Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 56883 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Danar Kuriawan
"Penentuan kapasitas tukar kation ( KTK) bentonit alam, bentonit komersil, bentonit alam purifikasi karbonat, dan bentonit komersil purifikasi karbonat menggunakan ion kompleks [Cu(en)2]2+ yang akan dipertukarkan dengan kation-kation yang berada dalam interlayer bentonit. Hasil pengukuran spektrofotometer UV-Vis menunjukkan bentonit yang dipurifikasi memiliki nilai KTK yang lebih kecil dibandingkan bentonit yang belum dipurifikasi. Sintesis organoclay melalui metode ultrasonik menggunakan surfaktan heksadesil trimetil amonium bromida dilakukan dengan variasi konsentrasi 1 KTK dan 2 KTK . Hasil XRD menunjukkan baik organoclay 1 KTK maupun 2 KTK memiliki orientasi bilayer.
Hasil FTIR menunjukkan adanya pita serapan vibrasi uluran antisimetri dan simetri di bilangan gelombang 2850-2920 cm-1 dan pita serapan vibrasi gunting CH2 pada 1463-1473 cm-1 mengindikasikan telah terjadi interkalasi surfaktan pada bentonit. Aplikasi organoclay dilakukan pada p-klorofenol dan hidroquinon. Hasil spektrofometer UV-vis menunjukkan adanya penurunan konsentrasi pada kedua senyawa tersebut. Penyerapan pada p-klorofenol lebih efektif dibandingkan hidroquinon. Data FTIR menunjukkan bahwa kedua senyawa tersebut telah terabsorp oleh organoclay pada bilangan gelombang 3400 cm-1."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S30463
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Hadi Astuti
"ABSTRAK
Bentonit merupakan salah satu jenis lempung yang telah banyak diketahui
manfaatnya. Cadangan bentonit di Indonesia sebesar ± 380 juta ton merupakan
aset potensial yang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Salah satu
pemanfaatan bentonit adalah dalam bentuk organoclay. Organoclay adalah
bentonit yang telah diberi surfaktan agar sifat bentonit yang semula hidrofilik
menjadi organofilik, perubahan sifat ini adalah hasil dari penggantian kation
anorganik pada bentonit dengan kation organik surfaktan. Penelitian ini
bertujuan untuk membuat organoclay yang bahan bakunya berasal dari bentonit
alam Indonesia. Agar bisa menjadi bahan baku organoclay bentonit harus
dipurifikasi dulu dari berbagai pengotor yang terdapat bersamanya di alam.
Purifikasi yang dilakukan meliputi penghilangan karbonat, pengurangan kadar
besi, pengurangan materi organik dan pemisahan mineral pengotor dengan
pengendapan. Setelah dipurifikasi kemudian bentonit dipadukan dengan
surfaktan kationik jenis amonium kuarterner. Surfaktan yang digunakan adalah
alkildimetilbenzil amonium klorida (ADBA) dan di(hydrogenatedtallow)dimetil
amonium klorida (DTDA). Dari hasil pengujian, organoclay menggunakan
surfaktan DTDA lebih baik karena mempunyai d-spacing yang cukup tinggi
sebesar 2,58 nm dan stabil terhadap pemanasan
(suhu awal degradasi 279,950C)."
Depok: [Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;, ], [2005;2005;2005;2005;2005, 2005]
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kadek Andhika Pratama Putra
"Nanokomposit selulosa asetat dibuat melalui dua tahapan, yaitu pembuatan TiO2-organoclay dan pembuatan nanokomposit. Sebagai kontrol juga disintesis nanokomposit tanpa penambahan TiO2 dan nanokomposit selulosa asetat. Organoclay disintesis dalam empat tahapan sintesis yaitu purifikasi bentonit, penyeragaman kation bentonit, sintesis TiO2-MMT dan sintesis TiO2-organoclay. Nanokomposit yang dibuat diberikan penambahan variasi persen berat TiO2- organoclay sebanyak 0%, 1%, 3%, 5% dan 7%. Nanokomposit hasil sintesis diuji kemampuan fotodegradasinya pada penyinaran dengan lampu UV dan lampu LED konvensional. Penyinaran dengan UV menunjukkan persentase pengurangan berat yang paling besar dibandingkan dengan lampu LED konvensional dan tanpa penyinaran cahaya. Pada komposit dengan penambahan 7% berat TiO2 pada hari ke-6 diperoleh persentase pengurangan berat yaitu sebesar 5,60 % untuk penyinaran dengan lampu UV, 1,38 % untuk penyinaran dengan lampu LED konvensional, dan 0,46 % untuk tanpa penyinaran cahaya.

