Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 70309 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Lia Nurliana
"Bentonit merupakan adsorben alumino pilosilikat, yang pada umumnya merupakan lempung tidak murni dan penyusun komponen utamanya adalah montmorillonit. Salah satu pemanfaatan bentonit adalah untuk penjernihan atau pemucatan minyak dalam proses pemurnlan minyak kelapa sawlt. Sebagian besar dari cadangan bentonit yang ditemukan di Indonesia adalah jenis bentonit kalsium dengan kualitas daya serap yang rendah, untuk menaikkan kualitas daya serap bentonit perlu adanya proses purifikasi untuk menghilangkan pengotor-pengotor mineral dan pertukaran kation agar terbentuk Na Bentonit dan dilanjutkan dengan aktivasi pada bentonit. Purifikasi yang dilakukan meliputi penghilangan karbons t,MiLiK pibpostakaak fmjpa pengurangan kadar besi, pengurangan materi organik dan fraksiohaSi:: ?— Kemudian dilanjutkan dengan proses aktivasi dengan asam mineral, asam yang digunakan untuk aktivasi bentonit adalah asam sulfat 0,2 M ; 0,6 M dan 1 M. Perubahan yang terjadi pada bentonit saat mendapatkan perlakuan purifikasi dan aktivasi dianalisa dengan XRF dan XRD. Bentonit hasil purifikasi dan aktivasi akan diujikan terhadap minyak kelapa sawit (CPO)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 2006
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ira Setiawati
"Laju pertumbuhan produksi minyak kelapa sawit yang tinggi, mendorong perlunya diversifikasi kelapa sawit menjadi produk lain yang bernilai ekonomi tinggi, dimana salah satunya adalah produk oleokimia seperti surfaktan. Surfaktan yang dibuat dari minyak nabati bersifat biodegradable sehingga tidak mencemari lingkungan. Selain itu, kesinambungan pengadaannya terjamin karena berasal dari sumber daya alam yang dapat diperbaharui. Sebagian besar produk oleokimia dihasilkan melalui asam lemak hasil reaksi hidrolisis, dimana reaksi tersebut merupakan tahapan awal dari proses produksi oleokimia berbasis minyak nabati. Keberhasilan reaksi ini akan mempengaruhi jumlah asam lemak yang dihasilkan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh variable-variabel reaksi pada reaksi hidrolisis dan menentukan kondisi optimum reaksi hidrolisis minyak kelapa sawit dengan katalis asam sulfat dan penambahan asam propionat sebagai displacing acid serta mengkaji pengaruh penambahan asam propionat sebagai displacing acid dalam reaksi hidrolisis tersebut. Proses hidrolisis menggunakan minyak berbasis kelapa sawit dan asam sulfat sebagai katalis untuk menghasilkan asam lemak dan gliserol.
Variabel yang divariasikan adalah waktu hidrolisis (60, 90, 120 dan 180 menit), rasio air dengan minyak (1:4, 1:3, 1:2, 1:1, 2:1, dan 3:1 {gr air:gr minyak}), persen berat katalis asam sulfat (1%, 5%, 7,5%, 9,2%, 12,5% dan 15% {gr katalis/gr minyak}), dan suhu hidrolisis (85, 90, 95, 100, dan 108_C). Selanjutnya, menganalisis produk asam lemak yang dihasilkan untuk mengkaji pengaruh variabelvariabel tersebut terhadap derajat hidrolisis reaksi tersebut. Derajat hidrolisis ditentukan dengan membagi bilangan asam dan bilangan saponifikasi produk asam lemak. Kedua bilangan tersebut ditentukan secara titrimetrik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa derajat hidrolisis optimum diperoleh pada waktu hidrolisis 120 menit, rasio air dengan minyak 1:3, persen berat katalis asam sulfat 12,5% berat minyak, dan suhu hidrolisis 95_C. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa derajat hidrolisis dengan penambahan asam propionat sebagai displacing acid pada reaksi hidrolisis adalah lebih besar daripada reaksi hidrolisis tanpa penambahan asam propionat.

