Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 136670 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Maury Wijaya
"Latar belakang : Tindakan diversi fekal sclama kurun waktu tertentu dapat menyebabkan hilangnya kekuatan dan kontraktilitas otot polos usus scrta atrofi villi mukosa usus segmen distal, yang secara makroskopis tampak scbagai perbedaan diameter
antara puntung proksimal dengan puntung distal.
Akhirnya, stoma tidak dapat dianastomosis langsung namun memerlukan prosedur Santulli terlebih dahulu, kemudian
penutupan stoma. Untuk mencegah morbiditas ini, anastomosis stoma harus sudah dilakukan sebelum puntung distal mengecil.
Tujuan : Untuk mengetahui rentang waktu rata-rata antara diversi fekal dan anastomosis secara langsung, antara diversi fekal dan prosedur Santulli, scrta antara prosedur Santulli dan penutupan Santulli.
Subyek & Cara Kerja : Subyek dari studi Kohort retrospektif ini adalah scmua pasien atresia ani dengan data rekam medis yang lengkap, yang telah dilakukan diversi fekal pada usia < 13 tahun dan sudah menjalani operasi PSARP, yang dirawat untuk dilakukan
operasi penutupan stoma di RSUPN-CM, antara bulan Juni 2006 dan bulan Pebruari 2010.
Hasil : Didapatkan 50 pasien, terdiri dari 25 laki-laki (8 anastomosis langsung; 17
Santulli) dan 25 perempuan (21 anastomosis langsung, 4 Santulli). Jenis atresia ani
dengan : fistel rektovestibuler (36%); fistel rektouretra (24%); tanpa fistel (18%); fistel
rektoperineal (10%); fistel rektovesika dan anus anterior (masing-masing 4%); scrta fistel
rektovagina dan kloaka (masing-masing 2%). Rentang waktu antara diversi fekal -
anastomosis langsung : rata-rata 427 (SD 213) hari, median 358 hari; antara diversi fekal
- prosedur Santulli: median 1267 (minimum 335, maksimum 6848) hari. Hasil uji
statistik non parametrik '2-independent samples' dengan Mann Whitney nilai p < 0.05.
Rentang waktu antara prosedur Santulli - penutupan Santulli: rata-rata 245 (SD 112)
hari.
Kesimpulan : Rentang waktu rata-rata antara diversi fekal - anastomosis langsung
dengan diversi fekal - proscdur Santulli berbeda Sebaiknya operasi penutupan stoma telah dilakukan sebelum waktu minimum perbedaan diameter puntung terjadi"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
T59001
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Bintang Abadi
"Keberhasilan penanganan pasien-pasien emergensi ke rumah sakit berkaitan erat dengan "waktu penanganan" yaitu waktu antara kedatangan pasien dengan waktu tindakan yang seharusnya dilakukan, dalam hal ini tindakan pembedahan. Makin lama waktu respon penanganan akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas yang akan dialami pasien tersebut di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo (UGD RSCM) yang khusus menangani pasien-pasien gawat darurat/emergensi telah ditetapkan stiatu indikator kinerja sebagai acuan keberhasilan penanganan yaitu dengan dibedakannya kasus Sangat Gawat Darurat (SGD) dan kasus Gawat Darurat (GD). Kasus Sangat Gawat Darurat adalah kondisi pasien yang rnembutuhkan tindakan pembedahan secepatnya karena adanya ancaman kehilangan nyawa. Hal ini dihubungkan dengan adanya gangguan jalan nafas, kemampuan bernafas atau gangguan sirkulasi. Sedangkan kasus Gawat Darurat adalah kondisi pasien yang memerlukan tindakan pembedahan dalam waktu 8 jam pertama (misalnya : hernia strangulata, apendisitis, trauma pembuluh darah, trombosis pembuluh darah). Dalam hal keterlambatan penanganan akan meningkatkan morbiditas yang pada akhirnya akan meningkatkan mortalitas.
Sejak saat kedatangan di UGD, pasien pada umumnya harus melewati beberapa pemeriksaan, diantaranya anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, tindakan-tindakan prabedah. Selain itu juga dilakukan konsultasi antar departemen jika diperlukan dan persetujuan pasien atau keluarganya atas tindakan pembedahan yang akan dilakukan. Bila pasien yang datang disebabkan trauma akan dilakukan Primary Survey dengan segala penanganannya dan dilanjutkan dengan Secoudary survey.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui lamanya waktu penanganan prabedah pada pasien-pasien kasus SGD dan GD UGD RSCM yang akan dilakukan pembedahan beserta faktor-faktor 1 alasan yang mempengaruhinya.
