Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 143138 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Teguh Yulius Surya Panca Putra
"ABSTRAK
Sintesis dengan metode pendinginan cepat (rapid quenching) dan karakterisasi bahan konduktor superionik berbasis gelas (AgBr)x(LiP03)1-x dengan variasi penambahan AgBr (x) = 0,0; 0,3; 0,5 dan 1 ,0 telah dilakukan. Hasil y~ng diperoleh pada komposisi AgBr (x) = 0,0 berupa bahan substrat gelas LiP03 transparan (bening) dan tidak berwarna, untuk x = 0,3 dan 0,5 diperoleh produk yang masing-masing terdiri dari dua komponen dengan warna berbeda yaitu hijau sebagai komponen AgBr dan merah muda bercampur putih sebagai komponen LiP03 dan untuk x = 1,0 diperoleh padatan AgBr berwarna hijau sebagai garam terlelehkan (molten salt). Karakterisasi difraksi sinar-X menunjukkan bahwa substrat gelas LiP03 dan komponen-komponen berwarna merah muda bercampur putih merupakan bahan gelas bersifat amort, sedangkan garam terlelehkan AgBr dan komponen-komponen berwarna hijau merupakan bahan yang masih memiliki sifat kristalin dengan perubahan struktur ke arah amort. Karakterisasi morfologi dan komposisi unsur pada komponen LiP03 dengan SEM-EDS memperlihatkan adanya pertumbuhan presipitat AgBr di dalam matriks gelas yang semakin jelas dengan persen berat yang meningkat dengan semakin besarnya komposisi AgBr. Sementara pada komponen AgBr, mortologinya tidak jauh berbeda untuk semua komposisi AgBr. Penambahan AgBr dengan komposisi x = 0,5 akan menurunkan persen berat total dari Ag dan Br di dalam komponen. Pengukuran densitas terhadap komponen LiP03menunjukkan bahwa komposisi AgBr yang semakin besar meningkatkan
densitas komponen LiP03 dan sebaliknya akan menurunkan densitas komponen AgBr. Secara umum, densitas komponen LiP03Iebih rendah daripada komponen AgBr. Kekerasan Vickers komponen gelas tertinggi diperoleh pada komposisi AgBr (x) = 0, 5 sedangkan pada komposisi yang lain kekerasannya lebih rendah. Sementara itu, komposisi AgBr yang semakin besar secara konsisten menurunkan kekerasan komponen AgBr. Karakterisasi sifat termal dengan DSC menunjukkan temperatur transisi gelas {Tg) komponen LiP03 turun pada komposisi AgBr (x) = 0,3 dan kembali naik pada x = 0,5 sebagai akibat kristalisasi dan presipitasi AgBr di dalam matriks gelas. Sementara itu, komposisi AgBr yang semakin besar secara konsisten akan meningkatkan Tg dari komponen AgBr. Pengukuran konduktifitas ionic dengan LCR-meter menunjukkan bahwa peningkatan komposisi AgBr akan meningkatkan konduktifitas komponen LiP03. Konduktifitas komponen LiP03 tertinggi pada temperatur ruang dan frekuensi 1 Hz adalah 2,3736 X 1 o-7 S/cm pada komposisi AgBr (x) = 0,5. Konduktifitas komponen AgBr turun pada x = 0,5 akibat adanya presipitasi AgBr dan mencapai maksimum pada x = 1,0 yaitu 3,8949 x 1 o-7 S/cm. Secara umum komponen AgBr memiliki konduktifitas yang lebih tinggi daripada komponen LiP03."
Depok: [Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, ], [2006, 2006]
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika
"Sintesis dengan menggunakan metode indirect (pembuatan substrat gelas terlebih dahulu), metode pendinginan cepat (rapid quenching) dan metode milling telah dilakukan serta karakterisasi bahan konduktor superionik berbasis gelas (AgI)x(LiPO3)1-x dengan variasi penambahan AgI (x) = 0,0; 0,3; 0,5 dan 1,0. Hasil yang diperoleh pada komposisi AgI (x) = 0,0 berupa bahan substrat gelas LiPO3 transparan (bening), untuk x = 0,3 dan 0,5 diperoleh produk yang masing-masing terdiri dari dua komponen yaitu hijau kekuningan sebagai komponen dominan AgI dan bening transparan kekuningan sebagai komponen dominan LiPO3 dan untuk x = 1,0 diperoleh padatan AgI berwarna hijau kekuningan sebagai garam terlelehkan (molten salt). Sedangkan bahan yang telah mengalami proses milling (after milling) berupa serbuk berwarna kuning untuk komponen dominan AgI dan berupa serbuk berwarna coklat untuk komponen dominan LiPO3.
