Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 184210 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Vera Lisna
"Dalam analisis ketahanan masalah dasar yang timbul ialah bagaimana menaksir ketahanan berdasarkan data sampel. Ketahanan antara lain dapat dinyatakan dengan tingkat ketahanan hidup, probabilitas densitas kematian, dan hazard (resiko kematian). Untuk itu dapat digunakan metode-metode tertentu misalnya metode life table yang dapat digunakan apabila ukuran sampel cukup besar. Metode ini dapat menangani data lengkap maupun data tersensor yang seringkali ditemukan dalam pengamatan klinis. Tugas akhir ini membahas penaksiran tingkat ketahanan hidup, probabilitas densitas kematian, dan hazard dengan menggunakan metode life table, yang difokuskan pada pengamatan klinis. Sebagai contoh, aplikasi metode ini pada pengamatan terhadap pasien penyakit hipertensi krisis di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, tahun 1986 - 1991, menghasilkan taksiran-taksiran ketahanan pasien untuk setiap interval waktu."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1992
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Feronita
"Dalam penelitian yang berhubungan dengan perbandingan dua disbribusi kebahahan hidup, sering dijumpai bahwa data yang diperoleh tidak diketahui distribusinya. Untuk memecahkan masalah ini diperlukan suatu metode statistik non parametrik. Tugas akhir ini mempelajari beberapa metode non parametrik untuk membandingkan dua distribusi ketahanan hidup, diantaranya adalah Taksiran Product-Limit dari Kaplan-Meier yang digunakan untuk membandingkan dua kurva ketahanan hidup secara grafis dan beberapa pengujian yaibu uji Cox-Mantel, uji Logrank, perluasan uji Wilcoxon dan uji F dari Cox. Aplikasi dari beberapja metode non parametrik ini diharapkan unbuk mengetahui faktor—faktor yang mempengaruhi ketahanan hidup penderita hipertensi krisis berdasarkan data pengamatan di RS Janbung Harapan Kiba tahun 1986-1991 yang dilakukan oleh dr. Jusdiono. Hasil empirik menunjukkan bahwa faktor kontrol tekanan darah, kadar ureum pada ginjal dan Left Ventricular Hyperbrophy (LVH) pada elektrokardiografi mempengaruhi ketahanan hidup pasien hipertensi krisis."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1992
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jusdiono
"ABSTRAK
Untuk mencari variabel prognostik terhadap ketahanan hidup hidup penderita hipertensi kritis, telah dilakukan pene11t1an secara retrospektif terhadap 117 penderita hipertensi krisis di RS Jantung Harapan Kita periode 1-Januar1 1986 S/d 31-Desember 1990. Pengamatan dilakukan sejak saat datang, dan diakhiri tanggal 21-Maret 1991. Mereka terdiri atas 62 laki-laki dan 55 wanita, dengan umur rata-rata 56. TDS (tekanan darah sistolik) rata-rata 216 mmHg. Hipertensi gawat didapatkan 99 kasus(82%), dan hipertensi darurat 21 kasus (18%), Spektrun K11n1s pada hipertensi gawat yang terbanyak berupa gaga1 jantung akut, 35 kasus (29,9%), kemudian h1pertensi ensefa1opat1 28 kasus (23,9%), angina pektoris tak stab11 13 kasus (11,1%), stroke 11 kasus (9,4%), dan infark miokard akut 6 kasus (5,1%). Spektrum kombinasi B kasus (6,8%); dan saat pene1it1an diakhiri, diketahui T meningga1. Sebanyak 14 var1abe1 diuji secara un1var1at dengan uji Log-rank, dan selanjutnya uji multivariat secara "forward stepwise se1ect1on". Lima variabel terbukti bermakna mempengaruhi ketahanan hidup, yaitu umur, kadar ureum darah, LVH-EKG, jenis ke1am1n, dan keteraturan kontro1 tekanan darah; dengan p = 0,00005. Dalam pene11t1an ini kematian segera (se1ama perawatan di rumah sakit) 8 kasus (6,B%), dan kematian tertunda 20 kasus. Angka ketahanan hidup 1 tahun 85,5%, untuk 2 tahun 80,1%, untuk 3 tahun T4,4%, untuk 4 tahun dan 5 tahun sama, yaitu 66,3%.