High growth rate of palm oil production has encouraged palm diversification to be other products with higher economic value, where one of them is oleo chemical product such as surfactant. Surfactant based on vegetable oil is biodegradable so that it won't soil our environment. Besides that, its continuity of provisioning is also ensured because it is a renewable resource. Most oleo chemical products are produced through fatty acid hydrolysis product, where hydrolysis reaction is a first step of the oleo chemical production process that based on vegetable oil. The success of the hydrolysis will influence amount of fatty acid product.
The aims of this research are to discuss the reaction variables effect in the hydrolysis and to determine the optimum condition of palm oil hydrolysis with sulfuric acid catalyst and addition of propionic acid as displacing acid and also to discuss the addition effect of propionic acid as displacing acid in the hydrolysis. The hydrolysis process use oil based on palm oil and sulfuric acid as catalyst to produce fatty acid and glycerol.
Variable is varied are hydrolysis time (60, 90, 120, and 180 minutes), ratio between water and oil (1:4, 1:3, 1:2, 1:1, 2:1, and 3:1 {wt water : wt oil}), percent weight of sulfuric acid catalyst (1%, 5%, 7,5%, 9,2%, 12,5%, and 15% {wt catalyst/wt oil}), and hydrolysis temperature (85, 90, 95, 100, and 108_C). After that, analyze fatty acid product to discuss the reaction variables effect to degree of hydrolysis. Degree of hydrolysis is calculated by the ratio of acid value and saponification value of fatty acid product. Both of them are calculated by titrimetric method.
Result of research indicate that the optimum degree of hydrolysis is obtained on hydrolysis time of 120 minutes, ratio between water and oil of 1:3, percent weight of sulfuric acid catalyst of 12,5% wt oil, and temperature hydrolysis of 95_C. Result of research is also obtained that degree of hydrolysis with addition of propionic acid as displacing acid in the hydrolysis is higher than degree of hydrolysis without addition of displacing acid.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S49711
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Eki Listya Rini
"Peningkatan laju pertumbuhan produksi kelapa sawit, mendorong proses diversifikasi kelapa sawit menjadi produk lain yang memiliki nilai ekonomis lebih tinggi. Salah satu produk diversifikasi dari kelapa sawit adalah produk oleokimia berupa asam lemak. Asam lemak merupakan salah satu building block utama dalam proses produksi oleokimia, terutama surfaktan berbasis minyak nabati. Oleokimia yang diproduksi dari minyak nabati mudah terurai secara biologi (biodegradable) sehingga tidak mencemari lingkungan. Kesinambungan pengadaannya juga terjamin karena minyak nabati merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui. Secara khusus, minyak kelapa sawit dipilih sebagai bahan baku oleokimia yang sangat potensial karena memiliki distribusi rantai karbon yang sesuai untuk berbagai jenis produk oleokimia yang akan dihasilkan. Reaksi hidrolisis dari minyak kelapa sawit merupakan tahapan awal dari proses produksi oleokimia berbasis minyak nabati. Dalam reaksi hidrolisis dapat dilakukan penambahan asam karboksilat tertentu sebagai displacing acid.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji variabel-variabel reaksi serta untuk menentukan kondisi optimum reaksi hidrolisis minyak kelapa sawit dengan katalis asam sulfat dan penambahan asam asetat sebagai displacing acid. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk menentukan pengaruh penambahan asam asetat sebagai displacing acid dalam reaksi hidrolisis tersebut. Proses hidrolisis menggunakan asam sulfat sebagai katalis dan minyak kelapa sawit. Variabel yang divariasikan adalah waktu reaksi (60, 95, 120, 150 dan 180 menit), rasio berat air terhadap minyak (1:4, 1:2, 1:1, 2:1, dan 3:1 {gr air:gr minyak}), konsentrasi katalis asam sulfat (1%, 5%, 7,5%, 9,2%, dan 12,5% {gr katalis/gr minyak}), dan suhu reaksi (85, 90, 95, 100, dan 105 oC), untuk mengkaji pengaruhnya terhadap derajat hidrolisis reaksi tersebut.