Karakterisasi difraksi sinar-X menunjukkan bahwa substrat gelas LiPO3 dan komponen-komponen bening kekuningan merupakan bahan gelas bersifat amorf, sedangkan garam terlelehkan AgI dan komponen-komponen berwarna hijau kekuningan merupakan bahan yang masih memiliki sifat kristalin. Untuk bahan after milling baik komponen dominan AgI dan komponen dominan LiPO3 pola difraksi sinar-X menunjukkan perubahan ke arah yang lebih amorf.
Pengukuran konduktifitas ionik dengan LCR-meter menunjukkan bahwa peningkatan komposisi AgI akan meningkatkan konduktifitas komponen dominan LiPO3. Adanya proses milling akan meningkatkan nilai konduktifitas karena selain memperkecil ukuran partikel juga memperbesar luas permukaan, memperbanyak kontak partikel, mengurangi porositas sehingga memudahkan proses difusi ion-ion dan membentuk jejak konduksi yang lebih baik. Konduktifitas komponen dominan LiPO3 tertinggi pada temperatur ruang dan frekuensi 1 Hz adalah 6,639 x 10-7 S/cm pada komposisi AgI (x) = 0,3 meningkat menjadi 2,040 x 10-6 S/cm setelah dimilling. Konduktifitas komponen dominan AgI pada x = 0,3 adalah 1,138 x 10-5 S/cm meningkat menjadi 7,049 x 10-5 S/cm setelah dimilling. Konduktifitas komponen dominan AgI pada x = 0,5 adalah 3,942 x 10-5 S/cm meningkat menjadi 1,298 x 10-4 S/cm setelah dimilling. Secara umum komponen dominan AgI memiliki konduktifitas yang lebih tinggi daripada komponen dominan LiPO3.
Karakterisasi sifat termal dengan DTA (Diffential Thermal Analysis) menunjukkan temperatur transisi gelas (Tg) komponen dominan LiPO3 turun pada komposisi AgI x = 0,3 yaitu 2330C bila dibandingkan dengan komponen dominan LiPO3 pada komposisi AgI x = 0,0 yaitu 240,50C. Sementara itu, komposisi AgI yang semakin besar secara konsisten akan meningkatkan Tg dari komponen dominan AgI. Temperatur transisi gelas akan mengalami penurunan pada masing-masing bahan yang telah mengalami proses milling. Bahan AgI murni tidak memiliki temperatur transisi gelas.
Kekerasan Vickers komponen LiPO3 tertinggi diperoleh pada komposisi AgI x = 0, 0 sedangkan pada komposisi yang lain kekerasannya lebih rendah. Sementara itu, kekerasan komponen AgI terendah diperoleh pada x = 1,0, sedangkan pada komposisi lain kekerasannya lebih tinggi. Pengukuran densitas terhadap komponen LiPO3 menunjukkan bahwa komposisi AgI yang semakin besar meningkatkan densitas komponen LiPO3 serta akan menaikkan densitas komponen AgI. Secara umum, densitas komponen LiPO3 lebih rendah daripada komponen AgI.Konsistensi ini terdapat pula pada bahan yang telah mengalami proses milling."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S30635
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mahdian Muharam
"Peningkatan efisiensi dalam suatu produksi merupakan sesuatu yang perlu dipertimbangkan. Sehingga dapat meningkatkan keuntungan secara ekonomis dan teknis. Seperti halnya dalam pembuatan Spring Clip yang merupakan salah satu komponen dari Elastic Rail Fastening yang digunakan sebagai pengikat rel kereta api pada bantalan digunakan proses bending dan heat treatment perlu adanya pertimbangan efistensi energi dari proses produksi yang berlangsung. Oleh karena itu berdasarkan pertimbangan diatas pada penelitian ini dicoba untuk memanfaatkan panas yang dihasilkan dari proses pembentukan yang kemudian langsung diquenching. Pada Penelitian ini digunakan beberapa variabel temperatur yang dianggap masih dimiliki oleh proses sebelumnya (pembentukan). Temperatur yang digunakan sekitar 750, 850, 950 dan 1050 °C yang langsung dicelup pada media oli yang mempunyai tingkat visikositas (kekentalan) yang berbeda. Selain dilakukan hardening juga dilakukan tengpering pada temperatur 250, 350 dan 450 °C, hal ini dilakukan untuk melihat perbandingan kekerasan dari perlakuan sebelumnya. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pada temperatur austenisasi yang lebih besar kekerasan yang dicapai cenderung meningkat terurama dengan meningkatnya visikositas oli yang digunakan. Pada temperatur austenisasi 1050 °C hasil yang dicapai hampir mendekati kekerasan yang diijinkan (383 - 429 BHTND yaitu 360 BHN pada media oli SAE 40. Sehingga bila dilakukan dengan media oli dengan tingkat visikositas yang lebih tinggi kemungkinan untuk menghilangkan temper bisa dilakukan, dan hal ini termper merupakan peningkatan efisiensi energi."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S41197
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2007
S30633
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saragih, Dermawan Santoso
Depok: Universitas Indonesia, 2008
T39864
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anrinal
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan media quenching oil alternatif, temperatur tempering yang sesuai dengan media quenching alternatif, dan menciptakan Elastic rail fastening yang baru.
