Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 50634 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Purba, Purnama
"Emuisi wax semakin dibutuhkan dalam industri seperti industri tekstii,
kertas, kayu dan lain - lain. Produksi slack wax dalam negeri cukup besar,
namun belum dimanfaatkan secara optimal.
Tujuan penelitian ini adalah membuat emuisi wax dari slack wax, uji
kestabilan serta aplikasinya dalam industri tekstii, kertas dan kayu. Emuisi
wax dibuat dengan menggunakan slack wax SPG (Spindle 01') dan LMO
(Light Machine Oil). Emulsifier yang digunakan adalah emulsifier kationik
(Inter 95) dan emulsifier non-ionik (Sinopol T-4). Uji kestabilan dilakukan
secara makroskopik dan mikroskopik dengan memvariasikan kadar emulsifier
5 sampai 25% terhadap wax, pH 4, 7, dan 9, serta perbandingan volume fasa
30% dan 50%. Selanjutnya emuisi yang stabil secara mikroskopik ditentukan viskositas, kadar padatan, ukuran partikel, dan kerapatannya. Data yang
diperoleh dibandingkan terhadap parameter standar emuisi wax yang
dibutuhkan oieh industri. Emuisi wax yang memenuhi parameter dilakukan uji
aplikasi kuat tarik benang untuk industri tekstil, uji kandungan wax dan daya
serap air untuk industri kertas, serta uji daya rekat iem untuk industri kayu.
Dari hasil percobaan diperoleh emuisi wax M/A yang stabil pada pH
<9, emuisi wax kationik lebih stabil dibandingkan emuisi wax non-ionik,
dengan kadar emulsifier di atas 2,727% dan perbandingan fasa 30%. Di
antara emuisi wax yang stabil tersebut, yang memenuhi kriteria industri tekstil
ada 11, industri kertas ada 11 dan industri kayu ada 3. Emuisi wax yang
memenuhi standar kuat tarik benang ada 7, standar daya serap kertas ada
11, dan daya rekat Iem kayu ada 3."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2004
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Djuwita Sari
Depok: Universitas Indonesia, 2007
S30647
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1992
S48784
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Afiifah
"Menurut analisis pasar baru-baru ini, selama lima tahun terakhir, telah ada peningkatan tinggi dalam permintaan untuk nanoemulsi karena pergeseran menuju produksi yang lebih ramah energi dan hemat biaya. Laporan ini berfokus pada jenis nanoemulsi yang disebut wax nanoemulsion (terbuat dari lilin), yang banyak digunakan di banyak industri seperti kosmetik, makanan, dan industri farmasi. Dalam penelitian saat ini, ultrasonikasi dan High-Pressure Homogenization, keduanya merupakan metode energi tinggi, digunakan untuk menghasilkan nanoemulsi lilin dengan stabilitas dan diameter ukuran partikel yang diinginkan oleh industry diatas. Paradoksnya terletak antara kebutuhan energi dan jumlah bahan baku yang digunakan. Sebuah teknologi yang muncul, Hydrodynamic Cavitation, dibahas dalam laporan ini yang memungkinkan industri untuk masih mencapai produk yang diinginkan dengan mengkonsumsi energi yang jauh lebih sedikit. Wax nanoemulsion terdiri dari lilin karnauba atau parafin dicampur dengan air dan Polysorbate-80 digunakan untuk membuktikan kompetensi kavitasi hidrodinamik dalam produksi nanoemulsi. Nanoemulsi lilin yang diproduksi dengan kedua jenis lilin diperoleh dan properti emulsi seperti diameter ukuran partikel, waktu irradiasi, dan stabilitas (penampilan fisik) dari nanoemulsi dibandingkan.

