembangan sumher daya manusia di Indonesia, karena pendidikan formal di sekolah tidak dapat mengejar kemajuan ilmu pengetahuan dan teknnlogi yang demikian cepatnya. Oleh karena itu, peran Kelompok ilmiah Remaja
(KIR), sebagai kegiatan ekstrakudkuler diperlukan untuk mengisi kekurangan materi pelajaran yang diterima siswa di kelas. Di samping itu KIR juga memiliki peran terhadap peningkatan prestasi belajar siswa, karena KIR memiliki tiga bidang kajian
dalam kegiatannya, yaitu bidang matematika dan ilmu pengetahuan alam (MIPA),
ilmu pengetahuan sosial (IPS), dan aplikasi teknologi (Aptek). Melihat pentingnya manfaat partisipasi siswa dalam kegiatan KIR, membuat pengkajian tentang peran
partisipasi siswa dalam KIR terhadap prestasi belajar menjadi perlu.
Penelitian ini untuk mengkaji beberapa faktor psikologis yang dianggap
memberi sumbangan terhadap prestasi belajar. Dari beberapa faktor psikologis yang perlu mendapat perhalian adalah inteligensi dan motivasi berprestasi. Inteligcnsi penting diteliti karena adanya angggapan bahwa siswa yang berpanisipasi dalam KIR
adalah siswa-siswa yang memiliki prestasi yang baik di kelasnya dan memiliki inteligensi yang tinggi. Adapun motivasi berprestasi juga dianggap panting karena melalulkegiatan KIR siswa memperoleh kegiatan yang positif dan bermanfaat bagi pengembangan dirinya. Pengalaman dan hasil yang mereka peroleh dalam kegiatan
tersebut akan internalisasikan dalam dirinya, yang pada akhirnya ditujukan untuk mencapai prestasi yang baik. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk meneliti
sumbangan inteligcnsi, motivasi berprestasi dan partisipasi siswa dalam KIR terhadap prestasi belajar siswa remaja.
Penelitian dilakukan terhadap siswa kelas l dan II SMUN di wilayah Jakarta Timur yang berpartisipasi dalam kegiatan KIR Sampel berjumlah 83 omng yang diperoleh dengan teknik accidental sampling. Data tentang kemampuan tes inteligensi
diperoleh dari hasil tes Standard progresive Marrics (SPM). Adapun data tentang motivasi berprestasi dan partisipasi siswa dalam KIR diperoleh dari kuesioner motivasi bcrprcstasi dan partisipasi siswa dalam KIR. Sedangkan data tentang prestasi
belajar siswa diperoleh dari nilai rata-rata evaluasi hasil belajar (EI-IB) cawu II.
Analisis data dilakukan dengan memanfaatkan program Statistic Package for Social Science (SPSS).
Penelitian ini menunjukkan bahwa inteiigensi memberikan sumbangan yang
signihkan terhadap prestasi belajar. Adapun motivasi berprestasi dan partisipasi siswa dalam KIR tidak memberikan sumbangan signifikan terhadap prestasi belajar, baik pada saat dihitung sendiri maupun bersama-sama.
Walaupun tidak ditemukan sumbangan yang signifikan dari motivasi
berprestasi dan partisipasi siswa terhadap prestasi belajar, namun ditemukan hubungan yang positif antara motivasi berprestasi dan partisipasi siswadalam KIR.
Motivasi berprestasi ini pada gilirannya memberikan sumbangan terhadap prestasi belajar Oleh karena itu, peneliti menyarankan agar kegiatan KIR dikelola secara
optimal, sehingga dapat digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan mengembangkan motivasi berprestasi para siswa remaja.
Untuk penelitian lebih lanjut disarankan melakukan pengontrolan terhadap aspek sekolah (guna metode, sarana sekolah) agar hasil penelitian dapat digeneralisir
secara lebih luas Di samping itu, untuk mendapatkan hasil yang layak untuk keperluan generalisasi hendaknya penelitian juga dilakukan di beberapa SMUN di berbagai wilayah Jakarta."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
T38348
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
S6825
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suharti
"Siswa berbakat intelektual merupakan sumber daya manusia berkualitas yang potensial dan tidak boleh disia - siakan. Mereka harus diberi perhatian dan pelayanan khusus. Di Indonesia pemerintah telah mencoba suatu bentuk sekolah yang dapat menampung anak yang cerdas dan berprestasi unggul pada suatu sekolah unggulan.
