Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 227731 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Rajagukguk, Wilson
"Studi tentang perilaku pemakaian kontrasepsi antara lain meliputi studi pemakaian (use), pemilihan (choice), penggantian (switching), ketidaklangsungan (discontinuation) dan kegagalan (failure). Studi ini memiliki sumber data yang kaya. Di Indonesia, salah satu sumber data untuk studi ini adalah hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI). Dalam SDKI sejarah pemakaian alat kontrasepsi dalam lima tahun sebelum survei dicatat. Data sejenis ini disebut data kalender.
Studi tentang perilaku pemakaian kontrasepsi penting dalam upaya peningkatan dan perbaikan pelayanan kontrasepsi. Secara khusus, studi tentang penggantian metode kontrasepsi (contraceptive switching) penting untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan penggantian metode serta siapa yang mempunyai risiko paling tinggi untuk mengganti, Pengetahuan tentang hal ini penting untuk intervensi program khususnya dalam upaya pengendalian angka kelahiran melalui pencegahan kehamilan yang tidak direncanakan. Kehamilan yang tidak direncanakan dapat terjadi setelah menghentikan pemakaian suatu metode kontrasepsi.
Oleh karena itu, dalam tesis ini dilakukan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penggantian metode kontrasepsi. Sumber data yang digunakan adalah hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 1994. Karena variabel respon bersifat biner (y=1 jika ganti metode kontrasepsi dan y=4 jika tidak ganti metode kontrasepsi) maka untuk analisis digunakan model regresi logistik biner. Variabel bebas dalam analisis adalah faktor-faktor sosial, ekonomi, demografi dan faktor-faktor yang berhubungan dengan alat kontrasepsi.
Hasil analisis menunjukkan bahwa secara statistik ada pengaruh yang signifikan dari masing-masing faktor sosial, ekonomi, demografi dan faktor yang berhubungan dengan metode kontrasepsi. Analisis deskriptif menunjukkan bahwa faktor yang paling kuat yang mempengaruhi keputusan untuk mengganti pemakaian suatu metode KB adalah alasan untuk berhenti dan masalah kesehatan. Probabilitas mengganti pemakaian suatu metode kontrasepsi tertinggi untuk para perempuan yang ingin metode yang lebih baik (mudah diperoleh, lebih efektif, nyaman dipakai dan harga terjangkau)."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yossi Handayani
"ABSTRAK
Penelitian ini dibuat dengan tujuan menggambarkan kejadian penggunaan kontrasepsi pascasalin di Indonesia serta pengaruh masing masing pelayanan kesehatan ibu terdahap penggunaan kontrasepsi pascasalin. Penelitian ini menggunakan data sekunder Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 dengan analisis univariat dan bivariate. Populasi dalam pebelitian ini adalah perempuan pada masa pascasalin di Indonesia dan telah menyelesaikan 12 bulan periode pascasalin. Jumlah sampel yang ada untuk analisis adalah 11.704 orang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan anatara jumlah kunjungan antenatal, tempat persalinan dan pelayanan nifas dengan penggunaan kontrasepsi modern pascasalin. Lalu ada hubungan anatara jumlah kunjungan antenatal, tempat persalinan, penolong persalinan dan pelayanan nifas dengan penggunaan kontrasepsi tradisional pascasalin. Serta terdapat interaksi antara tempat persalinan, penolong persalinan dan pelayanan nifas dengan variabel sosiodemografi (umur, status ekonomi dan tempat tinggal) dalam mempengaruhi penggunaan kontrasepsi pascasalin. Penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan kontrasepsi pada perempuan postpartum akan meningkat secara substansial jika lebih banyak wanita mendapatkan pelayanan antenatal secara lengkap, bersalin di fasilitas kesehatan, dan melakukan pelayanan nifas dalam dua hari setelah melahirkan.

ABSTRACT
This study aim to describe the proportion of postpartum family planning in Indonesia and to know the association between maternal health care and the use of postpartum family planning in Indonesia. This study uses Indonesia Demography Health Survey (IDHS) 2017 with univariate and bivariate analysis. The population for this study is a women in postpartum period and completed the full 12 months of the postpartum period. The analysis uses 11,704 people as a sample.
