Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 87180 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Melfiana
"ABSTRAK Sistem pengolahan air sirkulasi dari proses pengecatan dengan kandungan zat organik tinggi dapat dilakukan melalui pengolahan secara biologis dengan menggunakan lumpur aktif. Dalam lumpur aktif, terdapat bakteri dan mikroorganisme yang akan memanfaatkan zat ? zat organik dalam proses oksidasi dan sintesis sel, sehingga terjadi penurunan kadar zat organik tersebut. Tingginya kadar zat organik dalam air sirkulasi diperkirakan karena telah terakumulasinya sisa ? sisa zat kimia yang larut dalam air yang digunakan dalam proses pengecatan. Langkah awal sebelum melakukan pengolahan adalah dengan menentukan karakteristik awal air sirkulasi sebelum diolah, terutama nilai COD, total N, dan total P guna mendesain suatu sistem pengolahan biologis yang tepat. Kondisi air sirkulasi, seperti pH dan suhu, serta banyaknya oksigen terlarut yang dialirkan juga menentukan keberhasilan pengolahan dengan menggunakan lumpur aktif. Pada pengolahan ini dilakukan perbandingan hasil antara air sirkulasi segar dan air sirkulasi yang telah ditambah polimer. Penambahan polimer pada air sirkulasi yang akan diumpankan ke bioreaktor memberikan efisiensi penurunan nilai COD pada kisaran 70 ? 95 %. Kata kunci: air sirkulasi, COD, lumpur aktif, proses pengecatan ix + 87 halaman; gambar; tabel, lampiran Daftar pustaka: 18 (1980 ? 2004)"
Depok: [Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;;, ], 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Rahmawati
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Didit Adhitya H.
Depok: Universitas Indonesia, 1994
S29895
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Lukman Hakim
"ABSTRAK
Limbah cair resin sintetik merupakan salah salu bentuk limbah yang dapal menyebabkan turunnya kualitas air, sehingga dibutuhkan suatu pengolahan yang, sesuai dengan karakteristik air limbah. Proses pengolahan limbah secara biologi dengan menggunakan lumpur aktif merupakan salah salu alternatif yang dapat digunakan dalam mengolah limbah resin sintetik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja proses lumpur aktif, pengaruh waktu tinggal air limbah dan konsentrasi limbah umuk limbah sebelum diolah dan sesudah diolah secara kimia. Percobaan dilakukan dengan menvariasikan waktu tinggal air iimbah dan konsentrasi limbah. Parameter operasi yang diamati adalah oksigen terlarut, MLSS, MLVSS, COD aliran masuk dan keluar, surfaktan aliran masuk dan keluar serta pH aliran masuk dan keluar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa % penyisihan COD dan surfaktan pada konsentrasai 1000 mg/l yang telah diolah secara kimia menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan konsentrasi limbah 2200 mg/l yang belum diolah secara kimia. Untuk % penyisihan COD dan surfaktan dihasilkan % penyisihan sebesar 90% dan 96%. Sedangkan untuk konsentrasi keluaran COD dan surfaktan dihasilkan konsentrasi keluaran sebesar 100 mg/l dan 0,5 mg/l. Penelitian ini juga membuktikan bahwa terdapat hubungan antara beban organik dan beban limbah terhadap % penyisihan COD. Untuk beban limbah sebesar 0,25 g COD/lt.hari dihasiikan % penyisihan COD sebesar 90%, sedangkan untuk beban organik 0,064 g COD/MLSS.hari, % penyisihan CODnya mencapai 90%.
Selain itu terdapat pula hubungan antara oksigen terlarut dengan % penyisihan COD, dimana semakin tinggi oksigen terlarut daiam tangki aerasi semakin besar pula % penyisihan CODnya. Untuk perkembangan pH pada proses lumpur aktif terus mengalami kenaikan seiring dengan bertambanhnya waktu tinggal air limbah dalam tangki aerasi. pH keluaran hasil pengolahan lumpur aktif berkisar antara 5 sampai 6 baik untuk konsentrasi 2200 mg/l alau 1000 mg/l."