Penelitian dilakukan dengan variasi temperatur pemanasan 950°C, dan 1050°C, media quenching oil dengan viscositas SAE 20, 30, 40, 50, 90, dan 140, Temperatur temper 250, 350 dan 450°C, dan pengembangan produk dibatasi sampai pembuatan Model dari disain produk awal.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa media quenching oil alternatif adalah dengan Viscositas SAE50, SAE90, dan SAE140. Temperatur tempering yang sesuai dengan media quenching altematif adalah 250°C dengan temperatur pengerasan 1050°C. Penghematan energi dan konsumsi bahan bakar dapat dicapai melalui pemakaian media quenching oil SAE140 yang dapat menghilangkan proses temper, dan oli SAE50 serta SAE90 dapat menurunkan temperatur temper menjadi 250°C. Produk baru yang terpilih adalah Model 1 yang memiliki unjuk kerja lebih baik dari Model-model lainnya.

ABSTRACT
The purpose of this research is to find quenching media oil alternative, the suitable tempering temperature to quenching media oil alternative, and create the new elastic rail fastening.
Research is done in many variations. Heating variety are 950°C, and 1050°C, viscosity of quenching media oil variety are SAE 20, 30, 40, 50, 90, and 140, tempering temperature are 250, 350 and 450°C. And new product development is done until prototype construction of preliminary product design.
The result showed that viscosity of quenching media oil alternative are SAE50, SAE90, and SAE140. Tempering temperature is 2500C at heating 10500C. Energy saving and fuel consumption reached with use oil SAE140 to delete tempering process, oil SAE50 and SAE90 to decrease tempering temperature to 250°C. The new product is Model 1 who has performance is better than other Models.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pengky Adie Perdana
"Aplikasi material Ferritic - Austenitic Steel atau yang lebih dikenal dengan Super Duplex Stainless Steel, dalam industri migas umumnya terdapat pada sistem pemipaan Production Flowlines dan komponen-komponen pendukungnya. Tingginya kadar alloy (25Cr 7Ni 4Mo) dibanding dengan Stainless Steel biasa SS316 (18Cr 8Ni) menyebabkan paduan ini lebih tahan terhadap korosi intergranullar, pitting dan crevice corrosion.
Pengelasan merupakan proses penggabungan logam dengan cara memanaskan nya hingga mencapai suhu lebur dan logam cair tersebut dialirkan bersama-sama. Permasalahan yang sering terjadi pada pengelasan baja tahan karat adalah terbentuknya fasa karbida yang mengendap di batas butir (sensitasi) yang akan menurunkan ketahanan korosi dan kekuatan sambungan las.
Pada tesis ini penulis ingin mempelajari lebih dalam tentang pengaruh quenching terhadap karakteristik mekanis dan ketahanan korosi baja tahan karat Super Duplex UNS S32750 yang telah mengalami proses pengelasan.
Dalam penelitian ini digunakan material pipa potongan Super Duplex yang dilas dengan proses GTAW sebagai masukan panas. Media quenching atau quenchant yang digunakan yaitu udara, oli dan air. Selanjutnya dilakukan pengujian metalografi, kekerasan, pemeriksaan kandungan ferit, dan pengujian immersed solution (pada suhu 50°C dan 40°C) untuk mengetahui hubungan antara mikrostruktur dengan nilai kekerasan, ferrite content dan ketahanan korosi Super Duplex tersebut.