The result showed that, there is a relationship between antenatal care, place of delivery, postnatal care with modern postpartum family planning. And then, there is a relationship between antenatal care, place of delivery, attedance health worker, postnatal care with traditional postpartum family planning. There is interaction between place of delivary, attendance health worker, postnatal care with sociodemographic characteristic (age, wealth index, religion) in affecting the use of postpartum family planning. The findings suggest that contraceptive use among postpartum will increase substantially if more women use full services in antenatal care, deliver at goverment health facility and receive postnatal care within two days of delivery."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reyda Yusuf
"Dalam skripsi ini akan dianalisis hubungan antara beberapa karakteristik yang berhubungan dengan fertilitas ibu yaitu jumlah anak lahir hidup, umur ibu waktu disurvei, pendidikan tertinggi ibu, dan umur perkawinan pertama ibu. Untuk mendapatkan hubungan tersebut, digunakan pendekatan metode Log-linier. Dari model log-linier yang terbaik, kita dapat melihat hubungan antara pasangan variabel secara keseluruhan, maupun hubungan interaksi 3 faktor atau yang lebih tinggi. Data yang dipakai adalah data Survei Prevalensi Kontrasepsi di Indonesia tahun 1987."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1991
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yakin
"Seperti diketahui, angka kematian ibu di Indonesia berdasarkan SKRT 1995 masih cukup tinggi yaitu 373 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini adalah yang tertinggi di antara negara-negara ASEAN. Sekitar seperempat sampai setengah dari kematian tersebut berhubungan dengan komplikasi kehamilan dan persalinan. Pelayanan antenatal merupakan salah satu upaya untuk mengurangi kejadian komplikasi persalinan yang diharapkan dapat menurunkan angka kematian ibu menjadi 225 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2000. Cakupan K4 di Indonesia pada tahun 1995 masih cukup rendah yaitu 64,88% dari yang ditargetkan 80%. Untuk menekan angka kematian ibu tersebut perlu dilakukan penelitian tentang kualitas pelayanan antenatal dalam hubungannya dengan kejadian komplikasi persalinan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi tentang hubungan antara pelayanan antenatal dengan kejadian komplikasi persalinan. Desain studi adalah "Case Control" dengan menggunakan data sekunder dari survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 1997. Sebagai sumber data digunakan kuesioner SDKI 1997. Jumlah sampel adalah 14.332 ibu hamil yang telah bersalin pervaginam dari tahun 1992 sampai dengan 1997 (total populasi) yang terdiri dari 4376 kasus (ibu yang mengalami komplikasi persalinan) dan 9956 kontrol (ibu yang bersalin normal).
Dilakukan analisis univariat, bivariat, dan multivariat dengan regresi logistic. Kejadian komplikasi persalinan adalah 30,5%. Dari hasil analisis bivariat, faktor yang berhubungan dengan kejadian komplikasi persalinan adalah pelayanan antenatal yang kurang baik (OR = 1,18), ibu yang tidak pernah sekolah (1,38), sosial ekonomi yang rendah (1,2), tempat tinggal di pedesaan (1,14), umur ≤ 19 tahun (1,20), paritas ≥ 4 anak (1,10), penolong persalinan non tenaga kesehatan (1,11) dan tempat persalinan yang bukan fasilitas kesehatan (1,17) serta hasil ini bermakna secara statistik. Dari hasil analisis multivariat, faktor yang mempengaruhi hubungan antara pelayanan antenatal dengan kejadian komplikasi persalinan adalah faktor sosial ekonomi, umur, dan paritas.
Dalam upaya pencegahan terjadinya komplikasi persalinan perlu lebih ditingkatkan kualitas pelayanan antenatal pada ibu hamil. Sehingga deteksi dini terhadap ibu hamil yang mempunyai faktor risiko tinggi dapat dilakukan dengan baik serta melakukan penanganan secepat mungkin.

Relationship between Antenatal Care and the Occurrence of Delivery Complication (Data analysis of Indonesian Health and Demography Survey, 1997)It had been known that according to household Health Survey (SKRT) 1995. Maternal Mortality Rate in Indonesia was 373 per 100.000 live births. This figure was the highest among ASEAN countries. About a quarter to a half of this MMR was caused by complication during pregnancy and delivery.
Antenatal care is an effort to decrease the occurrence of delivery complication which could be expected to decline the MMR to be 225 per 100.000 live birth by the year 2000. The coverage of K4 in Indonesia was relatively low (64,88%). It has not achieved the target yet (80 %).