According to a recent market analysis, for the last five years, there has been a high increase in demand for nanoemulsion due to a shift towards a more energy-friendly and cost-efficient production. This report focuses on a type of nanoemulsion called wax nanoemulsion, which is highly used in many industries such as cosmetic, food, and pharmaceutical industries. In the present study, Ultrasonication and High-Pressure Homogenization, both high-energy methods, are used to produce wax nanoemulsions of desirable stability and particle size diameter. The paradox lies between energy requirement and the amount of raw material used. An emerging technology, Hydrodynamic Cavitation, is discussed in this report which allows industries to still achieve their desired product by consuming much less energy. Wax nanoemulsion consists of either carnauba or paraffin wax mixed with water and Polysorbate-80 is used to prove the competence of hydrodynamic cavitation in wax nanoemulsion production. Emulsion properties such as particle size diameter, irradiation time, and stability (physical appearance) of wax nanoemulsion produced both ways are obtained and compared."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Viona Rezika
"Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan sediaan emulsi antiaging berbahan aktif lilin propolis. Pengujian dilakukan terhadap lilin propolis meliputi penentuan kadar flavonoid total, penentuan kadar polifenol total, dan pengujian aktivitas antioksidan. Kadar flavonoid total diuji menggunakan reagen AlCl3 dan CH3COOK dengan kuersetin sebagai larutan standar. Penentuan kadar polifenol total dilakukan menggunakan metode Folin-Ciocalteu dengan asam galat sebagai larutan standar. Aktivitas antioksidan diukur dengan menggunakan reagen DPPH. Lilin propolis selanjutnya digunakan sebagai bahan aktif antiaging dalam formulasi sediaan emulsi. Selain lilin propolis, bahan yang digunakan dalam formulasi ini meliputi aquades, gliserin, EDTA, xanthan gum, ammonium acryloyldimethyltaurate/VP copolymer, phenoxyethanol, chlorphenesin, arachidyl alcohol, behenyl alcohol, arachidyl glucoside, cetyl alcohol, dan isopropyl myristate. Emulsi yang dihasilkan dievaluasi berdasarkan stabilitasnya pada berbagai kondisi, meliputi kondisi suhu ruang, suhu 45oC, 4oC, jemur, dan siklus. Adapun parameter yang diukur adalah organoleptis, pH, dan viskositas. Untuk mengetahui performa antiaging emulsi, dilakukan uji aktivitas antiglikasi dengan Bovine Serum Albumine (BSA) dan fruktosa sebagai reagen. Berdasarkan hasil pengujian, lilin propolis memiliki kadar flavonoid total sebesar 41,01 ± 1,62 mg QE/g lilin propolis, kadar polifenol total sebesar 53,51 ± 35,11 mg GAE/g lilin propolis, dan nilai IC50 aktivitas antioksidan sebesar 413,91 ppm. Sediaan emulsi stabil pada berbagai kondisi, ditunjukkan dari parameter homogenitas, pH, dan viskositas yang masih dalam memenuhi standar SNI 16-4399-1996 tentang Sediaan Tabir Surya. Pengujian aktivitas antiglikasi dilakukan pada lilin propolis dan emulsi antiaging untuk mengetahui kemampuan inhibisi pembentukan Advanced Glycation End Products (AGEs) sebagai parameter kemampuan antiaging. Hasil pengujian menunjukkan lilin propolis mampu menginhibisi pembentukan AGEs sebesar 86,54%. Sementara itu, sediaan emulsi memiliki kemampuan inhibisi reaksi glikasi sebesar 29,25% untuk konsentrasi 5,0% lilin propolis, dan 51,94% untuk konsentrasi 8,5% lilin propolis. Persentase inhibisi AGEs emulsi dengan konsentrasi 2,5% lilin propolis tidak dapat ditentukan karena data yang diperoleh tidak valid.

This study aimed to develop an anti-aging emulsion by incorporating propolis wax as an active ingredient. Propolis wax underwent tests to determine its total flavonoid and polyphenol content, as well as its antioxidant activity. Total flavonoid content was measured using AlCl3 and CH3COOK reagents, with quercetin as the standard solution. Total polyphenol content was determined using the Folin-Ciocalteu method with gallic acid as the standard solution. Antioxidant activity was evaluated using DPPH as reagent. Propolis wax was then used in the emulsion formulation, along with other ingredients such as distilled water, glycerin, EDTA, and xanthan gum. The stability of the resulting emulsion was assessed under different conditions, including room temperature, 45oC, 4oC, sun exposure, and cycling. Organoleptic properties, pH, and viscosity were measured as parameters. The emulsion's anti-aging performance was evaluated using an antiglycation activity assay with Bovine Serum Albumin (BSA) and fructose. Test results revealed that propolis wax had a total flavonoid content of 41.01 ± 1.62 mg QE/g, a total polyphenol content of 53.51 ± 35.11 mg GAE/g, and an antioxidant activity IC50 value of 413.91 ppm. The emulsion demonstrated stability, meeting the standards of SNI 16-4399-1996 in terms of homogeneity, pH, and viscosity. The antiglycation activity assay showed that propolis wax inhibited AGEs formation by 86.54%. The emulsion exhibited glycation reaction inhibition percentages of 29.25% and 51.94% at concentrations of 5.0% and 8.5% propolis wax, respectively. However, the AGEs inhibition percentage for the emulsion with 2.5% propolis wax concentration could not be determined due to invalid data."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdurrahman
"Dalam transportasi minyak mentah menggunakan pipa saluran bawah laut, sering terjadi terhambatnya aliran crude oil akibat pengendapan wax. Untuk mencegah terjadinya pengendapan wax dengan menambahkan aditif ke dalam crude oil. Dalam penelitian ini digunakan aditif alkil glukosida (AG) hasil sintesis dan komersial. Konsentrasi aditif divariasikan menjadi 1%, 2%, dan 3% dengan variasi volume (50, 70, 100, 200, 300, 400, 700, 900, 1000, 1500, 2000, dan 2500 µL). Sintesis AG dilakukan variasi penambahan mol alkohol lemak, waktu reaksi, dan katalis. Hasil variasi terbaik didapatkan dengan 0,053 mol alkohol lemak, waktu reaksi 4 jam, dan katalis 2% w/t. Dilakukan uji pour point pada AG sintesis dan AG komersial. Dari hasil penelitian pada AG sintesis dan AG komersial mencapai penurunan pour point optimum sebesar 9°C dan 12°C. Hasil CPM menunjukkan adanya perubahan ukuran kristal dan hasil spektrum FTIR mendukung hasil tersebut dengan menunjukkan adanya interaksi antara aditif dengan wax. Dari studi tersebut diketahui bahwa aditif AG dapat digunakan sebagai inhibitor wax yang mampu menghambat pertumbuhan kristal wax pada model crude oil.