Derajat hidrolisis ditentukan dengan membagi bilangan asam dan bilangan saponifikasi produk asam lemak. Bilangan asam dan bilangan saponifikasi ditentukan secara titrimetrik. Derajat hidrolisis terbaik pada penelitian ini diperoleh pada variasi waktu 95 menit, rasio air dengan minyak 1:4, persen katalis asam sulfat 9,2% dan suhu hidrolisis 100°C. Selain itu, hasil penelitian menunjukkan penambahan asam asetat sebagai displacing acid pada reaksi hidrolisis menghasilkan derajat hidrolisis yang lebih besar daripada reaksi hidrolisis tanpa penambahan asam asetat.

Increasing of palm production has encouraged diversification of palm to other products that have higher economic value. One kind of diversification products from palm is oleochemical, such as fatty acid. Fatty acid has become one of the main building blocks in production of oleochemical, especially in surfactant based on vegetable oil. Oleochemical which is produced from vegetable oil is biodegradable thereby it won’t harm our environment. Besides that, it is a renewable resource, so its continuity of provisioning is also ensured. In this case, palm oil has been worthy of special attention because of satisfactory yields and suitable carbon chain distributions for various kinds of oleochemical. Hydrolysis of palm oil is one of the oleochemical production routes that based on vegetable oil as raw material. There is an addition of carboxylic acid which acts as displacing acid in hydrolysis of oil.
The aims of this research are to examine the reaction variables effect on hydrolysis and to define the optimum condition of palm oil hydrolysis with sulfuric acid catalyst and addition of acetic acid as displacing acid. Variable is varied are time of reaction (60, 95, 120, 150 and 180 minutes), weight ratio between water and palm oil (1:4, 1:2, 1:1, 2:1 and 3:1), percent weight of sulfuric acid catalyst (1%, 5%, 7,5%, 9,2%, and 12,5%), and temperature of reaction (85, 90, 95, 100, and 105°C) to examine its effect on degree of hydrolysis.
Degree of hydrolysis is calculated by the ratio of acid value and saponification value of fatty acid product. Both of them are calculated by titrimetric method. The optimum degree of hydrolysis is accomplished on 95 minutes, ratio between water and oil of 1:4, percent weight of sulfuric acid catalyst of 9.2%, and temperature hydrolysis of 100oC. Besides that, degree of hydrolysis with addition of acetic acid as displacing acid in hydrolysis is higher than degree of hydrolysis without addition of displacing acid.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S49692
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nurbaiti Marsas Prilitasari
"
Minyak kelapa sawit merupakan minyak yang dihasilkan dari tanaman palma dan banyak digunakan sebagai bahan baku industri, salah satunya adalah Susu Kental Manis produksi PT. Indomilk. Proses oksidasi menyebabkan minyak atau lemak mudah mengalami kerusakan sehingga dapat menurunkan nilai gizi. Vitamin E merupakan antioksidan alami yang mampu menghambat proses oksidasi dan meningkatkan kestabilan minyak nabati. Pada praktik kerja lapangan ini dilakukan analisis bilangan peroksida dan asam lemak bebas. Percobaan dilakukan untuk mengetahui pengaruh vitamin E dengan beberapa konsentrasi dalam minyak kelapa sawit. Berdasarkan hasil percobaan saat hari ke-1 diperoleh nilai yang memenuhi spesifikasi minyak kelapa sawit, yakni bilangan peroksida sebesar 0 meq/kg dan kandungan asam lemak bebas < 0,08 %. Hasil tersebut menunjukkan bahwa minyak kelapa sawit dapat dijadikan bahan baku penambah lemak. Pada hari ke-15, bilangan peroksida untuk kemasan tertutup dengan vitamin E 0 ppm, 10 ppm, 20 ppm, 30 ppm secara berturut-turut sebesar 0,0379meq/kg, 0,0197 meq/kg, 0,0197 meq/kg, 0,0196 meq/kg sedangkan untuk kemasan terbuka sebesar 0,0794 meq/kg, 