The purpose of this research is to get information on relationship between antenatal care with the occurrence of delivery complication. This research used case control design. The source of data was questionnaires gets from Indonesian Health and Demography was survey 1997. The population is 14.332, since 1992 to 1997, which were consisting of 4376 cases (those who had delivery complication) and 9956 controls (those who had normal delivery). Data was analyzed by using univariat, bivariate as well as multivariate analysis.
The result of this research showed that the delivery complication was 30,5%. Based on univariate analysis it was known that factors related to the occurrence of delivery complication was inadequate antenatal care (OR = 1,18), low education of mothers (1,38), low social economic level (1,2), settled in rural area (1,14), ≤ 19 years of age (1,20), parity of ≥ 4 children (1,10), delivery helper was non health provider (1,11) and delivered at non health facility (1,17). Based on multivariate analysis, the factors that related to this relationship were social economic level, age and parity.
In order to prevent the occurrence of delivery complication, it needed to improve the quality of antenatal care. Besides this, the pregnant mothers of high risky should be detected earlier well as handle the cases as soon as possible.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T10358
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astari Nola Margaretha
"Kehamilan remaja merupakan masalah kesehatan yang perlu diperhatikan sebab setengah kehamilan pada remaja usia 15-19 tahun diperkirakan tidak diinginkan dan lebih dari separuh kehamilan pada remaja usia 15-19 tahun pada negara berkembang berakhir dengan aborsi. Penelitian ini merupakan analisis data sekunder Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2017 dengan rancangan penelitian cross-sectional yang bertujuan mengetahui hubungan riwayat penggunaan kontrasepsi dengan kehamilan tidak diinginkan pada remaja di Indonesia dikontrol dengan variabel kovariat (pendidikan, status ekonomi, status pernikahan, tempat tinggal, pengetahuan kontrasepsi, dan akses ke pelayanan kesehatan) dengan analisis multivariat regresi logistik model faktor risiko. Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja yang tidak pernah menggunakan kontrasepsi berisiko 2,05 kali mengalami kehamilan tidak diinginkan setelah dikontrol status pernikahan dan tempat tinggal (95%CI: 0,998-4,227).

Adolescent pregnancy is a health problem that needs to be considered because half of pregnancy in adolescents aged 15-19 years is estimated to be unwanted and more than half of pregnancies in adolescents aged 15-19 years in developing countries end in abortion. This study is a secondary data analysis of the 2017 Indonesian Demographic and Health Survey with a cross-sectional study design that aims to determine the associations of history of contraceptive use and unwanted pregnancy among adolescents in Indonesia controlled by covariate variables (education, economic status, marital status, residence, knowledge contraception, and access to health services) with a multivariate logistic regression of risk factor model analysis. The results showed that adolescents who had never used contraception at risk 2.05 times had unwanted pregnancy after being controlled by marital status and residence (95%CI: 0,998-4,227). Keywords: unwanted pregnancy, adolescent pregnancy, contraceptive use."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eska Riyanti Kariman
"Tingkat pemakaian kontrasepsi pil di kalangan wanita PUS cukup tinggi, hal itu terlihat dari data pemakaian kontrasepsi pil hasil SDKI 2002103 sebesar 13,2 % . Tingginya prevalensi pemakaian kontrasepsi pil tersebut tidak dibarengi dengan tingginya tingkat kelangsungan pemakaian, hasil SDKI 1997 tercatat 34 % pemakai pit tidak menggunakan lagi setelah sate tahun_ Angka putus pakai (drop out) pil ini merupakan yang kedua tertinggi setelah kondom. Tingkat kelangsungan pemakaian kontrasepsi pil arnat dipengaruhi oleh kedisiplinan dan kepatuhan akseptor dalam memakainya. Hal tersebut dimungkinkan bila akseptor memiliki pengetahuan dan informasi yang cukup yang dapat diperoleh melalui konseling yang dilakukan oleh petugas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan konseling kontrasepsi dengan tingkat kelangsungan pemakaian kontrasepsi pil. Data yang digunakan adalah data sekunder SDKI 2002103. Disain penelitian adalah crossectional dengan kajian statistik analisis survival.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata tingkat kelangsungan pemakaian kontrasepsi pil adalah 31 bulan dengan median survivalnya 37 bulan. Probabilitas kelangsungan pemakaian kontrasepsi pil setelah bulan ke-12 adalah 62 % dan probabilitas kelangsungan setelah bulan ke-60 adalah 31 %. Probabilitas kelangsungan pernakaian kontrasepsi pil setelah bulan ke-12 pads kelompok yang mendapat konseling kontrasepsi adalah 66%, sedangkan pada kelompok yang tidak mendapatkan konseling kontrasepsi 56 %. Risiko untuk putus pada akseptor pil yang tidak mendapatkan konseling adalah 1.6 kali bila bertempat tinggal dikota dan 1.5 kali bila tinggal didesa. Risiko untuk putus pada akseptor pil yang tidak konseling adalah 1.6 kali bila tidak ada efek camping dan menjadi 2 kali bila ada efek samping.