Sebagai kesimpulan, angka ketahanan hidup hipertensi krisis terbukti 1eb1h baik b11a belum ada LVH-EKG, kadar ureum < 50 mg%, wanita, usia < 56 tahun, dan b11a berhasil hidup dari serangan krisis, kontro1 teratur setiap 6 minggu atau kurang. Tingginya tekanan darah pada saat datang tidak terbukti mempengaruhi prognosis. B11a datang dengan spektrum k11n1s komb1nas1 ketahanan hidupnya rendah."
1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Munawar
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari variabel prognostik terhadap kematian penderita yang dilakukan beda katup mitral. Penelitian bersifat retrospektif terhadap semua penderita yang dilakukan bedah katup mitral dengan atau tanpa bedah ikutan trikuspid di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, Jakarta amtara bulan September 1985 sampai tanggal 31 Desember 1988 (n=162). Sembilan puluh orang dengan stenosis mitral (MS) dominan, 72 orang dengan insufisiensi mitral (MI), terdiri dari 56 orang laki-laki dan 106 orang wanita, berumur antara 7-64 (rata-rata 30,1 + 12,9) tahun. Bedah perbaikan katup dilakukan pada 87 orang, sedang oenggantian katup pada 75 orang. Seratus empat puluh sembilan orang dapat diamati (92%) dengan mengirim surat, telepon, pengamatan 16 bulan (antara 0-40 bulan), dengan jumlah pengamatan kumulatif 2607,4 bulan. Enam belas variabel prabedah dan 4 variabel intrabedah telah diuji untuk mendapatkan variabel prognostik terhadap kematian (bedah serta tertunda). Angka ketahanan hidup dihitung menurut Kaplan-Meier. Analisis univariat dengan uji logrank. Angka kematian bedah dan angka kematian tertunda seluruh penderita masing-masing 6,8% dan 2,8 per 100 oang-tahun, untuk penderita MS masing-masing 8,9% dan 1,5 per 100 orang-tahun, sedang untuk penderita MI 4,2% dan 4,6 per 100 rang-tahun. Satu-satunya variabel prognostik independen penderita MS adalah jenis operasi (perbaikan atau penggantian katup). Angka ketahanan hidup 3 tahun penderita MS dengan bedah perbaikan katup adalah 94,8 +- 2,9%, sedang untuk penderita MS dengan bedah penggantian katup 78,0 +- 5,7% (p=0,0174). Tetapi penderita MS dengan bedah penggantian katup mempunyai umur lebih tua, kelas fungsional lebih buruk, lebih banyak yang dalam irama fibrilasi atrium, rasio kardiotoraks lebih besar dan indeks curah jantung lebih rendah dan bermakna bila dibandingkan dengan bedah perbaikan katup. Untuk penderita MI, hanya variabel fraksi ejeksi (EF) yang merupakan variabel prognostik independen. Angka ketahanan hidup 3 tahun penderita MI dengan EF < 50% adalah 74,2 +- 7,2% sedang untuk penderita MI dengan EF > 50% adalah 97,5 +- 2,4% (p=0,0229). sebagai kesimpulan operasi katup mitral mungkin akan lebih bermanfaat bila dilakukan dalam keadaan yang dini. Suatu penelitian jangka panjang mengenai variabel prognostik terhadap kematian dan/atau kualitas hidup penderita bedah katup mitral masih sangat relevan dimasa yang akan datang untuk mendapatkan masukan yang lebih akurat.