Celulose acetate nanocomposite was fabricated in two steps synthesis as follows: synthesis of TiO2-organoclay and synthesis of nanocomposite. As control variable there are synthesized nanocomposite without TiO2 and cellulose acetate nanocomposite. Organoclay are synthesized in four steps synthesis there are: bentonite purification, uniformity of bentonite cation, synthesis of TiO2-MMT and synthesis of TiO2-organoclay. Synthesized nanocomposite are contain 0%, 1%, 3%, 5% and 7% TiO2-organoclay (w/w). Nanocomposite are tested in photodegradataion capacity with uv lamp and LED conventional lamp radiation. Radiation with uv light show bigger percentage of weight reduction than radiation with LED conventional lamp and without light radiation. In the composite with the addition of 7 wt% TiO2 on the 6th day gained weight percentage reduction in the amount of 5.60% for irradiation with UV light, 1.38% for irradiation with conventional LED lamps, and 0.46% for without light irradiation."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S58432
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irnawati Hapida
"Modifikasi elektroda BDD dengan organoclay HDTMA-bentonit dilakukan untuk meningkatkan sensitivitas elektroda BDD terhadap deteksi senyawa fenol pada analisis voltametri siklik. Organoclay merupakan material yang mempunyai daya adsorpsi tinggi terhadap polutan organik. Sedangkan elektroda BDD merupakan elektroda dengan berbagai kelebihan diantaranya arus blanko yang rendah dan jangkauan potensial yang lebar. Permukaan elektroda BDD dilapisi dengan campuran organoclay HDTMA-Bentonit dan karbon dengan memvariasikan perbandingan massa keduanya, yaitu pada perbandingan organoclay dan karbon 1:2, 1:3 dan 1:4, serta variasi KTK organoclay yaitu 1 dan 2 KTK. Pada pengukuran fenol dalam larutan NaCl 0.1 M, hasil optimum ditunjukkan pada perbandingan organoclay dan karbon 1:3 pada organoclay 2 KTK dengan sensitivitas sebesar 0.0042 mM/mA. Arus dari hasil oksidasi fenol pada elektroda BDD+OC 2 KTK+CP lebih tinggi dari elektroda BDD yang tak termodifikasi organoclay dengan batas deteksi sebesar 0.017 mM dan reproducibility sebesar 7.181 %.

Modification of BDD electrode with organoclay HDTMA-Bentonite is made to improve sensitivity of BDD electrode for detecting phenol through the analysis of cyclic voltammetry analysis. Organoclay is a material with high adsorption of organic compounds due to its hydrophilic character. While the BDD electrode is an electrode with many of advantages including current and capable of forming a wide potential range. BDD electrode surface is coated with mixture of organoclay HDTMA-Bentonite and carbon powder with variation of mass ratio (1:2, 1:3 and 1:4) and variation of CEC of organoclay (1 CEC and 2 CEC). Optimum result of phenol measurement in 0.1 M NaCl solution are obtained in 1:3 ratio of organoclay and carbon at 2 CEC organoclay with a sensitivity of 0.0042 mM/mA. Current from oxidation phenol on BDD+OC 2 CEC+CP electrode is higher than BDD electrode without modification. BDD+OC 2 CEC+CP electrode has limit of detection of 0.017 mM and 7.181 % reproducibility.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S43635
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Taruli, Jenica Mathilda