Tingginya risiko putus pemakaian kontrasepsi pil di wilayah perkotaan perlu mendapatkan perhatian dari pengelola program Keluarga Berencana. Dugaan sementara hal ini dijumpai didaerah kota pinggiran atau daerah kumuh, untuk itu kegiatan konseling kontrasepsi yang lebih intensif terkait dengan akseptor di daerah tersebut hares ditingkatkan misalnya melalui kunjungan petugas yang lebih sering ke rumah diharapkan dapat menurunkan risiko putus pakai. Kegiatan konseling pada prinsipnya dilakukan untuk mengurangi kekhawatiran akseptor akan efek sarnping yang ditimbulkan kontrasepsi selama pemakaiannya.

Prevalence of pill contraception used among reproductive woman are high, it can seen at SDKI 2002/03 which is about 13,2 %. This height prevalence is not followed with the-continuity rate, only 34 % of women still used pill contraception within 12th month recorded in SDKI 1997. This rate as highest secondly after condom. The pill contraception continuity rate is influenced by discipline and compliance of acceptor in using it.That things is possible when acceptor have enough knowledge and information about contraception usage which they can get it from councelling by family planning officer.
This study is aimed to gain information on relationship of contraception counselling with the period of time pills uses. This study uses secondary data SDKI 2002/03. Study design used is crossectional with statistical survival analysis.
The result study shows that mean of pill contraception continuity rate are 31 month with median survival are 37 month. The Probabilities of pills continuity rate after 12th month are 62 percent and probabilities of pills continuity rate after 60th month are 31 percents. Probabilities of pills continuity rate after 12'h month in whom that receive counsellings are 66 percents, men while the group whom that not receive counselling only 56 percent. The risk of drop out among the pills acceptbr whom that not receive counsellings are 1,6 times if they lives at the city and 1,5 times if they lives at the village. The risk of drop out pills among acceptor whom that not receive counsellings are 1,6 times if they not have side effect and it can be 2 times if they have side effects.
The height risk of drop out pills among acceptors in urban region need to get more attentions from the organizer of family planning program. Momentary, assumption whereas this matter is met in marginal town area or slum region, for that more intensive program of counselling contraception related to acceptor in the are, for example more regular follow up to the acceptors whom lives at this area and had side effect. The principle of counseling is to lessen the worried feeling of the acceptor with the side effects generated by contraception during its usage.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T19128
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Isa
"Skripsi ini membahas determinan atau faktor-faktor yang bisa berpengaruh terhadap status unmet need KB yang bisa dialami oleh wanita. Determinan ini berupa karakteristik atau latar belakang individu yang bisa menimbulkan cost/biaya dan motivasi tertentu dalam penggunaan kontrasepsi sehingga mengakibatkan kebutuhan dari individu terhadap KB tidak bisa terpenuhi. Dalam skripsi ini dilakukan dua analisis: deskriptif dan inferensial terhadap total unmet need berdasarkan data SDKI tahun 2007 dengan ruang lingkup nasional atau seluruh Indonesia. Analisis inferensial menggunakan model regresi logistik biner atau logit.
Hasil analisis terhadap data SDKI sejak tahun 1991 menunjukkan bahwa persentase unmet need di Indonesia telah mengalami penurunan sejak tahun 1991 walaupun angka tersebut stagnan sejak 3 survei terakhir selama 12 tahun di angka 9 persen. Hal ini menunjukkan bahwa unmet need telah menjadi permasalahan laten yang belum bisa sepenuhnya diatasi dan pemerintah harus menjadikan permasalahan ini sebagai salah satu fokus penyelesaian dalam program KB pada masa yang akan datang, demi menunjang pembangunan di bidang kependudukan,walaupun angka 9 persen masih sangat rendah bila dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya di dunia.