0,0588 meq/kg, 0,0398 meq/kg, 0,0195meq/kg. Pada hari ke-15, asam lemak bebas untuk kemasan tertutup dengan penambahan vitamin E 0 ppm, 10 ppm, 20 ppm, 30 ppm secara berturut-turut sebesar 0,0859 %, 0,0843 %, 0,0732 %, 0,0594 %. Sedangkan untuk kemasan terbuka sebesar 0,01867 %, 0,0956 %, 0,0879 %, 0,0681 %. Hasil penentuan perubahan bilangan peroksida untuk kemasan tertutup dengan penambahan vitamin E 0 ppm, 10 ppm, 20 ppm, dan 30 ppm secara berturut-turut mengalami kenaikan pada hari ke-10 (0,0187 meq/kg), hari ke-11 (0,0196 meq/kg), hari ke-12 (0,0196 meq/kg), dan hari ke-15 (0,0196 meq/kg). Sedangkan untuk kemasan terbuka dengan penambahan 0 ppm, 10 ppm, 20 ppm, dan 30 ppm secara berturut-turut mengalami kenaikan pada hari ke-8 (0,0194meq/kg), hari ke-11 (0,0196meq/kg), hari ke-11 (0,0193 meq/kg), dan hari ke-12 (0,0195 meq/kg). Pada penentuan asam lemak bebas untuk kemasan tertutup dengan penambahan vitamin E 0 ppm,10 ppm, 20 ppm, dan 30 ppm secara berturut-turut nilai asam lemak bebas berada diluar spesifikasi pada hari ke-12 (0,0802 %), hari ke-15 (0,0843 %), hari ke-17 (0,0852%), dan hari ke-18 (0,0855%). Sedangkan untuk kemasan terbuka dengan penambahan 0 ppm, 10 ppm, 20 ppm, dan 30 ppm secara berturut-turut nilai asam lemak bebas berada diatas nilai spesifikasi yang telah ditetapkan pada hari ke-8 (0,1361 %), hari ke-12 (0,0842 %), hari ke-15 (0,0879 %), hari ke-17 (0,0910 %). Dapat disimpulkan bahwa penambahan antioksidan dapat mempengaruhi perubahan bilangan peroksida dan asam lemak bebas pada minyak yang telah diproses."
2008
TA1687
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Komalasari Dewi
"Salah satu pemanfaatan bentonit adalah untuk penjernihan minyak dalam proses pemurnian minyak kelapa sawit (curah). Untuk memperoleh daya pemucatan yang maksimum diperlukan suatu kondisi optimum. Peningkatan kualitas daya serap, meliputi purifikasi (penghilangan karbonat, pengurangan kadar besi, pengurangan materi organik, serta fraksionasi) dan dilanjutkan dengan aktivasi (asam dan pemanasan). Variasi konsentrasi H2SO4 yang digunakan sebesar 0,8 M; 1,0 M; dan 1,2 M. Bentonit yang telah diberi perlakuan dikarakterisasi dengan XRD, XRF, dan FTIR. Analisis data XRD digunakan untuk mengetahui perubahan struktur pada kristal bentonit, XRF untuk mengetahui komposisi unsur, dan FTIR untuk mengetahui gugus fungsi. Berdasarkan hasil pengujian dan karakterisasi diperoleh efektivitas adsorpsi bentonit purifikasi sebesar 42,82%, raw bentonit sebesar 54,32%, bentonit tanpa purifikasi dan diaktivasi 0,8 M sebesar 63,29%, bentonit tanpa purifikasi dan diaktivasi 1,0 M sebesar 85,81%, bentonit tanpa purifikasi dan diaktivasi 1,2 M sebesar 79,69%."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
S30631
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ivandini Tribidasari Anggraningrum
1993
S29850
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhaida
"ABSTRAK
Bentonit alam Merangin Jambi merupakan jenis Ca-bentonit dengan dengan
kandungan smectit sebesar 91,24%. Pada penelitian ini telah berhasil dilakukan
modifikasi bentonit Merangin Jambi dengan KOH 0,1 M; 0,2; 0,3 M; 0,4 M; dan
1 M sebagai katalis reaksi transesterifikasi minyak kelapa sawit untuk produksi
biodiesel. Biodiesel adalah metil ester asam lemak yang dihasilkan dari
alkoholisis minyak hewani atau nabati. Selain itu, diamati juga pengaruh dari suhu
reaksi, waktu reaksi, rasio mol minyak : metanol, dan jumlah katalis. Persentase
yield metil ester cenderung lebih besar pada suhu reaksi 60 oC, waktu reaksi 2
jam, rasio mol minyak dengan metanol 1 : 12, jumlah katalis 3%, dan katalis Nabentonit
yang dimodifikasi dengan KOH 0,4 M. Katalis hasil regenerasi masih
dapat digunakan kembali dengan % yield metil palmitat, metil oleat, dan metil
linoleat, berturut-turut sebesar 0,34 %, 1,03 %, dan 3,19%.