Parameter yang digunakan adalah waktu yang dilalui pasien sejak kedatangan sampai dilakukan tindakan bedah dikaitkan dengan waktu yang diperlukan untuk pemeriksaan-pemeriksaan dan tindakan-tindakan prabedah lainnya (persiapan prabedah)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Rosman Roesli
"ABSTRAK
Unit Gawat Darurat (UGD) adalah bagian dan rawat jalan yang merupakan juga bagian layanan terdepan rumah sakit karena kegiatannya berlangsung selama 24 jam, sehingga merupakan unit yang paling banyak dikunjungi pasien. Kunjungan ke UGD pada setiap rumah sakit cenderung terus meningkat. Pada rumah sakit Bhakti Yudha Depok, pasien pengunjung UGD pada tahun 1995 mencapai 40--60 pasien perhari. Akibatnya, pada waktu-waktu tertentu ada pasien yang tidak tertampung di bagian itu atau pasien yang terlambat mendapatkan pengobatan. Keadaan itu terjadi karena pasien UGD heterogen dan banyaknya kasus non-emergensi yang datang dibandingkan dengan kasus emergensi.
Penelitian ini bertujuan memperoleh informasi mengenai distribusi kunjungan pasien dan ciri-ciri pasien dalam hubungannya dengan waktu kedatangannya di UGD.
Ciri-ciri pasien yang diteliti meliputi variabel pasien emergensi dan non-emergensi, termasuk umur, jenis kelamin, pendidikan, status pekerjaan, jenis pekerjaan, sumber biaya, asal rujukan, tempat tinggal, lama perjalanan, dan penyebab sakit.
Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental dilakukan secara cross sectional dengan metode studi deskriptif Dari hasil penelitian didapatkan pola kunjungan pasien UGD, yaitu pengunjung mulai meningkat antara pukul 07.00--09.00 dan mencapai puncaknya pada sore hari pukul 17.00. Fluktuasi pola kunjungan disebabkan oleh adanya pasien non-emergensi, yang dipengaruhi oleh penyebab sakit (traumalnontraum) dan umur.
Terjadinya kelebihan pengunjung (overload) pada kunjungan pasien karena terlalu dimanfaatkannya (over utilized) pada pergantian (shift) sore hari. Saran yang diajukan, terutama ialah agar mengatasi kelebihan pengunjung. Jumlah tenaga kesehatan pergantian sore menjadi lima orang perawat, membuka poliklinik umum pada pergantian sore, pasien tidak gawat tidak darurat agar dikembalikan ke poliklinik bedah, serta diadakan pendidikan atau pelatihan penanggulangan penderita gavial bagi perawat yang belum mendapatkannya.
Daftar bacaan ;43 (1963 -- 1996)
ix + 89 halaman: 43 Label, 10 gambar, 1 lampiran

ASBTRACT
The Connection Between Patients Characteristics and Time of Arrival at Emergency Ward Bhakti Yudha Hospital DepokEmergency ward is an important component of outpatient unit which operate 24 hours a day. Consequently emergency ward is the most frequently visited by patient. Visitors to emergency ward tend to increase over time. At Bhakti Yudha Hospital the are 40 -- 60 visits every day, therefore emergency ward faces a heavy burden to provide good quality service, due to large number of patients.
This situation happened because the patients at emergency ward heterogen, including those many non emergency cases utilizing the unit. The objective of this research is to explore the relationship between patients characteristics and the time of arrival at the emergency ward The characteristics which were observed include age, sex, education, job, job characteristics, source of finance, address, referral, travel time, and cause of sickness. The result shows that the visits reach its peak in the morning time at 7 am to 9 am and at 5 pm. The fluctuation of visits is influenced by non emergency patients which depends on cause of sickness such as traumatic or non traumatic and by the age of the patient. Overload happened because over utilization in the evening shift It is recommended to add 5 nurse to the evening shift, open the general practice on evening shift, refer non emergency patients to surgery clinic and increase nurses skill to overcome emergency cases.
References : 43 (1963-1996)
ix + 89 pages : 43 tables, 10 pictures, 1 enclosure
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1996
T9281
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lies Zakaria
"Due to the rapid development in hospital industry recently, caused by risen public conciousness for better health care service and demand for high quality services at reasonable cost, it is required that hospital administrators should be able to manage the available resources efficiently and effectively. Human resources, espesially nurse is the most important aspect and play the biggest role in deciding smoothness in hospital operational and service quality. Appropriateness between amount, nurse qualification and working burden is one of an important aspects to achieve harmonic equilibrium between quality and service cost.