2000
S49172
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiara Tri Sutriswo
"Lumpur merupakan produk sampingan utama yang dihasilkan dari proses pengolahan air limbah. Di Indonesia, seringkali lumpur yang dihasilkan belum terolah secara maksimal dan hanya berakhir di TPA. Penelitian ini bertujuan untuk mengolah lumpur aktif IPAL domestik (WAS) guna mengetahui potensi energi dari biogas yang dihasilkan melalui proses anaerobic digestion. Anaerobic digestion (AD) merupakan teknologi pengolahan lumpur yang terbukti efektif untuk pemulihan sumberdaya dan konversi limbah menjadi energi. Eksperimen ini dilakukan menggunakan substrat lumpur IPAL Setiabudi dan inokulum digestat sampah makanan dengan rasio 1:1 (berdasarkan VS). Reaktor yang digunakan merupakan reaktor batch sederhana dan proses berlangsung selama lebih dari 20 hari. Pengujian karakterisasi dilakukan sebelum dan sesudah proses AD untuk parameter pH, COD, TS dan VS, rasio C/N, serta biogas (CH4 dan CO2). Dalam penelitian ini, biogas yang dihasilkan sebanyak 31 ± 2,43 mL CH4/gVS, dengan komposisi biogas yang diukur menggunakan gas chromatography menunjukkan konsentrasi metana sebesar 69,06 ± 1,4%. Sementara itu, nilai energi yang dihasilkan oleh lumpur IPAL tergolong rendah bila dibandingkan dengan gas alam, yaitu sebesar ±0,00224 kWh per m3. Meskipun demikian, hasil ini masih layak untuk diimplementasikan serta diperlukan penelitian lebih lanjut menggunakan rasio S:I yang variatif, penggunaan ko-substrat hingga pre-treatment untuk meningkatkan potensi energi yang dimiliki oleh WAS.

Sludge is a major byproduct generated from the wastewater treatment process. In Indonesia, the sludge produced often remains inadequately treated and ends up in landfills. This study aims to treat domestic wastewater treatment plant (WWTP) activated sludge (WAS) to determine the energy potential of the biogas produced through the anaerobic digestion process. Anaerobic digestion (AD) is a proven sludge treatment technology for resource recovery and waste-to-energy conversion. This experiment was conducted using sludge from Setiabudi WWTP and food waste digestate inoculum of ratio 1:1 (VS-based). The reactor used was a simple batch reactor and the process was carried out for over 20 days. Characterization tests were performed before and after the AD process for parameters such as pH, COD, TS and VS, C/N ratio, and biogas (CH4 and CO2). In this study, the biogas produced amounted to 31 ± 2.43 mL CH4/gVS, with the biogas composition measured using gas chromatography showing a methane concentration of 69.06 ± 1.4%. Meanwhile, the energy value generated by the WAS was relatively low compared to natural gas, at ±0.00224 kWh per m3. Despite that, these results are still feasible for implementation and further research is needed using varied S:I ratios, co-substrate and pretreatment methods to enhance the energy potential of WAS."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alvi Tri Salviana
"Air merupakan kebutuhan pokok bagi manusia. Dengan pesatnya perkembangan penduduk maka kebutuhan air bersih untuk masyarakat juga semakin bertambah banyak. Namun masalahnya adalah dengan semakin buruknya kualitas air baku untuk air minum, disamping biaya produksinya meningkat hasilnya juga sering kurang baik. Suplai air bersih dengan kualitas yang kurang memenuhi standar atau air bersih yang tercemar baik secara biologis ataupun kimia dapat mengakibatkan dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat atau penduduk secara luas dengan waktu yang singkat. Oleh sebab itu penyediaan air bersih harus dapat memasok air untuk masyarakat dengan kualitas yang memenuhi standar kesehatan.
Masalah penyediaan air bersih memang sangat kompleks. Pencemaran oteh mikroorganisme baik bakteri maupun virus terhadap badan air maupun dalam suplai air minum merupakan kasus yang sering terjadi. Pencemaran oleh faktor fisika dan kimia, misalnya oleh senyawa polutan mikro yang bersifat mutagenik atau penyebab kanker sudah saatnya diwaspadai. Hai tersebut terjadi akibat dari cepatnya laju urbanisasi dan industrialisasi dan juga akibat penggunaan teknologi produksi yang tidak dan kurang ramah terhadap lingkungan maupun terhadap kesehatan masyarakat.
Salah satu problem atau masalah yang sering dijumpai pada air minum di dunia akhir-akhir ini yakni timbulnya senyawa yang dinamakan trihalometane atau yang disingkat THMs sebagai hasil samping dari proses disinfeksi dengan gas klor atau senyawa hipoklorit. Selain itu air yang tercemar oleh senyawa deterjen ternyata tidak mudah terurai dengan sistem instalasi yang ada sehingga diduga kuat senyawa tersebut masih terkandung dalam air bersih. Hal ini mengkawatirkan karena senyawa deterjen juga bersifat karsinogenik bila terakumulasi dalam jangka waktu lama dalam tubuh.