ABSTRACT
Natural bentonite from Merangin Jambi is a type of Ca-bentonite with the
smectite content of 91,24%. This study has been performed successfully to
modify bentonite from Merangin Jambi as catalyst for the transesterification of
palm oil for biodiesel production. Biodiesel is fatty acid methyl esters produced
by alcoholysis of animal or vegetable oil. In addition, it was observed the effects
of temperature, reaction time, oil to methanol ratio, catalyst amount, and loading
amount KOH. The max percentage yield of methyl ester was obtained at
temperature of 60 oC, reaction time 2 hour, oil to methanol ratio 1 :12, 3% catalyst
amount, and KOH loading at 0,4 M. Recycle catalyst was used for the
transesterification with the percentage yield of methyl palmitate, methyl oleate,
and methyl linoleate respectively 0,34%, 1,03%, and 3,19%."
2013
T35207
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Agus Firmansyah
"Air alami merupakan sistem elektrolit heterogen yang mengandung sejumlah besar spesi organik dan anorganik. Logam runutan dapat memasuki perairan dan terlibat baik secara fisik maupun kimia. Proses distibusi logamlogam runutan tersebut dipengaruhi oleh interaksi baik secara fisika maupun kimia. Dalam perairan logam dapat tiadir sebagai ion logam yang terkoordinasi dengan molekul air maupun membentuk kompleks dengan ligan.
Salah satu alternatif kemungkinan penanganan limbati cair yang tercemar adaiah dengan cara adsorpsi ion-ion logam oleh bentonit, yang merupakan mineral alam. Bentonit telah banyak diteliti diantaranya untuk menyerap ion logam dalam perairan, sebagai penyerap pestisida, sebagai bahan pemucat pada pemumian CPO, dan penyerapan polimer kationik dalam perairan.
Dalam penelitian ini diteliti penyerapan kompleks logam Co-tanin dengan menggunakan bentonit yang diaktivasi dengan asam. Tujuannya adaiah untuk membandingkan penyerapan antara ion Co2+ dalam bentuk kompleks dengan ion Co2+ bebas dalam pelarut air.
Bentonit diaktivasi menggunakan H2SO4 sebagai asam pengaktivasi, dengan variasi konsentrasi 0.2 M; 0.4 M; 0.6 M; 0.8 M dan 1.0 M. Aktivasi dengari menggunakan H2SO4 0.6 M menunjukkan penyerapan optimum dalam menyerap Co, baik dalam t)entuk Ion Co2+ maupun dalam bentuk kompleks dengan tanin.
Proses yang terjadi dalam penyerapan ion Co2+ melibatkan proses adsorpsi dan pertukaran Ration. Ion Co2+ diserap lebih ttaik dalam keadaan tidak terkomplekskan oleh bentonit. Proses aktivasi meningkatkan daya serap bentonit."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>