Sehubungan dengan pesatnya perkembangan perumahsakitan yang terjadi akhir akhir ini, sebagai akibat dari meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan dan permintaan akan pelayanan yang bermutu dengan biaya yang Iayak, maka kini administrator rumah sakit dituntut untuk terampil dalam mengelola sumber daya yang tersedia secara efisien dan efektif. Sumber daya manusia, khususnya perawat merupakan faktor yang paling besar jumlahnya dan berperan penting dalam menentukan kelancaran operasional dan kualitas pelayanan rumah sakit. Adanya ketepatan antara jumlah, kualifikasi perawat dan beban kerjanya, merupakan salah satu aspek utama untuk terciptanya keseimbangan yang harmonis antara mutu dan biaya pelayanan."
Depok: Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sidauruk, Murni
"Telah dilaporkan pola pasien bedah anak di IGD RSCM, distribusi jenis kelamin dan usianya, distribusi jenis tindakannya, distribusi waktu pre-operasi, dan distribusi kematian tahun 2009. Pada trauma tumpul abdomen tahun 2009 seluruhnya dilakukan terapi operatif.
Distribusi kematian tahun 2009 adalah 11 kematian dari 136 pasten (8,08%) kematian tertinggi pada atresia ileum sebesar 1 kematian dari 4 pasien (25%).

It has been reported that the pattern of pediatric surgery patients in the emergency room of RSCM, the distribution of sex and age, the distribution of the type of treatment, the distribution of pre-operative time, and the distribution of deaths in 2009 have been reported. In the blunt abdominal trauma in 2009, all surgical therapy was carried out. The distribution of deaths in 2009 was 11 deaths from 136 pasteurs (8.08%), the highest mortality was in ileal atresia of 1 death from 4 patients (25%)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Firmansyah
Depok: Universitas Indonesia, 1991
S28107
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cekli Wahyuwidowati
"ABSTRAK
Latar belakang : Kunjungan dan angka mortalitas pasien di Instalasi Gawat Darurat (IGD) semakin meningkat dengan kondisi penyakit yang bervariasi, sehingga deteksi yang cepat dan tepat pada pasien dengan risiko mortalitas tinggi sangat penting. Skor Hypotension, Oxygen Saturation, Low Temperature, ECG Changes, and Loss of Independence (HOTEL) sangat baik dan penting untuk diterapkan pada pasien gawat darurat karena menggunakan variabel-variabel yang mudah dan cepat diperoleh. Namun demikian skor tersebut belum divalidasi di Indonesia.
Tujuan : untuk menilai performa skor HOTEL dalam memprediksi mortalitas 24 jam pasien non bedah di IGD Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).
Metode: Penelitian ini merupakan studi kohort retrospektif. Subjek penelitian adalah pasien non bedah yang masuk ke IGD RSCM pada bulan Oktober hingga November 2012. Variabel bebas yang dinilai adalah tekanan darah sistolik, saturasi oksigen perifer, suhu tubuh, perubahan elektrokardiogram (EKG), dan kemampuan berdiri tanpa bantuan. Luaran yang dinilai adalah mortalitas dalam 24 jam setelah masuk IGD. Performa kalibrasi dinilai dengan uji Hosmer-Lemeshow. Performa diskriminasi dinilai dengan area under the curve (AUC).
Hasil: Terdapat 815 pasien non bedah yang datang ke IGD RSCM selama bulan Oktober hingga November 2012. Sebanyak 804 (98,7%) subjek memenuhi kriteria inklusi dengan mortalitas 24 jam sebesar 30 (3,7%) subjek. Performa kalibrasi HOTEL dengan uji Hosmer-Lemeshow menunjukkan p = 0,753. Performa diskriminasi ditunjukkan dengan nilai AUC 0,86 (IK 95% 0,781; 0,931).
Simpulan: Skor HOTEL memiliki performa kalibrasi dan diskriminasi yang baik dalam memprediksi mortalitas 24 jam pada pasien non bedah yang masuk ke IGD RSCM.

ABSTRACT
Background: The number of visit and mortality rate of emergency patients at Emergency Department (ED) have been increasing from time to time. Those patients have wide spectrum conditions. Appropriate identification of the patients with high mortality risk is crucial. The Hypotension, Oxygen Saturation, Low Temperature, ECG changes, and Loss of Independence (HOTEL) score is easy and important to be applied in the ED, however, the score has not been validated in Indonesia.