"Pengembangan vaksin berbasis mRNA merupakan teknologi yang berkembang pesat untuk mengobati penyakit menular serta menawarkan beberapa keunggulan dibandingkan vaksin konvensional. Namun, stabilitas vaksin mRNA menjadi tantangan utama dalam pengembangannya sehingga digunakan nanopartikel lipid (LNP) sebagai sistem penghantarannya karena memiliki kemampuan untuk memperbaiki stabilitasnya. Komponen penyusun LNP yang digunakan pada penelitian ini adalah CTAB, DSPC, kolesterol, dan DMG-PEG 2000 dengan memvariasikan konsentrasi CTAB dan kolesterol menjadi tiga formula untuk mendapatkan hasil formulasi terbaik. Konsentrasi yang divariasikan yaitu CTAB:DSPC:kolesterol:DMG-PEG 2000 secara berturut-turut adalah 13,5:20:65:1,5% (F1); 18,5:20:60:1,5% (F2); dan 23,5:20:55:1,5 % (F3). Formulasi LNP dibuat menggunakan metode t-junction mixing dengan kecepatan laju alir total sebesar 700 mL/jam dan volume akhir LNP sebanyak 20 mL. Pengaruh variasi rasio konsentrasi tersebut terhadap nilai ukuran partikel, indeks polidispersitas, dan potensial zeta diukur menggunakan Particle Size Analyzer serta RT-qPCR untuk mengidentifikasi adanya RNA yang terjerap dalam sampel LNP-mRNA. Hasil terbaik didapatkan dari formulasi LNP-mRNA kedua dengan rasio variasi lipid CTAB:DSPC:kolesterol:DMG-PEG 2000 sebesar 18,5:20:60:1,5 % yang menghasilkan rata-rata ± standar deviasi ukuran partikel sebesar 257,54 ± 9,11 nm; indeks polidispersitas sebesar 0,245 ± 0,01; dan potensial zeta sebesar +2,1 ± 0,16 mV. Setelah dilakukannya analisis kualitatif dengan metode RT-qPCR, ditemukan adanya mRNA dalam sampel LNP-mRNA. Penelitian ini memberikan wawasan baru dalam formulasi LNP-mRNA dengan menggunakan konsentrasi surfaktan kationik seperti CTAB sebesar 18,5% dan lipid helper seperti kolesterol sebesar 60%.

The development of mRNA-based vaccines is rapidly evolving as a technology to treat infectious diseases, offering several advantages over conventional vaccines. However, the stability of mRNA vaccines remains a major challenge in their development. To address this, lipid nanoparticles (LNP) are used as delivery systems because of their ability to improve stability. The components of LNP used in this study include CTAB, DSPC, cholesterol, and DMG-PEG 2000, with varying concentrations of CTAB and cholesterol across three formulations to achieve the best results. The varying concentrations were CTAB:DSPC:cholesterol:DMG-PEG 2000 at ratios of 13.5:20:65:1.5% (F1); 18.5:20:60:1.5% (F2); and 23.5:20:55:1.5% (F3). The LNP formulations were prepared using the T-junction mixing method with a total flow rate of 700 mL/hour and a final LNP volume of 20 mL. The impact of these concentration ratios on its particle size, polydispersity index, and zeta potential was measured using a Particle Size Analyzer, and RT-qPCR was used to identify the presence of RNA encapsulated in the LNP-mRNA samples. The best results were obtained from the second LNP-mRNA formulation with a lipid ratio of CTAB:DSPC:cholesterol:DMG-PEG 2000 at 18.5:20:60:1.5%, producing an average ± standard deviation particle size of 257.54 ± 9.11 nm, a polydispersity index of 0.245 ± 0.01, and a zeta potential of +2.1 ± 0.16 mV. Qualitative analysis using the RT-qPCR method confirmed the presence of mRNA in the LNP-mRNA samples. This study provides new insights into LNP-mRNA formulation using cationic surfactant concentrations like CTAB at 18.5% and helper lipids like cholesterol at 60%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Paramita Puspitasari