Untuk menanggulangi masalah menurunnya kualitas air baku untuk air minum adalah dengan melakukan pengolahan awal secara proses biologis. Dengan cara ini PAM tidak perlu mengubah instalasi yang lama tetapi hanya menyediakan instalasi tambahan yang dioperasikan pada awal proses. Pengolahan air baku air minum dengan proses biofilter tercelup dengan menggunakan media plastik sarang tawon merupakan proses yang sederhana tetapi hasilnya cukup baik. Proses ini mampu mengurangi senyawa deterjen, ammonia, zat organik yang ada di dalam air baku.
Tujuan Penelitian ini adalah (a) mengetahui pengaruh sistem aerasi dan tanpa aerasi terhadap penurunan parameter zat organik, ammonia dan deterjen pada pengolahan air baku air minum dengan proses biofilter tercelup menggunakan media plastik sarang tawon; (b) membandingkan tingkat penurunan konsentrasi zat organik, ammonia dan deterjen pada pengolahan air baku air minum dengan proses biofilter tercelup menggunakan media plastik sarang tawon dengan waktu tinggal hidrolis di dalam reaktor 1, 2, 3 dan 4 jam sehingga diketahui tingkat penurunan yang optimal; (c) mengetahui efektivitas pengolahan air baku air minum dengan proses bioflter tercelup menggunakan media plastik sarang tawon sebagai teknologi alternatif dalam upaya pengelolaan lingkungan.
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat diperoleh: (a) pengoperasian dengan sistem tertentu untuk mendapatkan hasil yang optimum; (b) pengoperasian proses untuk mendapatkan hasil yang optimum pada waktu tinggal hidrotis tertentu; (c) pengolahan air baku air minum dengan proses biofilter tercelup menggunakan media plastik sarang tawon diharapkan dapat diaplikasikan sebagai teknologi alternatif yang ramah dan aman terhadap kesehatan dan lingkungan.
Hipotesis yang diajukan adalah: (a) proses biofilter tercelup menggunakan media plastik sarang tawon dengan sistem aerasi dapat menurunkan konsentrasi dan meningkatkan efisiensi pengurangan zat organik, ammonia dan deterjen yang lebih optimal pada pengolahan air baku air minum; (b) semakin lama waktu tinggal hidrolis di dalam reaktor akan meningkatkan penurunan konsentrasi dan efisiensi pengurangan zat organik, ammonia dan deterjen pada pengolahan air baku air minum dengan proses biofilter tercelup menggunakan media plastik sarang tawon.
Penelitian dilakukan dengan metode eksperimen dan dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2002. Air Sungai Kalimalang digunakan sebagai air baku penelitian, Mikroorganisme yang dipakai merupakan mikroorganisme yang tumbuh secara alami pada media penyangga yang terbuat dari plastik berbentuk sarang tawon. Air baku dialirkan ke dalam reaktor secara kontinyu dari bawah ke atas menuju ke bak pengendapan awal, bak biofilter yang telah berisi media dan bak pengendapan akhir. Volume reaktor tetap yaitu 372 liter.
Data dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari pengukuran langsung di laboratorium dengan menganalisis konsentrasi zat organik, ammonia, deterjen dan sebagai data pendukung juga dilakukan analisa oksigen terlarut (DO), padatan tersuspensi (SS), nitrat, nitrit, pH dan temperatur. Data yang telah diperoleh pada tahap penelitian diolah dan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.
Waktu tinggal hidrolis di dalam reaktor berpengaruh terhadap efisiensi penghilangan zat organik, ammonia, deterjen dengan proses biofilter tercelup menggunakan media plastik sarang tawon yaitu semakin besar waktu tinggal hidrolis (laju alir air baku semakin kecil) maka efisiensi penghilangan semakin besar dan laju pembebanan semakin kecil. Efisiensi pengurangan senyawa organik selama masa pembiakan mikroorganisme diperoleh kondisi stabil sekitar 60%.