The purpose of this study was to find prognostic variables for mortality in patients undergoing mitral valve surgery. This was a retrospective study of all patients undergoing mitral valve surgery with or without tricuspid concomitant surgery at Harapan Kita Heart Hospital, Jakarta between September 1985 and December 31, 1988 (n=162). Ninety patients with dominant mitral stenosis (MS), 72 patients with mitral insufficiency (MI), consisting of 56 men and 106 women, aged between 7-64 (mean 30.1 + 12.9) years. Valve repair surgery was performed on 87 patients, while valve replacement was performed on 75 patients. One hundred and forty-nine patients could be observed (92%) by sending letters, telephone, 16-month observation (between 0-40 months), with a cumulative observation of 2607.4 months. Sixteen preoperative variables and 4 intraoperative variables were tested to obtain prognostic variables for death (surgical and delayed). Survival rates were calculated according to Kaplan-Meier. Univariate analysis with logrank test. Surgical mortality and delayed mortality rates for all patients were 6.8% and 2.8 per 100 person-years, respectively, for MS patients 8.9% and 1.5 per 100 person-years, while for MI patients 4.2% and 4.6 per 100 person-years. The only independent prognostic variable for MS patients was the type of surgery (valve repair or replacement). The 3-year survival rate for MS patients with valve repair surgery was 94.8 +- 2.9%, while for MS patients with valve replacement surgery it was 78.0 +- 5.7% (p = 0.0174). However, MS patients with valve replacement surgery were older, had worse functional class, more were in atrial fibrillation rhythm, had a higher cardiothoracic ratio and a lower cardiac output index and was significant when compared with valve repair surgery. For MI patients, only the ejection fraction (EF) variable is an independent prognostic variable. The 3-year survival rate for MI patients with EF < 50% is 74.2 +- 7.2% while for MI patients with EF > 50% is 97.5 +- 2.4% (p = 0.0229). In conclusion, mitral valve surgery may be more beneficial if performed in an early state. A long-term study of prognostic variables on mortality and/or quality of life in mitral valve surgery patients is still very relevant in the future to obtain more accurate input.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahra Zetira Muchtar
Depok: Universitas Indonesia, 2010
S26611
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lailiyatul Munawaroh
"ST elevation myocardial infarction STEMI merupakan kasus infark miokardium yang paling banyak ditemukan dengan intervensi utamanya ialah primary percutaneous coronary intervention PPCI. Pasca PPCI, kualitas hidup pasien STEMI ditentukan oleh kemampuannya mengontrol faktor risiko terjadinya infark berulang. Dalam hal ini diperlukan dukungan keluarga. Karena itu peneliti ingin melihat hubungan dukungan keluarga dengan pasien STEMI pasca PPCI. Penelitian ini merupakan penelitian korelasi dengan desain cross sectional. 34 responden direkrut dalam penelitian ini.
Hasil menunjukan nilai mean dukungan keluarga ialah 64,44 dari nilai maksimal 75 dan nilai mean kualitas hidup 68,36 dari nilai maksimal 100. Hasil uji korelasi menunjukan tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup p value = 0,310, Hasil penelitian merekomendasikan perlu dilakukan penelitian serupa dengan menyeragamkan karakteristik responden dan mengontrol faktor perancu.

ST elevation myocardial infarction is the most common myocardial infarction cases. The main intervention of this case is primary percutaneous coronary intervention PPCI. After PPCI, quality of life in STEMI patienst is depend on their ability to control risk factor of reinfarction. In this condition patients need family support. Therefore, the researcher want to know about the correlation between family support and quality of life in patient after PPCI. This research is a correlation research which use cross sectional dsign. 34 respondents are recruited in this research.
The result shows that the average value of family support is 64.44 from maximumvalue 75 and the average value of quality of life is 68,36 from maximum value 100. Correlation test result shows that there is no correlation between family support and quality of life p value 0,310. This result recommend that similar research should be done with equal respondents characteristics and controlled counfounding factors.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Apitri
"Seksualitas adalah kebutuhan dasar sepanjang hayat baik sehat maupun sakit Fungsi seksual yang baik menjadi indikator pencapaian kualitas hidupyang optimal. Penyakit gagal jantung mengubah fungsi seksual dan mempengaruhi kualitas hidup yang optimal. Tujuan penelitian kuantitatif ini adalah menggambarkan hubungan fungsi seksual denga kualitas hidup pasien gagal jantung. Sampel penelitian ini pasien gagal jantung di poliklinik gagal jantung Rs Jantung Harapan Kita, Desain penelitian menggunakan cross sectional dengan metode consecutive sampling yang melibatkan 444 responden.