"Bentonit asal Tasikmalaya dimodifikasi menjadi organoclay dengan menggunaan surfaktan non-ionik Triton X-100 sebagai agen penginterkalasi. Produk hasil modifikasi dikarakterisasi dengan XRD, FTIR, dan EDAX. Sebelum preparasi, dilakukan fraksinasi presipitasi bentonit dan didapat Fraksi 1 yang kaya montmorillonit (MMT) yang kemudian divariasikan kation penyeimbangnya dengan Na+ (menjadi Na-MMT) dan NH4+ (menjadi NH4-MMT). Kemudian nilai KTK Na diperoleh sebesar 66,5 meq/100 gram Na-MMT dengan menggunakan senyawa kompleks [Cu(en)2]2+, dan 65 meq/100 gram Na-MMT dengan menggunakan senyawa kompleks [Cu(NH3)4]2+. Variasi penambahan surfaktan Triton X-100 yang digunakan untuk preparasi organoclay 5360 ppm, 7490 ppm, dan 9630 ppm terhadap d-spacing diamati dengan XRD low angle menunjukkan bahwa terjadinya peningkatan d-spacing dari 15,10 Å untuk Na-MMT masing-masing menjadi 17,26 Å, 16,91 Å, dan 17,28 Å; 15,75 Å untuk MMT menjadi 16,24 A, 16,53 Å, dan 16,42 Å; 12,39 Å untuk NH4-MMT (dari Na-MMT) menjadi 15,02 Å, 14,99 Å, dan 14,88 Å; 12,47 Å untuk NH4-MMT (dari MMT) menjadi 15,11 Å, 14,88 Å, dan 15,07 Å. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa d-spacing yang dihasilkan oleh organoclay dari Na-MMT lebih besar dibandingkan dengan organoclay lainnya, dan nilai % kenaikan d-spacing yang baik merupakan organoclay dari NH4-MMT (dari Na-MMT) maupun organoclay dari NH4-MMT (dari MMT).

Bentonite of Tasikmalaya is modified into organoclay by using non-ionic surfactant Triton X-100 as an intercalation agent. The modified product is characterized with XRD, FTIR, and EDAX analysist. Leading to the preparation, the bentonite was fractionated to obtain the fraction 1 which is rich in montmorillonite (MMT). This fraction then modified using variation balancing cations. The cations variation are Na+ (as Na-MMT) and NH4+ (as NH4-MMT). The CEC of the Tasikmalaya bentonite obtained in the research is 66,5 meq/100 g clay with the Cu(en)22+ complex and 65 meq/100 g clay with the Cu(NH3)42+ complex. The Triton X-100 concentration used in the research was 5360 ppm, 7490 ppm, and 9630 ppm. The influence of Triton X-100 surfactant on the d-spacing of the clay was observed with low angle XRD. The result shows that d-spacing increase from 15,10 Å to 17,26, 16,91 Å, and 17,28 Å for Na-MMT; from 15,75 Å to 16,24 A, 16,53 Å, and 16,42 Å for MMT; from 12,39 Å to 15,02 Å, 14,99 Å, and 14,88 Å for NH4-MMT (of Na-MMT source) ; and from 12,47 Å to 15,11 Å, 14,88 Å, and 15,07 Å for NH4-MMT (from MMT source). The highest percentage of the d-spacing number was from both NH4-MMT (from Na-MMT and MMT source)."
Depok: Universitas Indonesia, 1012
S43213
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Pranata Jaya
"Organoclay adalah lempung yang disintesis dengan bahan organik ODTMABr tanpa mengubah struktur kimianya. Pergeseran puncak (001) difaktogram menunjukkan bahwa ODTMABr berhasil masuk ke dalam lapisan lempung. Basal spacing pada organoclay lebih besar dibandingkan dengan basal spacing bentonit. Uji FTIR menunjukkan bahwa organoclay Tapanuli (OCT-C18) terinterkalasi oleh surfaktan ODTMABr. Sintesis antara Polyvinyl Alcohol (PVA) dan OCT dalam jumlah sedikit yaitu PVA/OCT-C18 5% atau kurang menghasilkan nanokomposit berstruktur eksfoliasi. Penambahan OCT-C18 memberi peningkatan kekuatan mekanik dan modulus elastisitas PVA/OCT-C18, tetapi memberi penurunan regangan pada PVA/OCT-C18 7%. Hasil SEM pada permukaan patahan menunjukkan peningkatan kekuatan mekanik dan teramatinya peningkatan kekasaran permukaan patahan. Banyak dan besar rongga pada PVA/OCT-C18 mempengaruhi kekuatan mekanik PVA/OCT-C18.