Objective: to evaluate performance of HOTEL score in predicting the 24-hour mortality non-surgical patients in ED of Sakit Cipto Mangunkusumo hospital.
Method: This was a retrospective cohort study. The research subjects were the non-surgical patients who admitted to ED of RSCM between October-November 2012. We collected systolic blood pressure, peripheral oxygen saturation, body temperature, ECG changes, and loss of independence. Those data were evaluated based on the HOTEL scoring system. The outcome were evaluated in 24- hour after admission (alive or dead). The calibration was evaluated with the Hosmer-Lemeshow test. The discrimination performance was evaluated with area under the curve (AUC).
Results: There were 815 non-surgical patients admitted to the ED between October until November 2012. There were 804 (98,7%) subjects included. The 24-hour mortality rate was 30 subjects (3,7%). The calibration performance with the Hosmer-Lemeshow test showed p = 0,753. The discrimination performance was shown with the AUC score 0,86 (95% CI 0.781; 0.931).
Conclusion: The HOTEL score has a good calibration and discrimination performance in predicting the 24-hour mortality of the non-surgical patients in ED of Cipto Mangunkusumo hospital.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christoffel, Louis Martin
"Latar Belakang. Penilaian derajat kesadaran penting dilakukan pada pasien di Unit Gawat Darurat untuk memperkirakan prognosis. Banyak sistem penilaian dipakai untuk mengevaluasi pasien, masing-masing dengan kelebihan dan kekurangannya. Sistem penilaian yang baru, yaitu Full Outline of Unresponsiveness (FOUR )Score, dapat digunakan menilai derajat kesadaran dan memprediksi prognosis pasien. FOUR Score dapat memberikan data neurologis yang lebih detail dan dapat digunakan pada pasien yang terintubasi. Belum ada penelitian yang menilai validitas FOUR Score sebagai prediktor outcome pada pasien dengan penurunan kesadaran di IGD RSCM sebelumnya.
Metode. Penelitian kohort prospektif observasional pada pasien dengan penurunan kesadaran yang dirawat di IGD RSCM. Evaluasi FOUR Score dilakukan terhadap 120 pasien baru yang dirawat di IGD RSCM. Outcome pasien dicatat setelah perawatan 72 jam. Analisis bivariat digunakan untuk menentukan hubungan FOUR Score terhadap outcome. Analisis regresi logistik untuk menentukan hubungan komponen FOUR Score terhadap outcome. Nilai area di bawah kurva (AUC) digunakan untuk sebagai uji dsikriminasi FOUR Score terhadap outcome.
Hasil. Terdapat hubungan yang bermakna antara nilai FOUR Score dengan outcome (p <0,001). Komponen respon membuka mata (FOUR-E) dan pola respirasi (FOUR-R) adalah komponen yang mempunyai nilai prediksi terhadap outcome. AUC FOUR Score adalah 0,864 (95% IK 0,784-0,928). Uji kesesuaian antarpenilai antara dokter dan perawat menunjukkan kesesuaian yang sangat baik dengan κ = 0,836 (95% IK 0,786- 0,894), p <0,001.

Background. Asssessment of conciousness is important in patients in emergency room to estimate prognosis. Many scoring systems used to evaluate patients? level of conciousness, each with their advantages and disadvantages Full Outline of Unresponsiveness (FOUR) Score is a new system to assess patients?s level of conciousness and future prognosis. FOUR Score can provide a detailed neurological data and can be used in patients who are intubated. There have never been done a research on validity of FOUR Score as a predictor of outcome in RSCM?s ER before.
Method. Observational, prospective cohort study in patients with decreased of conciousness treated in the RSCM?s ER. FOUR Score?s evaluation conducted on 120 new patients. Patient?s outcome was recorded after 72 hours of treatment, and classified as dead or alive. Bivariate analysis conducted to determine the relation between FOUR Score and outcome. Logistic regression analysis was performed to determine the relation between components of the FOUR Score and the outcome, and the value of area under the curve (AUC) of the FOUR Score to outcome was determined to measure discrimination of FOUR Score.
Results. There is a significant correlation statistically between the value of the FOUR Score with the outcome (p <0.001). From all the components had been measured, the eye response (FOUR-E) and respiratory pattern (FOUR-R) had predictive value related to the outcome. AUC of the FOUR Score is 0,864 (95% CI 0,784-0,928). Inter-rater agreement between doctor and nurse shows a very good strength of agreement wtith κ = 0,836 (95% CI 0,786- 0,894), p <0,001.