Tujuan SMU Unggulan adalah menghimpun peserta didik yang memiliki bakat khusus, kemampuan dan kecerdasan tinggi di seluruh wilayah DKI Jakarta untuk dikembangkan secara optimal, serta untuk dijadikan pusat keunggulan sehingga dapat memberikan resonansi kompetitif dan motivasi bagi SMU lainnya di Jakarta. Kriteria untuk anak yang berprestasi unggul agar dapat masuk ke SMU Unggulan pada saat ini adalah Nilai Ebtanas Murni (NEM). Mereka yang merniliki NEM tinggi dapat masuk ke sekolah unggulan.
Berdasarkan hasil pengetesan tingkat kecerdasan dan kreativitas ditemukan anak - anak di sekolah unggul ini cukup banyak yang memiliki IQ yang tergolong superior dan very superior serta kreativitas pada taraf rata - rata. Suatu penelitian yang melibatkan 308 siswa SMU Unggulan 8 diperoleh 240 siswa yang memiliki IQ pada taraf very superior sementara kreativitas lebih banyak berkisar pada taraf rata - rata. Hal ini mengindikasikan bahwa di sekolah unggulan, besar kemungkinan siswa - siswanya tergolong berbakat intelektual karena siswa yang tergolong berbakat intelektual haruslah memiliki IQ 130 ke atas atau very superior (Utami Munandar, 1982). Akan tetapi kemampuan intelektual yang tinggi ini belum didukung oleh tingkat kreativitas yang tinggi pula.
Sedangkan untuk dapat berhasil dalam pendidikan, banyak faktor yang mempengaruhi. Selain inteligensi, bakat, minat, motivasi, kepribadian dan faktor - faktor di luar diri siswa seperti lingkungan keluarga, sekolah dan guru turut mempengaruhi. Dalam penelitiannya, Tini Setiawati (1996) menemukan adanya hubungan yangsignifikan antara inteligensi, kreativitas, dan motivasi berprestasi dengan prestasi belajar siswa SMU Unggulan 8 Jakarta. Selain itu kreativitas secara sendiri juga memiliki hubungan yang signifikan dengan prestasi belajar. Dengan demikian kreativitas menjadi suatu unsur yang berpengaruh pada prestasi.
Kreativitas meliputi dua ciri yaitu ciri aptitude dan non aptitude. Ciri yang pertama berhubungan dengan kognisi sepertl kelancaran, keluwesan dan keaslian dalam pemikiran sedangkan ciri kedua berkaitan dengan sikap dan perasaan ingin tahu, senang mengajukan pertanyaan, selalu ingin mencari pengalaman baru, imajinatif, serta termasuk di dalamnya motivasi untuk berprestasi. Ciri yang pertama disebut kreativitas segi kognitif sedangkan ciri yang kedua disebut kreativitas segi afektif. Kedua - duanya diperlukan untuk terwujudnya kreativitas seseorang. (Utami Munandar, 1995).
Dalam kaitannya dengan prestasi belajar, siswa berbakat intelektual yang memiliki inteligensi yang tinggi diharapkan dapat berprestasi tinggi akan tetapi tidak sedikit mereka yang berprestasi rendah. Oleh karena itu peneliti ingin melihat bagaimana halnya dengan kreativitas mereka karena kreativitas dapat juga dijadikan prediktor prestasi belajar siswa. Dari hasil penelitian Utami Munandar (1977) ditemukan adanya hubungan antara kreativitas dengan prestasi belajar (0,611 untuk SD dan 0,63 untuk SMP). Selain itu penelitian Tini Setiawati (1996) juga menemukan adanya hubungan yang bermakna antara kreativitas dengan prestasi belajar siswa.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti akan melihat hubungan antara kreativitas dengan prestasi belajar pada siswa SMU Unggulan 13 dan SMU Unggulan 8, dengan memasukkan kreativitas baik segi kognitif maupun segi afektif. Selain itu akan diperoleh juga besarnya sumbangan variabel kreativitas pada prestasi belajar siswa. Dan juga akan didapat gambaran potensi siswa berbakat intelektual berdasarkan kreativitasnya.