Kondisi terbaik diperoleh pada pengolahan dengan aerasi, pada waktu tinggal hidrolis 4 jam dengan efisiensi pengurangan senyawa organik 68,702%; deterjen 71,85%; ammonia 68,44%; padatan tersuspensi 76,89% dan oksigen terlarut 25,64%. Sedangkan terjadi hubungan linier antara beban zat dengan efisiensi pengurangan yaitu beban senyawa organik y = -0,087x + 74,30; beban deterjen y = -1,883x + 79,76; beban ammonia y = -0,3096x + 73,53 dan beban padatan tersuspensi y = -0,0543x + 78,32.
Penelitian ini perlu ditindaklanjuti dengan menggunakan media lain seperti keramik, random packing untuk mengetahui efisiensi pengurangan zat pencemar lainnya yang paling optimal sehingga dapat dibandingkan dengan penelitian ini. Selain itu jugs perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai jenis bakteri yang mampu menguraikan senyawa organik, ammonia, deterjen lebih optimal.
Pada saat ini laju penggunaan air tanah menunjukkan kecenderungan yang semakin tidak rasional yang apabila tidak segera diatasi dengan berbagai upaya seperti rehabilitasi dan perlindungan sumberdaya air tanah dan pengaturan eksploitasi air tanah akan menimbulkan kelangkaan sumberdaya air tanah yang pada akhirnya menimbulkan kasus-kasus kerusakan lingkungan, seperti penurunan muka air tanah instrusi air laut dan amblesan tanah (land subsidence). Kasus kerusakan lingkungan semakin diperparah oleh rusaknya kawasan resapan air (recharge area) akibat dimanfaatkan untuk permukiman dan kegiatan budidaya yang mengabaikan fungsi lingkungan dan kaidah penataan ruang. Mengingat begitu pentingnya sumberdaya air dan demi kelangsungan kehidupan itu sendiri seharusnya disadari bahwa sumberdaya air baik air permukaan maupun air tanah harus mendapatkan perlindungan sebaik-baiknya agar diperoleh manfaat yang optimum sehingga tidak ada lagi penggunaan sumberdaya air secara boros.

Raw Drinking Water Quality Improvement By Biological Process (A Case Study in Raw Drinking Water Treatment By Submerged Biofilter Using Honeycomb Tube Plastic Media)Water is essential for human. Due to rapidly increased population, the demand of clean water increases. The problems are deterioration of water quality to make drinking water, increased production cost and low quality water product. Sub standard clean water or biologically or chemically contaminated water has a negative effect on public health in such a short time. Therefore, the supplier of clean water must be able to provide a community with water quality that complies with drinking water standard.
The problem of clean water is quite complicated. Microorganism contamination on water bodies or drinkable water supply often happens. We should be aware of a kind of physical or chemical contamination, such as contamination by mutagenic or carcinogenic micro pollutants. This happens not only because of rapid urbanization and industrialization, but also the use of production technology that are harmful to environment and public health.
One of problems often found lately in drinking water is the presence of trihalomethanes (THMs) compounds as a side effect of disinfection process using chlorine gas or hypochlorite compounds. In addition, detergent-contaminated water can't be decomposed easily by existing plant. Therefore, there's an assumption that drinking water still contains these compounds. This is our concern because accumulated detergent compounds may cause cancer.
To overcome the deterioration of water quality, a pretreatment using biological process is needed; PAM doesn't need to change the existing plant. Instead, it only needs to build auxiliary installation operating in the beginning of the water treatment. Raw drinking water treatment by submerged biofilter using honeycomb tube plastic media is a simple process with a good result. This process can reduce detergent compounds, ammonia, and organic materials in the water.
The purpose of the research are : (a) to know the effect of aeration system and without aeration system on the concentrations reduction of organic materials, ammonia, and detergent by submerged biofilter using honeycomb tube plastic media ; (b) to compare the reduction efficiency rate of organic materials, ammonia and detergent by submerged biofilter using honeycomb tube plastic media with hydraulics retention time 1, 2, 3 and 4 hours in order to know the optimal of reduction rate; (c) to study the affectivity of water treatment using aerobic and anaerobic by submerged biofilter using honeycomb tube plastic media as an alternative technology to achieve environmental management.
From the research, we hope to get : (a). information on the risk of consuming drinkable water if the water treatment is sub standard; (b). raw drinking water treatment by submerged biofilter using honeycomb tube plastic media is hoped applicant as alternative technology that are safety of harmful to health and environment.
Proposed hypothesis are : (a).submerged biofilter process using honeycomb tube plastic media with aeration system is able to reduce concentration and increase reduction efficiency of organic, ammonia and detergent material that more optimal in the raw drinking water treatment; (b). As longer as. Hydraulics retention time in the reactor will increase reduction concentrations and reduction efficiency of organic, ammonia and detergent in raw water treatment by submerged biofilter using honeycomb tube plastic media.