Analisis deskriptif menemukan bahwa persentase unmet need akan menurun seiring meningkatnya umur wanita dan meningkat seiring bertambahnya jumlah anak yang dimiliki serta memiliki nilai lebih tinggi pada golongan wanita yang tidak bekerja, bertempat tinggal di desa, kurang berpendidikan, berada pada tingkat kesejahteraan yang rendah, belum pernah memakai KB, dan suaminya tidak setuju terhadap KB.
Analisis menggunakan model multivariat dengan metode logistik biner menunjukkan bahwa umur wanita, jumlah anak masih hidup, status kerja wanita, pendidikan tertinggi, kesejahteraan, wilayah tempat tinggal, status pernah tidaknya memakai KB, persetujuan suami terhadap KB dan banyaknya diskusi tentang KB di antara pasangan, berpengaruh kepada status unmet need KB wanita pada tingkat kepercayaan 95%, dengan hasil yang tidak berlawanan dengan hasil analisis deskriptif kecuali untuk variabel wilayah tempat tinggal dan pendidikan tertinggi.

This thesis discuss about the determinants or factors that could give effects to the status of unmet need for family planning experienced by women. These determinants are the individual characteristics that will cause some certain costs or motivation to the women in using contraception, and could make the demand or willingness from the women to use family planning become unaccomplished. This thesis performs two kind of analysis: Descriptive and inferential analysis of the total unmet need based on data of IDHS 2007 which has a national scope for all provinces in Indonesia.
The analysis of IDHS data since 1991 showing that the percentage of unmet need for family planning have been declining, although the amount of percentage is stagnant for the last 12 years during the last 3 IDHS. This fact shows that unmet need for family planning in Indonesia has become a latent problem which cannot be completely solved and the government should pay attention in solving this problem in the future as a part of sustaining a development in population aspect of the country, although the percentage is relatively low for Indonesia if compared to another developing countries in the world.
Descriptive analysis finds that the percentage of unmet needs will decrease as the age of women become older, and will increase when the number of child possessed by the women is also increasing. The percentage of unmet need would be higher for women with some certain characteristics : Not working women, living in rural area, less educated, low welfare, never use any method of contraception, never discuss family planning with partner and whose husband is disagree to family planning.
Analysis using multivariate model with binary logistic method shows that age of women, number of living children possessed, women working status, women highest education, place of living, welfare, ever use of contraception, discussion about family planning with husband, and the husband approval to family planning are significant determinants for women unmet need status in 95% confidence interval, and the results for all variable are the same with the descriptive analysis conducted before, except for place of living and women highest education variables.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
S6683
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hasna Almira
"Indonesia merupakan negara berkembang dengan salah satu permasalahan pembangunan yang dihadapinya adalah jumlah kepadatan penduduk yang semakin meningkat. Upaya untuk mengendalikannya pemerintah Indonesia telah melaksanakan program Keluarga Berencana (KB) bagi Pasangan Usia Subur. Namun, jumlah peserta KB aktif di Indonesia masih didominasi oleh penggunaan metode kontrasepsi jangka pendek, hanya 17,45% yang menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) dan Kalimantan Barat merupakan provinsi yang memiliki prevalensi MKJP terendah di Indonesia (5,43%). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan perilaku penggunaan MKJP pada akseptor wanita di Provinsi Kalimantan Barat dengan melakukan analisis lanjut data SDKI tahun 2017 yang menggunakan disain penelitian cross sectional. Jumlah sampel sebesar 488 dari 1026 WUS yang memenuhi kriteria : berusia 15-49 tahun, berstatus kawin, memakai alat kontrasepsi dan memiliki data lengkap, dianalisis menggunakan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara umur (nilai p=0,006), tingkat pendidikan (nilai p=0,023), indeks kekayaan (nilai p=<0,001), jumlah anak (nilai p=0,008) dan pengetahuan tentang MKJP (nilai p=0,006) dan sumber pelayanan KB (nilai p=0,015) dengan perilaku penggunaan MKJP. Upaya untuk meningkatkan penggunaan MKJP, BKKBN Provinsi Kalimantan Barat perlu melakukan promosi mengenai MKJP melalui media massa, penyuluhan serta konseling bagi Pasangan Usia Subur.