Ferrite - Austenitic Steels or familiar with Super Duplex Stainless Steels are widely applied in oil and gas industry. They are mainly used on piping system, especially in Production Flowlines and other supporting equipments. Its high content of alloy composition (25Cr 7Ni 4Mo) rather than regular Stainless Steel SS316 (18Cr 8Ni) derived this alloy to have more corrosion resistance against intergranullar, pitting dan crevice corrosion.
The term welding refers to the process of joining metals by heating them to their melting temperature and causing the molten metal to flow together. The most frequent problems occur in welding stainless steel is carbide formation and precipitation at grain boundaries (known as sensitization), which will reduce corrosion resistance and strength of the welded joints.
The aim of this research is to learn more about the effect of quenching to mechanical properties and its corrosion resistance of Super Duplex Stainless Steel.
This research uses some length of Super Duplex, which was welded with GTAW process for heat input. Quenching fluids or known as quenchant which is used are : air, oil, and water. Further, the samples subjected to hardness testing, microstructure examination, ferrite content analyzer, immersed solution testing (on temperature 50°C and 40°C) in order to find out relationship among hardness value, ferrite content, and corrosion resistance of Super Duplex.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
T21453
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1994
S40901
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andreas Reky Kurnia Widhi
"Aplikasi dari baja perkakas JIS SKD 11 sebagai material cetakan amatlah memegang peranan strategis dalam dunia industri. Agar diperoleh baja perkakas kualitas tinggi, maka terus dilakukan berbagai penelitian, salah satu caranya adalah dengan mengatur perlakuan panas. Pada penelitian ini, material baja perkakas diatur perlakuan panasnya dengan Quenching Partitioning Tempering. Dengan variabel yang digunakan adalah perubahan temperatur perlakuan panas yang dilakukan dengan menahan temperatur kuens pada suhu 100oC dan 150oC yaitu antara suhu Ms dan Mf maka akan diketahui pengaruhnya terhadap sifat mekanis, yaitu kekerasan, laju aus, perubahan dimensi serta struktur mikro material baja perkakas JIS SKD 11.
Dalam penelitian ini disimpulkan dengan perlakuan Quenching Partitioning Tempering memberikan pengaruh sifat mekanis dan mikrostruktur baja JIS SKD 11. Nilai kekerasan baja pada perlakuan Quenching Partitioning Tempering (QPT) 950/100 oC pada penelitian ini sanggup mencapai nilai kekerasan 64 HRC. Pada perlakuan panas Quenching Partitioning Tempering (QPT) sifat mekanis kekerasan akan turun bila mana temperatur partitioning bertambah. Perubahan dimensi setelah perlakuan panas pada Quenching Tempering (QT) dan QPT mengalami penyusutan 0.02 mm sedangkan pada perlakuan panas Quenching Partitioning (QP) perubahan dimensi mengalami penambahan/mengembang 0.02 mm. Pada proses QP dan QPT terbentuk fasa martensit dan austenit sisa.

Application of JIS SKD 11 tool steel as the mold and dies material is very important role in many startegic industries. In order to obtain a high quality tool steel , then continued to do various studies, one way is to set the heat treatment. In this study, tool steel material is regulated by the heat treatment of Quenching Partitioning Tempering (QPT). The variable used is the change of temperature of heat treatment done by holding the temperature quenching at temperature of 100 oC and 150 oC at which temperature between Ms and Mf it will determine its effect on mechanical properties, namely hardness, wear rate, dimensional changes and microstructure of materials tool steel JIS SKD 11.
In this study, it is concluded that treatment of QPT influence mechanical properties and microstructure of steel JIS SKD 11. Hardness value of the steel in the treatment of QPT at 950/100 °C in this study could achieve a hardness value of 64 HRC. In the heat treatment of QPT mechanical properties of hardness will drop when partitioning increases. Dimensional change after heat treatment of Quenching Tempering (QT) and QPT shrinkage 0.02 mm, while the heat treatment Quenching Partitioning (QP) experienced a change in the dimensions of the addition 0.02 mm. In the process of QP and QPT, martensite and retained austenite phase are formed.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T38096
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>