The research was conducted using experiment method from March until June 2002. Water from Kalimalang River is used as the raw water in this research. The microorganisms are naturally growth microorganisms on honeycomb tube plastic media. Water was flowed into the reactor continuously with upward direction toward preliminary settling tank, biofilter tank containing media, and final settling tank. The reactor tank is fixed, the volume is 372 liters.
The data is these researches are primary data gathered through direct measurements in a laboratory, by analyzing concentration of organic materials, ammonia, and detergents. As supporting data, analysis of oxygen dissolved, suspended solid, nitrate, nitrit, pH and temperature were also carried out. All the gathered data from this stage were processed and then are presented in tables and charts.
Hydraulics retention time in reactor has effect on the reduction efficiency of organic materials, ammonia, and detergent by submerged biofilter using honeycomb tube plastic media. Smaller flows (hydrolysis time is longer) cause higher reduction efficiency and smaller loading rate. Reduction efficiency of microorganism compounds during the growth path is around 60 %.
The best conditions are achieved in aerobic treatment (Hydrolysis time 4 hours) with the reduction efficiency 68,702% for organic materials, 71,85% for detergent, 68,44% for ammonia and 76,89% for suspended solid. The relationship between organic loading and removal efficiency showed linear relation expressed by Y = -0,087X + 74,30; detergent loading Y = -1,883X + 79,76; ammonia loading Y = -0,3096X + 73,53; and suspended solid loading Y = -0,543X + 78,32.
The research need to be followed up, such as using ceramic or random packing to know the optimum reduction efficiency of other contaminants compares to this research. Besides, following research are needed to study other bacteria species having ability to reduce more effectively on organic materials, ammonia, and detergent better.
Now ground water using rate shows irrational inclination. If this isn't handled soon with many ways like rehabilitation and ground water resource protection. Ground water exploitation will make scarcity of ground water resource that make environmental deterioration cases at last, such as reduction ground water level, Intrusion Sea and land subsidence. The case of environmental destroy will be more serious condition by recharge area destroy because to be used for living and cultivation activity that ignored environmental function and the spatial plan. Remembering that water resource is very important and for the life itself, it should be realized that water resource both surface water and ground water have to be protected well in order to get optimal useful that nobody's using water resource ineffectively."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T 8177
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zuanastia
"Sebagai hasil samping dari pengolahan air sungai menjadi air minum, dihasilkan lumpur endapan (lumpur alum) yang seringkali dibuang dan tidak dimanfaatkan kembali. Pembuangan lumpur alum oleh Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) ke sungai dapat menimbulkan masalah karena akumulasi alumunium di perairan dapat mencemari lingkungan dan berbahaya bagi kesehatan. Sebagai upaya menjalankan proses produksi bersih dan efektifitas reduksi kekeruhan air, maka lumpur alum tesebut dimanfaatkan kembali sebagai zat koagulan pembantu, yaitu dengan cara diresirkulasikan kedalam unit koagulasi-flokulasi.
Dengan pemanfaatan lumpur alum tersebut maka perlu diketahui kombinasi optimal dari faktor-faktor yang berpengaruh dalam proses untuk mencapai kekeruhan air minimum. Faktor-faktor tersebut adalah dosis koagulan, kecepatan putaran serta lama pengadukan. Untuk mengetahui kombinasi optimal dari faktor-faktor tersebut digunakan Response surface Method (RSM). Hasil dari penelitian ini dapat direkomendasikan kepada pengelola IPAM, bahwa kombinasi optimal untuk menghasilkan kekeruhan air terendah adalah pada 52% dosis tawas, 48% dosis resirkulasi lumpur alum dengan kecepatan putaran 91 rpm dan lama pengadukan 12 menit.

In processing river water to become drinking water has mud sediment as a side product, and usually it's only thrown away and never reused. Mud sediment banishment IPAM in the river shows a problem bacause aluminium accumulation causing pollute the environtment and health disturbance. As an effort to run a clean production process and effectiveness of the reduction of water turbidity, so alum mud is reused as coagulant agent assistant by resirculation in coagulationfloculation unit.