Conclusion. FOUR Score can accurately predict the outcome of patients with decreased of consciousness in the RSCM's ER after 72 hours of treatment.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Rachmaniyah Fauziah
"TUJUAN: Mengetahui prevalensi serta karakteristik yang berhubungan dengan DDP, termasuk kasus POP, IU dan IF di poliklinik rawat jalan RSCM.
LATAR BELAKANG: Disfungsi dasar panggul DDP termasuk prolaps organ panggul POP. inkontinensia urin IU dan inkontinensia fekal IF. Prolaps organ panggul prevalensinya semakin meningkat seiring dengan usia. Perubahan pada demografi populasi dunia akan menghasilkan pula dampak yang lebih besar pada perempuan, yang akan meningkatkan kelainan ginekologi salah satunya adalah terhadap permintaan pelayanan kesehatan terkait DDP. Diperkirakan peningkatan jumlah permintaan akan pelayanan DDP pada 30 tahun mendatang akan meningkat sebanyak dua kali lipat dari populasi. Rasa malu dan tidak nyaman pada saat pemeriksaan dasar panggul merupakan batasan yang signifikan bagi perempuan yang datang ke poliklinik.
DESAIN DAN METODE: Penelitian ini merupakan suatu studi potong lintang, dengan populasi terjangkau yang dipilih secara konsekutif, berlangsung pada bulan Januari hingga April 2016 di poliklinik rawat jalan ginekologi, uroginekologi dan endokrinologi RSCM. Data diambil dari subjek penelitian menggunakan form penelitian serta dilakukan pemeriksaan dasar panggul menggunakan formulir POP-Q.
HASIL: Sebanyak total 197 subjek, didapatkan prevalensi pasien DDP di poliklinik rawat jalan RSCM sebesar 33. Prevalensi kasus POP adalah 26,4. kasus IU sebesar 15,3 serta kasus IF sebesar 2,5. Dilakukan uji Chi square untuk menilai hubungan antara masing-masing karakteristik dengan kejadian DDP didapatkan kelompok usia. 60 tahun sebanyak 69 kali berisiko terjadinya DDP dan 14 kali pada kelompok usia 40-56 tahun; sebanyak 76 kali risiko terjadinya DDP pada kelompok multiparitas dan 14,2 kali pada primiparitas. Kelompok perempuan dengan persalinan pervaginam mempunyai risiko sebanyak 1,9 kali terjadinya DDP. Kelompok postmenopause mempunyai risiko terjadinya DDP sebesar 18 kali. Faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian DDP ddidapatkan terbesar adalah usia diikuti oleh paritas, suku, cara persalinan dan menopause.
KESIMPULAN: Disfungsi dasar panggul mempunyai pengaruh cukup besar terhadap perempuan dan meningkat dengan usia, paritas serta penuaan.

AIM: To determine the prevalence and characteristics related to pelvic floor dysfunction PFD. including pelvic organ prolapse POP. urinary incontinence UI. and fecal incontinence FI in RSCM outpatient clinic.
BACKGROUND: Pelvic floor dysfunction including pelvic organ prolapse, urinary incontinence and fecal incontinence. Prevalence of pelvic organ prolapse increasing with age. Changes in the demographics of the world population will generate. greater impact on women, which will increase gynecological disorders which will impact the services demand related to PFD. It is estimated that demand of DDP services in the next 30 years will increased as much as twice of the population. The embarrassment and discomfort during the pelvic floor examination is. significant limitation for those who come to the clinic.
DESIGN AND METHODOLOGY: Cross sectional study was conducted in the RSCM outpatient clinic, patients selected using consecutively sampling lasted from January until April 2016 at the gynecology, endocrinology and uroginekologi RSCM outpatient clinic. Data were taken from the study subjects using research form and pelvic floor examination using POP. form.
RESULTS: total of 197 subjects obtained in this study, the prevalence of patients with PFD found 33. The prevalence of POP was 26.4 UI case of 15.3 and the case of FI of 2.5. Chi square test performed to assess the relation between individual characteristics and PFD, found women aged 60 years and aged 40 59 years have probability 69 and 14 times respectively to developed PFD.The probability of developing PFD are 76 and 14,2 times in multiparity and primiparity. Woman with vaginal delivery had. change to developed PFD 1,9 times. Postmenopausal woman had. probability 18 times developing PFD. Strongest risk factor in PFD are age parity, race, mode of delivery and postmenopausal women.
CONCLUSION: Pelvic floor disorder affect. substantial of women and increases with age, parity and aging.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>