In the transportation of crude oil using a subsea pipeline, often inhibition of the flow of crude oil due to deposition of wax. To prevent the deposition of wax by adding additives to the crude oil. In this study the use of additives alkyl glucoside (AG) results of synthesis and AG commercial. Additive concentration was varied to 1%, 2%, and 3% by volume variation (50, 70, 100, 200, 300, 400, 700, 900, 1000, 1500, 2000, and 2500 mL). Synthesis AG performed variations addition mole fatty alcohol, reaction time, and catalyst. The best results obtained with a variation of 0.053 mol fatty alcohol, the reaction time of 4 hours, and the catalyst 2% w/t. Pour point test conducted on AG synthesis and AG commercial. From the results of AG synthesis and AG commercial reach optimum reduction in pour point of 9°C and 12°C. CPM results indicate a change in the size of the crystal and the results of spectra FTIR support these results by showing the interaction between additives with wax. From these studies it is known that AG additives can be used as a wax inhibitor capable of inhibiting the growth of wax crystals on the model of crude oil."
Universitas Indonesia, 2015
S59369
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herlin Arina
"Transportasi minyak bumi dari offshore ke daratan melalui pipa sering kali mengalami hambatan. Karena pada suhu dingin terjadi pengkristalan wax. Untuk mengurangi pembentukan kristal wax ini dilakukan penambahan zat aditif alkil benzena sulfonat (ABS). Pada penelitian ini aditif ABS ditambahkan ke dalam model crude oil yang terdiri bensin, kerosin, oli, wax dan asphaltene. Konsentrasi ABS divariasikan 2%, 5%, dan 10% dengan variasi volume (20, 50, 70, 100, 150, 200, 250, 300, 350, 400, 450, dan 500 μL ), kemudian diuji pour point dan viskositas. Untuk mengamati pertumbuhan kristal wax dengan penambahan aditif menggunakan Cross Polarized Microscopy (CPM). Interaksi antara wax dengan aditif di analisis menggunakan FTIR. Dari hasil penelitian 15 model crude oil, model 1-3 tidak stabil karena terbentuk dua fasa. Penurunan pour point optimum dicapai hingga suhu 7°C mulai dari 21°C. Untuk mencapai penurunan pour point 7°C, ABS 2% membutuhkan 450 μL, ABS 5% membutuhkan 250 μL dan ABS 10% membutuhkan 150 μL. Aditif ABS mampu mendeagregasi wax dibuktikan dengan analisa CPM. Hasil spektrum FTIR memperlihatkan adanya interaksi antara aditif dengan wax maupun asphaltene.