The use of alum mud, its necessary to know the optimal combination of factors that influence the process to achieve the minimum water turbidity. These factors are coagulant dose, speed of rotation and mixing time. To find the optimal combination of these factor are used response surface method (RSM). Result from this study can be recommended to the manager of IPAM, is that the optimal combination to produce the lowest water turbidity at 52% of the dose of alum, 48% of the those of alum mud with 91 rpm rotation speed and mixing time 12 minutes.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51874
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Kara Carolluna
"

Peningkatan efisiensi penggunaan air secara signifikan dan meminimalkan pelepasan polutan dan bahan kimia yang berbahaya merupakan salah satu agenda tiap negara yang perlu dicapai pada 2030. Air limbah domestik dengan fosfat yang berlebih membuat kadar oksigen terlarut berkurang dan terciptanya kondisi anoksik pada badan air karena eutrofikasi. Penelitian ini ditujukan untuk menganalisis proses dan kondisi optimum presipitasi fosfat pada air limbah domestik dengan menggunakan kalsium dari abu lumpur aktif pada keadaan ideal serta memperoleh nilai koefisien laju reaksinya. Variasi konsentrasi optimum diperoleh dari analisis Visual-MINTEQ dengan memasukan data tipikal kalsium, fosfat, pH, dan suhu. Analisis presipitasi reaktor batch dengan variasi konsentrasi kalsium abu lumpur aktif pada skala laboratorium dilakukan dalam mengidentifikasi konsentrasi pengurangan fosfat dengan metode spektrofotometri menggunakan spektrofotometer DR2000. Sebanyak 30,86% komponen anorganik lumpur aktif dan 5450,6 mg/kg abu lumpur aktif yang menjadi karakteristik sampel lumpur aktif yang digunakan. Data laboratorium menunjukkan bahwa penyisihan fosfat optimum pada air limbah dengan pH 6,8 yang mengandung 7,79 mg TP/L dibutuhkan 70 mg/L kalsium abu lumpur aktif atau setara dengan 6,4 gram abu lumpur aktif. Intervensi kandungan organik, senyawa ligan, zat tersuspensi (TSS), karbonat, dan logam, seperti Al (81700 mg/kg) dan Fe (65500 mg/kg) berdampak pada pengikatan fosfat oleh kalsium karena faktor produk reaksi dan pH yang dapat mengurangi pembetukan Ca-P. Permodelan reaksi memperoleh koefisien laju reaksi terbesar pada reaktor dengan kalsium paling banyak (k = 0,00692/menit) yang dilakukan pada 2 reaktor seri sebagai desain paling efisien. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi kalsium abu lumpur aktif, semakin besar penyisihan fosfat dan koefisien laju reaksinya dengan mempertimbangkan intervensi dari kandungan organik, TSS, senyawa ligan air limbah domestik serta kandungan logam pada abu lumpur aktif.


Significantly increasing the efficiency of water use and minimizing the release of harmful pollutants and chemicals is one of the agendas of each country that needs to be achieved by 2030. Domestic wastewater with excess phosphate reduces dissolved oxygen levels and creates anoxic conditions in water bodies due to eutrophication. This study aims to analyze the process and optimum conditions for phosphate precipitation in municipal wastewater using calcium from activated sludge ash under ideal conditions and obtain the value of the reaction rate coefficient. Optimum concentration variations were obtained from Visual-MINTEQ analysis by entering data on typical calcium, phosphate, pH, and temperature. Batch reactor precipitation analysis with varying concentrations of activated sludge calcium ash on a laboratory scale was carried out in identifying the concentration of phosphate reduction by spectrophotometric method using a DR2000 spectrophotometer. As much as 30.86% of the inorganic component of activated sludge and 5450.6 mg/kg of activated sludge ash which is characteristic of the activated sludge samples used. Laboratory data shows that the optimum phosphate removal in wastewater with a pH of 6.8 containing 7.79 mg TP/L requires 70 mg/L calcium activated sludge or equivalent to 6.4 grams of activated sludge ash. Intervention of organic compounds, ligand compounds, suspended matter (TSS), carbonates, and metals, such as Al (81700 mg/kg) and Fe (65500 mg/kg) has an impact on the binding of phosphate by calcium due to reaction product factors and pH which can reduce the formation of Stamp. The reaction modeling obtained the largest reaction rate coefficient in the reactor with the most calcium (k = 0.00692/minute) which was carried out in 2 series reactors as the most efficient design. The experimental results show that the higher the calcium concentration of activated sludge ash, the greater the phosphate removal and the reaction rate coefficient by considering the intervention of organic content, TSS, domestic wastewater ligand compounds and metal content in activated sludge ash.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>