Hasil penelitian dianalisa dengan uji spearman menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara fungsi seksual dengan kualitas hidup pada pasien gagal jantung laki-laki. pada perempuan ditemukan bahwa fungsi seksual tidak memepngaruhi kualiatas hidup. Rerata fungsi seksual laki-laki 46.33 dengan standar deviasi 7,50 dalam rentang kepercayaan 95 45.42-47.23 dan rerata fungsi seksual perempuan didapat 24.66 dengan standar deviasi 2.12 dalam rentang kepercayaan 95 24.34-24.97. fungsi seksual behubungan kuat dengan domain psikologi r=0.65.
Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk pengembangan keperawatan. Peneliti selanjutnya diharapkan melakukan studi kualitatif mengenai fungsi seksual dengan kualitas hidup pasien gagal jantung.

Sexuality is basic need throughout life no matter healthy or sick. Good sexual function becomes an indicator of achievement of optimal quality of life. Heart failure disease alters sexual function and affects the optimal quality of life. The purpose of this quantitative study is to describe the relationship of sexual function premises quality of life of patients with heart failure. sample of this study is patient with heart failure in heart failure clinic Rs Jantung Harapan Kita, with cross sectional Design and consecutive sampling method that involving 444 respondents.
The results were analyzed by spearman test showed a significant relationship between sexual function with quality of life in men heart failure respondents. in women respondents it was found that sexual function does not affect the quality of life. The mean male sexual function was 46.33 with a standard deviation of 7.50 in the 95 confidence range 45.42 47.23 and the mean female sexual function was 24.66 with the standard deviation of 2.12 in the 95 confidence range 24.34 24.97. sexual function is strongly associated with the psychological domain r 0.65.
This study is expected to be useful for the development in nursing science. The next research is expected to conduct a qualitative study on the sexual function with the quality of life of patients with heart failure.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Erwin
"Tingginya angka kejadian rawat inap pasien gagal jantung memiliki resiko kejadian rawat ulang yang sama bila manajemen diri pasien gagal jantung tidak baik. Manajemen diri dipengaruhi oleh berbagai faktor yang beragam dan penelitian ingin mengetahui faktor yang berhubungan dengan manajemen diri pasien gagal jantung. Penelitian ini adalah penelitian cross sectional dengan metode pengambilan data retrospektif pada 70 pasien gagal jantung di ruang rawat jalan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor dukungan keluarga dan faktor aktifitas pelayanan keperawatan merupakan faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi kemampuan manajemen diri pasien gagal jantung (p value=0.000, OR=50.1, CI 95% dan p value=0.013, OR=7.3, CI 95%). Hasil penelitian menyarankan agar pelayanan keperawatan pasien gagal jantung mengutamakan program manajemen diri baik di institusi pelayanan kesehatan hingga sampai di rumah sehingga dukungan keluarga lebih optimal.

The high incidence of hospitalized patients with heart failure will have a risk of re-hospitalization rate if the self-management of patiens with heart failure is insufficient. Self-management is influenced by many factors. This study investigated factors associated with self-management of patients with heart failure.The study used a cross-sectional approach with retrospective data collection method in 70 respondents in outpatient clinics.
The results found that the factor of family support and nursing care activities are the most dominant factors influencing the ability of self-management in patients with heart failure (p value=0.000, OR=50.1, 95%CI and p value=0.013, OR=7.3, 95%CI). The results of this study suggested that in providing care of patients with heart failure, a self-management program should become a priority both for health care institutions and patients at home so that the family support is more optimal.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T35786
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Victorina A.
"Jika ada sekelompok data belum diketahui distribusinya, maka untuk keperluan analisis data perlu dicari distribusi kelompok data ini. Jika tidak diketahui parameter paramaternya maka digunakan metode nonparametrik. Salah satu diantara metode nonparametrik ialah metode grafik. Dalam tugas akhir ini dibahas metode grafik untuk pencocokan distribusi data ketahanan hidup, baik data lengkap maupun tersensor. Juga dibahas cara penaksiran parameter berdasarkan grafik. Contoh aplikasi yang digunakan dalam tugas akhir ini yaitu pencocokan distribusi data ketahanan hidup sekelompok pasien penderita kanker paru-paru."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1992
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>