Transportation of oil from offshore to the mainland through a pipeline often encounter obstacles. Due to cold temperatures occur crystallization of wax. To reduce the formation of wax crystals is the addition of additives alkyl benzene sulfonate ( ABS ). In this study ABS additives are added into the model consisting of crude oil gasoline, kerosene, oil, wax and asphaltene. Concentration ABS varied 2 %, 5 %, and 10 % by volume variation ( 20, 50, 70, 100, 150, 200, 250, 300, 350, 400, 450, and 500 mL ), and then tested pour point and viscosity. To observe the wax crystal growth with the addition of additives using Cross Polarized Microscopy ( CPM ). The interaction between the wax additives in using FTIR analysis. From the research, 15 models of crude oil, models 1-3 unstable since formed two phases. Achieve optimum pour point decline to 7 ° C from 21 ° C. To achieve a reduction in pour point 7 ° C, ABS 2 % requires a 450 mL, ABS 5 % requires 250 mL and ABS 10 % requires 150 mL. Additives ABS able mendeagregasi wax evidenced by CPM analysis. The results of FTIR spectra showed the interaction between additives with wax and asphaltene."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S58223
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ananda Raissa Qurata Aiun
"Pada sistem transportasi minyak mentah melalui sistem perpipaan sering dijumpai permasalahan yang dapat mengganggu pendistribusian minyak mentah. Oleh karena itu, prediksi yang tepat dari karakteristik pengendapan lilin diperlukan untuk mengontrol pengendapan lilin di dalam pipa. Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi karakteristik pengendapan lilin dengan menganalisis pengaruh variasi tekanan dan temperatur minyak mentah. Tekanan divariasikan pada 1,5 bar, 2,5 bar, 5 bar, 8 bar, dan 12 bar untuk mengevaluasi pengaruhnya terhadap ketebalan dan laju pengendapan lilin. Selanjutnya dilakukan variasi suhu dengan variasi 35°C, 40°C, 45°C, 50°C, 55°C, dan 60°C. Simulasi dilakukan dengan menggunakan software aliran multi fasa OLGA untuk mendapatkan profil ketebalan endapan (mm). Sedangkan analisis ekonomi mengacu pada studi kelayakan. Beberapa skenario dibandingkan untuk menentukan intervensi terbaik yang akan diterapkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah wax yang terdeposit menurun seiring dengan meningkatnya tekanan, sedangkan temperatur yang lebih tinggi menghasilkan gradien temperatur yang lebih besar. Analisis kelayakan ekonomi hanya dilakukan pada skenario satu dan dua yang membutuhkan penggunaan pompa. Skenario satu, yang mencakup pompa tambahan, memiliki NPV 199.882 dan IRR 30%. Skenario dua, mengganti pompa eksisting dengan pompa berkapasitas lebih tinggi, memiliki NPV 328.192 dan IRR 40%. Akibatnya, skenario dua disarankan untuk mengurangi jumlah deposit lilin

In the crude oil transportation system through the pipeline system, problems caused by wax are often encountered that can disrupt the distribution of crude oil, thus flow assurance is not achieved. Therefore, the correct prediction of wax deposition characteristics is needed to control the deposition of wax in the pipe. This study aims to predict the characteristics of wax deposition by analysing the effect of pressure and temperature variations of crude oil. Pressure was varied at 1.5 bar, 2.5 bar, 5 bar, 8 bar, and 12 bar to evaluate the effect on the thickness and deposition rate of wax. Furthermore, temperature variations were carried out with variations of 35°C, 40°C, 45°C, 50°C, 55°C, and 60°C. The simulations were carried out using multi-phase flow software OLGA to obtain a deposit thickness profile (mm). Meanwhile, the economical-analysis refers to feasibility study. Several scenarios are compared to determine the best intervention to be applied. The results shows that the amount of wax deposited decreases as the pressure increases, while higher temperature resulting in a greater the temperature gradient. The economic feasibility analysis is only carried out in scenario one and two, which require the usage of pumps. Scenario one, which includes an extra pump, has an NPV of 199,882 and an IRR of 30%. Scenario two, replacing the existing pump with a higher-capacity pump, has an NPV of 328,192 and an IRR of 40%. As a result, scenario two is advised to reduce the amount of wax deposited."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Enang Darsono
Depok: Universitas Indonesia, 1998
S29958
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daswiyanto
"Sebagian besar aspal pertamina hanya digunakan sebagai pelapis jalan raya. Hal ini disebabkan terbatasnya jenis dan kelas yang dihasilkan, padahal dengan sedikit modifikasi aspal bisa digunakan diberbagai bidang. Untuk itu perlu dilakukan modifikasi agar aspal pertamina mempunyai nilai tambah yang lebih tinggi. Pada penelitian ini dilakukan modifikasi aspal pertamina dengan mencampurnya dengan aspal buton kemudian dijadikandalam bentuk emulsi. Penelitian ini dimulai dengan menumbuk dan mengekstrak aspal buton, setelah itu dicampur dengan aspal pertamina dengan berbagai variasi konsentrasi, kemudian diemulsikan dengan sabun (sodium oleat). Aspal emulsi yang terbentuk dilakukan uji spesifikasi yang sesuai dengan aspal emulsi lapisan pelindung lIogam dan lapisan pelindung atap menurut ASTM. Campuran aspal pertamina dengan aspal buton dapat meningkatkan kualitas aspal emulsi.

Part of pertamina asphalt is only used as road coating. This is because of limited kind and grade produced, whereas by only scanty modifications, it can be used in various sectors. For that reason, modifications are needed so that the pertamina asphalt may possess a higher additional value. In this research, modifications of pertamina asphalt were done by blending with buton asphalt and transformed into emulsion form. This research begined with grinding and extracting buton asphalt, then, it was blended with pertamina asphalt by applying various concentrations, and after that, it was emulsified with soap (sodium oleate). The ready-processed emulsion asphalt was examined suitable for protective coating in metal emulsion asphalt and protective coating in roofing as per ASTM specification. The mixture of pertamina asphalt and buton asphalt may 'increase the quality of emulsion asphalt."
Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>