Indonesia is a developing country with one of the development problems it faces is an increasing population. Efforts to control it the Indonesian government has implemented a Family Planning program for fertile age couples. However, the number of active family planning participants in Indonesia still uses the method of short contraception, only 17.45% use the long acting reversible contraceptive (LARC) and West Kalimantan is the province that has the lowest prevalence of LARC in Indonesia (5.43%). This study discusses the factors related to the use of LARC among female acceptors in West Kalimantan by conducting further data analysis of the 2017 IDHS using cross sectional research designs. Samples were 488 out of 1026 women of childbearing age who met the criteria: 15-49 years old, were married, used contraception and had complete data, analyzed using chi square. The results showed the relationship between age (p-value=0.006), education level (p-value=0.023), wealth index (p-value=<0.001), number of children (p-value=0.008) and knowledge about LARC (p-value=0.006) and the source of family planning services (p-value=0.015) with behavior of using LARC. In an effort to increase the use of LARC, BKKBN in West Kalimantan needs to do a promotion of MKJP through mass media and counseling for Fertile Age Couples. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Azzara
"Salah satu permasalahan pembangunan yang dihadapi oleh Indonesia ialah jumlah penduduk Indonesia yang semakin meningkat dan salah satu upaya pemerintah dalam menangani hal tersebut ialah dengan melaksanakan program Keluarga Berencana (KB). Hasil SDKI 1991-2012 menunjukkan pola penggunaan kontrasepsi di Indonesia masih didominasi oleh kontrasepsi hormonal dan bersifat jangka pendek, sedangkan tren pemakaian MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang) cenderung menurun. Meskipun demikian, Provinsi Bali senantiasa menempati posisi pertama sebagai provinsi dengan tingkat penggunaan MKJP tertinggi di Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan penggunaan MKJP pada pasangan usia subur di Provinsi Bali tahun 2012. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan analisis data sekunder Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2012. Populasi pada penelitian ini ialah semua Wanita Usia Subur (WUS) (15-49 tahun), sementara sampel penelitian ini ialah wanita kawin usia 15-49 tahun dan memiliki data lengkap. Analisis statistik bivariat menggunakan uji chi-square.
Hasil penelitian menunjukkan prevalensi pengguna MKJP ialah 27,6%. Hasil analisis bivariat menunjukkan ada hubungan antara umur (PR: 6,63, 95%CI: 1,01-43,41), pendidikan (PR: 1,53, 95%CI: 1,04-2,25), pengetahuan (PR: 1,41, 95%CI: 1,19-1,68), pekerjaan (PR: 1,67, 95%CI:1,29-2,16 dan PR: 1,78, 95%CI: 1,32-2,4), indeks kekayaan (PR: 1,34, 95%CI: 1,09-1,65), keterpaparan informasi dari media massa (PR: 1,49, 95%CI: 1,1-2,02), sumber pelayanan KB (PR: 2,83, 95%CI: 1,3-6,16) dengan penggunaan MKJP. Oleh karena itu, disarankan untuk melakukan promosi, edukasi, dan konseling untuk menggugah kesadaran masyarakat untuk menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang.

One of the problems faced by Indonesian development is the increased of Indonesia's population and one of the government's efforts in dealing with this is by implementing the Family Planning (FP) program. IDHS 1991-2012 shows the pattern of contraceptive use in Indonesia is still dominated by hormonal and short-acting contraceptive method, while the trend of the LACM (Long Acting Contraceptive Method) use tends to decrease. Even so, Province of Bali always occupies the first position as the province with the highest rate of LACM use in Indonesia.
This study aims to determine what factors are associated with the use of LACM among couples of reproductive age in province of Bali in 2012. This research use cross sectional study design with secondary data analysis of 2012 Indonesian Demographic Health Survey. Population in this study is all women of reproductive age (15-49 years old), while the sample is married women aged 15-49 years old and have complete data. Bivariate statistical analysis using chi-square test.
The results showed prevalence of LACM use is 27.6%. The result of bivariate analysis showed a significant relationship between age (PR: 6,63, 95%CI: 1,01-43,41), educational level (PR: 1,53, 95%CI: 1,04-2,25), FP knowledge (PR: 1,41, 95%CI: 1,19-1,68), occupation (PR: 1,67, 95%CI:1,29-2,16 and PR: 1,78, 95%CI: 1,32-2,4), wealth index (PR: 1,34, 95%CI: 1,09-1,65), exposed to FP information from mass media (PR: 1,49, 95%CI: 1,1-2,02), source of FP (PR: 2,83, 95%CI: 1,3-6,16) with LACM use. Therefore, it is advisible to give promotion, education, and counseling to arouse public awareness to use long acting contraceptive method.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55557
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>