Organoclay was synthesized using ODTMABr surfactant without changing its chemical structure. The diffractogram showed that the (001) peak shifted and this indicated that the organoclay layers were intercalacted. The basal spacing of organoclay which was higher than of bentonite. The FTIR results indicated the ODTMABr surfactant intercalated the clay layers. Synthesis of Polyvinyl Alcohol (PVA) and small amounts of OCT-C18 less than 5% wt, produced exfoliated nanocomposite structure. The addition of OCT-C18 improved mechanical strength and modulus of elasticity, but it decreased the value of strain of PVA/OCT-C18 composites. SEM observation results on the fracture surface showed that the enchanted of mechanical strength of PVA/OCT-C18 followed by the roughness of fracture surface. The number of voids or cavities on PVA/OCTC18 affected the mechanical strength of PVA/OCT-C18."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S53174
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Denisha Elmoiselle Munaf
"Meningkatnya limbah plastik di Indonesia menjadi salah satu masalah di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah membuat membran plastik nanokomposit yang memiliki kemampuan terdekomposisi di alam. Sintesis selulosa asetat murni dan nanokomposit SA/OCT-C16 dengan variasi komposisi organoclay 1 wt%, 3 wt%, 5 wt%, dan 7 wt% telah berhasil dibuat dengan metode solvent casting. Struktur bentonit tetap sama meskipun telah mengalami reaksi pertukaran kation hingga menjadi organoclay.
Hal tersebut dapat dilihat dengan adanya pita serapan khas bentonit berupa deformasi SI-O-Si pada bilangan gelombang 500-400 cm-1 dan adanya pita serapan khas dari karbon CH2 yang berasal dari surfaktan heksadesiltrimetil amonium bromida (HDTMA-Br) pada bilangan gelombang 2930 cm-1 dan 2842 cm-1. Difraktogram organoclay menunjukkan peningkatan nilai basal spacing dari 15,19 Å menjadi 20,14 Å.
Hasil uji tarik menunjukkan bahwa nanokomposit dengan komposisi organoclay 1 wt% memiliki kuat tarik tertinggi yaitu 44,56 MPa dengan kenaikan sebesar 16% dibandingkan dengan selulosa asetat murni. Hasil uji dekomposisi menunjukkan bahwa selulosa asetat mempunyai kemampuan terdekomposisi paling tinggi, yaitu sebanyak 37% sedangkan nanokomposit dengan 1 wt% organoclay terdekomposisi sebanyak 25% selama 60 hari penguburan. Secara umum massa terdekomposisi nanokomposit lebih tinggi daripada massa terdekomposisi plastik komersial.

This research is based on the increasing problem of plastic waste in Indonesia. The focus of this research is to produce a nanocomposite plastic membranes that have the ability to decompose in nature better than commercial plastic. Synthesis of cellulose acetate and nanocomposite SA/OCT-C16 with variation in composition of 1 wt%, 3 wt%, 5 wt%, and 7 wt% of organoclay has been successfully created with a solvent casting method. Bentonite structure remain visible although it has undergone a cation exchange reaction to be an organoclay.
It can be seen with their typical absorption bands of bentonite on the form of the deformation of the Si-O-Si at wave number 500-400 cm-1 and the typical absorption band of carbon CH2 derived surfactant hexadecyltrimethylammonium bromide (HDTMA-Br) at wave number 2930 cm-1 and 2842 cm-1. Difractogram on organoclay show the increase of the value of basal spacing of organoclay from 15,19 Å up to 20,14 Å.
The tensile strength test shows that nanocomposite with 1 wt% composition of organoclay has the graetest tensile strength that is equal 44.56 MPa with an increase of 16% compared to pure cellulose acetate. The result of decomposition test shows that pure cellulose acetate has the ability to decompose the highest, which is about 37% whereas nanocomposite with 1 wt% of organoclay only able to decompose as much as 25% during 60 days of burial. In general, the mass of decomposed nanocomposite is higher than the mass of commercial plastic decomposes.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S63295
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>