Penelitian ini melibatkan 31 siswa kelas II dan kepada mereka telah diberikan tes TIKI-T, TKV, dan Skala Sikap Kreatif sedangkan prestasi belajar diperoleh dari nilai UUB. Ternyata hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kreativitas segi kognitif, kreativitas segi afektif dengan prestasi belajar secara bersama maupun sendiri. Kedua variabel kreativitas tersebut memberikan sumbangan sebesar 4,95 % terhadap prestasi belajar. Oleh karena itu perlu ada penelitian lebih lanjut mengenai besarnya sumbangan varibel Iain yang juga berpengaruh pada prestasi belajar. Selain itu perlu ada penelitian tentang sistem pendidikan termasuk di dalamnya kurikulum, sistem belajar mengajar, sistem evaluasi (UUB) apakah semuanya telah memperhatikan aspek - aspek kreatif."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
S2471
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rose Mini Adi Prianto
"Pemerintah menyadari pentingnya kebutuhan pendidikan bagi rakyatnya agar siap menghadapi tantangan dalam era globalisasi yang tengah melanda dunia. Pendidikan dirasakan sangat penting untuk mengembangkan potensi seseorang. Tujuan pendidikan pada hakikatnya adalah mengusahakan suatu lingkungan dimana setiap anak didik diberi kesempatan untuk mewujudkan bakat dan kemampuannya secara optimal, sehingga ia dapat mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya, baik sesuai dengan kebutuhannya maupun kebutuhan masyarakatnya (Utami Munandar, 1990). Oleh karena itu, pemerintah menekankan pentingnya pendidikan bagi seluruh rakyat Indonesia agar tercipta manusia Indonesia yang cerdas, kreatif dan berprestasi di berbagai bidang.
Hal ini tidak hanya berlaku untuk anak yang normal saja tetapi juga berlaku bagi anak-anak yang mengalami cacat maupun anak-anak dengan kemampuan dan kecerdasan yang luar biasa. Selama ini pemerintah telah mengusahakan berbagai pendidikan dan pelatihan ketrampilan bagi anak-anak cacat agar bisa maju dan berkembang. Dengan mengusahakan berbagai sarana dan alat bantu yang dibutuhkan. Namun bagi anak-anak dengan kemampuan yang unggul belum dapat mengembangkan potensinya dalam suatu sekolah khusus karena pemerintah selama ini hanya menyediakan sekolah-sekolah umum, sehingga anak-anak dengan kemampuan unggul berkembang bersama anak-anak normal. Anak-anak yang tergolong cerdas dan berbakat menjadi kurang dapat mencapai prestasi yang seharusnya ditampilkan karena rangsangan yang kurang sesuai. Sedangkan mereka memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan sesuai bakat dan minatnya.
Sistem pendidikan di Indonesia pada dasarnya juga mendukung perlunya perhatian khusus bagi anak-anak yang mempunyai kemampuan dan kecerdasan luar biasa. Hal ini telah dikemukakan dalam GBHN tahun 1993 dan Pasal 8 ayat 2 UU Pendidikan No. 11 tahun 1989.
Secara implisit hal-hal tersebut mengisyaratkan perlunya menyelenggarakan sekolah unggul sebagai salah satu alternatif untuk melayani anak-anak yang berbakat unggul, atau disebut juga anak-anak dengan kemampuan dan kecerdasan luar biasa.
Secara khusus, sekolah unggul bertujuan menghasilkan keluaran pendidikan yang memiliki keunggulan dalam hal-hal sebagai betikut, yaitu (a) keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa; (b) nasionalisme dan patriotisme yang tinggi; (c) wawasan IPTEK yang mendalam dan luas; (d) motivasi dan komitmen yang tinggi. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>